Kolomdesa.com, Mojokerto – Sebanyak empat kelompok masyarakat (Pokmas) binaan Pemerintah Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan dengan membudidayakan kelinci sebagai sumber tambahan penghasilan.
Program ini dipilih karena kelinci memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dibudidayakan dengan baik. Hingga saat ini, terdapat empat Pokmas yang berhasil mengembangkan usaha ternak kelinci.
’’Kelinci ini nilai jualnya tinggi namun tidak banyak orang mampu membudidayakan dan merawatnya. Kami sendiri punya tanah kas desa (TKD) dan praktisi peternakan kelinci yang bisa dimanfaatkan untuk budi daya untuk menambah penghasilan masyarakat,’’ ungkap Kades Sambiroto, Achmad Farid Ainul Alwi. Rabu (18/9/2024).
Alwi menjelaskan bahwa setiap kelompok masyarakat kini mampu menghasilkan 15 hingga 20 ekor anakan kelinci setiap bulan. Kelinci jenis New Zealand dan Hayla, yang sering disilangkan dengan kelinci lokal, dipilih karena nilai jualnya yang cukup tinggi.
Dalam satu ekor kelinci usia 30 sampai 45 hari, bisa dihargai hingga Rp 120 ribu. Nilai tersebut bisa bertambah pesat jika dalam satu kali kelahiran mampu menghasilkan 4 hingga 5 ekor anakan.
’’Kalau kelinci lokal bisa mungkin harganya Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per ekor. Namun kalau yang jenis crossing, bisa sampai Rp 120 ribu per ekor,’’ tambah Ketua Pokmas Surya Rabbit, Hariyanto.
Tak hanya dari segi harga jual dan usia, cara perawatan kelinci juga terhitung mudah, yakni cukup ditaruh di kandang kawat lalu diberikan makan rumput.
Termasuk makanan pendamping seperti pakcoy dan rumput Odot yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan kelinci.
‘’Beberapa kelompok sudah bisa mengembangbiakkan dan mendistribusikannya baik sebagai kelinci pedaging maupun untuk kontes,’’ pungkasnya.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu