Maulid Adat Bayan, Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Masyarakat Lombok Utara

Menutuq merupakan bagian dari rangkaian tradisi Maulid Adat Bayan. Sumber: Dok. Wisata di Lombok.
Menutuq merupakan bagian dari rangkaian tradisi Maulid Adat Bayan. Sumber: Dok. Wisata di Lombok.

Share This Post

Kolomdesa.com, Lombok Utara Maulid Adat Bayan merupakan tradisi tahunan yang diadakan oleh masyarakat adat Bayan di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Serangkaian prosesi dalam acara ini bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Masyarakat adat Bayan sendiri tersebar di Desa Loloan, Desa Anyar, Desa Sukadana, Desa Senaru, Desa Karang Bajo, dan Desa Bayan. Seluruh desa ini membentuk satu kesatuan wilayah yang dikenal sebagai Komunitas Masyarakat Adat Bayan.

“Ritual Maulid dilakukan komunitas adat Bayan yang tersebar di luar Desa Bayan. Jadi semuanya berkumpul pada satu titik dengan sistem bergilir pada setiap tahunya,” kata Raden Suryanto, tokoh adat Bayan kepada Kolom Desa.

Maulid Adat Bayan adalah tradisi khas yang memadukan unsur-unsur Islam dengan adat setempat. Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Bayan sangat memuliakan Nabi Muhammad SAW sekaligus menjaga dan menghormati warisan budaya leluhur mereka.

Dalam pelaksanaanya, terdapat perhitungan khusus yang berkaitan dengan perayaan Maulid Bayan yang dikenal sebagai Sareat (Syari’at). Ritual ini dilaksanakan dua hari setelah penetapan Kalender Islam Maulid Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awal, yaitu pada 14 hingga 15 Rabiul Awal.

Maulid Adat Bayan, Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Masyarakat Lombok Utara
Mbisoq Meniq. Sumber: istimewa

Prosesi Maulid Adat Bayan

Tradisi Maulid Adat Bayan memiliki simbolisme yang unik dibandingkan dengan perayaan Maulid di daerah lain. Selama dua hari pelaksanaannya, berbagai ritual kegiatan dilakukan dalam Maulid Adat Bayan.

“Seperti tahun lalu kita laksanakan di Desa Bayan selama dua hari. Hari pertama adalah persiapan, sedangkan hari kedua adalah puncak,” jelas Raden yang juga merupakan Kepala Dusun Bayan Timur.

Menyilaq

Prosesi ini melibatkan para pranata adat dari Bayan Timur, Bayan Barat, Karang Salah, Karang Bajo, dan Anyar. Sebelum memulai, para pranata adat akan terlebih dahulu mengucapkan salam khas Bayan sebagai persiapan untuk praja mulud yang telah ditetapkan. Ketentuan lainnya bahwa Bayan Timur dan Anyar akan mewakili Adam (laki-laki), sementara Karang Salah, Karang Bajo, dan Bayan Barat akan mewakili Hawa (perempuan).

Menutuq

Menutuq adalah proses menumbuk padi dengan menggunakan lesung dan bambu untuk memisahkan padi dari kulitnya. Aktivitas ini biasanya diiringi dengan alunan musik gamelan Sasak, yang merupakan alat musik tradisional dari masyarakat adat Bayan.

Penumbuk padi adalah seorang perempuan yang berada dalam keadaan suci, yaitu tidak sedang mengalami haid atau menstruasi. Aktivitas ini merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan Maulid adat Bayan pada hari pertama.

Tun Gerantung

Tun gerantung adalah proses di mana alat musik Bayan dikeluarkan dari tempat penyimpanannya oleh beberapa tokoh adat untuk dibawa ke area kampung. Setelah itu, alat musik tersebut akan ditempatkan di sebuah berugak atau balai banjar dan dimainkan sebagai tanda dimulainya kegiatan mulud adat.

Menghias Masjid Kuno

Setelah itu, masyarakat Bayan akan menghias Masjid Kuno Bayan pada malam berikutnya dengan memasang umbul-umbul di setiap sisi masjid. Selain itu, mereka juga akan mendekorasi bagian dalam masjid dengan kain putih yang dipasang di sekeliling dinding.

Peresean

Peresean adalah pertarungan antara dua pria yang menggunakan tongkat rotan dan perisai dari kulit kerbau yang tebal dan keras. Kegiatan ini juga mencatatkan sejarah bahwa Islam pertama kali masuk melalui Peresean.

Biasanya, pertarungan ini dilakukan oleh Pepadu, yaitu ahli dalam seni bela diri tersebut. Namun pada acara Maulid Adat, siapa pun diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam pertarungan. Pertunjukan ini juga kerap diadakan dalam berbagai acara tertentu.

Mbisoq Meniq

Kegiatan ini adalah proses mencuci beras yang dilakukan oleh para wanita di salah satu sungai di Desa Bayan. Proses pencucian beras dimulai dengan para wanita berangkat dari Desa Bayan, membawa beras dalam wakul yang diletakkan di atas kepala, menuju Sungai Bison Segah.

Praja Mulud

Kegiatan yang dilakukan tepat sebelum puncak perayaan Mulud adat ini adalah prosesi di mana praja Mulud dihias dengan bunga dan diolesi minyak yang telah dicampur dengan kunyit dan bahan lainnya. Praja Mulud, yang merupakan keturunan bangsawan mewakili masing-masing gubuk seperti Bayan Timur, Karang Bajo, Anyar, dan Karang Salah.

Hari Puncak

Pada hari puncak, acara dimulai pada sore hari menjelang magrib. Praja mulud yang sudah dihias akan diarak dari Bayan Barat menuju Masjid Kuno Bayan. Setibanya di lokasi, hidangan akan disajikan kepada para pranata adat yang berada di dalam masjid.

“Selanjutnya, acara akan diteruskan dengan doa selamat dan doa lainnya, baik dari bacaan Al-Quran maupun doa Jawa Kuno,” ungkap Raden.

Maulid Adat Bayan, Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Masyarakat Lombok Utara
Peresean. Sumber: Dok. Wisata di Lombok

Sejarah Tradisi Maulid Adat Bayan

Tradisi mulud memiliki hubungan yang kuat dengan sejarah kedatangan agama Islam yang kemudian berintegrasi dengan kearifan lokal. Sebelum Islam datang, masyarakat Bayan menganut animisme dan kepercayaan Sasak Bodha.

Kepercayaan ini sangat erat dengan kondisi sosial masyarakat setempat. Ketika Islam masuk ke wilayah Bayan, kepercayaan tradisional harus berhadapan langsung dengan ajaran syariat Islam.

“Untuk tepatnya kapan kami kurang tahu, yang pasti tradisi ini telah ada sejak leluhur kami. Kami perkirakan sejak masuknya Islam ke sini,” kata Raden.

Daya Tarik Maulid Adat Bayan

Kegiatan Maulid Adat tidak hanya dilaksanakan di Desa Bayan, tetapi juga di desa-desa adat lainnya. Namun di Desa Bayan, acara ini sangat populer karena ditunjang keindahan alamnya, keunikan, serta lokasi yang mudah diakses. Selain itu, kegiatan ini juga termasuk dalam Calendar of Event NTB.

Karena keunikanya, banyak wisatawan lokal dan asing tertarik untuk mengunjunginya. Mereka dapat melihat secara langsung rangkaian prosesi dan pertunjukan kesenian tradisional yang dipersembahkan oleh masyarakat lokal.

“Selain masyarakat lokal Lombok, terkadang juga pengunjung yang hadir dari daerah Jawa seperti Jogja, Jawa Tengah bahkan yang hadir hingga wisatawan manca negara,” pungkas Raden.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya