Kolomdesa.com, Grobogan – Warga Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, kembali menggelar Tradisi Tubo yang unik, dan rutin dilakukan setiap dua tahun sekali.
Tradisi ini bukan hanya melestarikan warisan nenek moyang, tetapi juga sarat akan makna toleransi dan persatuan antarwarga kedua desa.
“Tradisi Tubo merupakan warisan nenek moyang yang sarat akan makna toleransi. Erat hubungannya dengan kepercayaan warga akan sosok Kedhana dan Kedhini, yaitu Raden Sutejo dan Roro Musiah yang diyakini sebagai pendiri Desa Ngombak dan Desa Karanglangu,” kata Kepala Desa Ngombak, Heriyanto. Selasa (10/9/2024).
Menurut Heriyanto, Kedhana dan Kedhini secara mitologi adalah saudara kandung yang terpisah sejak kecil. Setelah berkelana di hutan dan sungai, Kedhana menetap di Desa Karanglangu, sementara Kedhini menetap di Desa Ngombak.
“Setelah dewasa, keduanya saling jatuh cinta dan hampir menikah. Pernikahan itu akhirnya urung terjadi setelah terungkap bahwa mereka adalah kakak beradik yang telah lama terpisah,” ungkapnya.
Tradisi Tubo diperingati sebagai bentuk syukuran dan persaudaraan antara kedua desa, serta simbol toleransi yang sudah terjalin selama bertahun-tahun. Ikan-ikan yang terkumpul akan dimasak beramai-ramai dan menjadi santapan warga.
“Sebelum dimulai, para sesepuh menggelar ritual doa sekaligus meracik racun ikan tradisional untuk disebar ke Sungai,” tambahnya.
Heriyanto mngungkapkan bahwa ramuan alami peninggalan leluhur itu lah yang kemudian digunakan untuk meracuni ikan di sungai. Racun khusus ikan itu dinamai “Racun Tubo”.
Menurutnya, Tubo merupakan kata lain dari Tuba. Memiliki bahasa ilmiah Derris elliptica, merupakan jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai peracun ikan.
Akar tanaman Tuba ini memiliki kandungan rotenone, sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga (insektisida).
“Tuba ini tumbuh menjalar di kayu memanjat (liana) dengan tujuh sampai 15 pasang daun pada tiap rantingnya,” ungkapnya.
Dalam tradisi Tubo, akar Tuba dioplos dengan ketela pohon dan hasil olahannya kemudian dicampur dengan air. Lalu, racun Tubo dimasukkan ke dalam beberapa gentong dan galon.
Setelah didoakan, kata Heriyanto, beberapa warga menceburkan diri ke sungai untuk memecahkan gentong dan menumpahkan galon berisi racun Tubo itu ke tengah sungai.
“Selang beberapa jam, ikan di sungai keracunan dan akan muncul ke permukaan air. Langsung warga yang ada di pinggir sungai langsung berburu ikan air tawar tersebut,” jelas Kepala Desa Ngombak, Heriyanto.
Warga tumpah ruah menceburkan diri ke tengah sungai Tuntang memiliki arus deras yang berkedalaman 40 meter.
Kondisi berburu ikan itu dilakukan sepanjang kurang lebih tiga kilometer, warga mengular berbasah-basahan memenuhi sungai.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu