Kolomdesa.com, Purworejo – Kampung Bunga Bugenvil yang terletak di Desa Tunjungan, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, telah menjadi salah satu pusat budidaya tanaman hias dengan 28 green house yang fokus menanam bunga bugenvil.
Kampung ini juga mewadahi kreativita para pemuda desa untuk menghasilkan pendapatan melalui usaha budi daya bunga yang dikenal dengan keindahannya itu.
“Bermula dari sebuah inisiatif sederhana karena banyak warga yang menanam macam-macam tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing,” ujar Ketua Pengelola Desa Wisata Tunjungan Ihsanudin. Selasa (10/9/2024).
Menurut Ihsanudin, menyebut Kampung Bunga Bugenvil telah eksis selama 10 tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, tanaman hias itu justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan atau masyarakat yang melintas. Semakin lama warga banyak yang menanam bugenvil sampai akhirnya desa ini dikenal dengan julukan Kampung Bunga Bugenvil.
“Dari situ dijadikanlah peluang usaha oleh masyarakat khususnya para pemuda,” sebutnya.
Ihsanudin menggunakan strategi pemasaran online untuk memikat para wisatawan, ini terbukti efektif, ia memanfaatkan media sosial (Tiktok) untuk berjualan secara online.
“Kami pasarkan melalui live. Sekali live bisa terjual puluhan batang bunga bugenvil. Itu dari satu akun saja, padahal di sini banyak sekali pemuda yang live,” terang Ihsanudin.
Sekali live streaming di TikTok, puluhan batang bugenvil dapat terjual, dengan harga bervariasi mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu per batang. Bahkan, tanaman dengan hiasan mencapai ratusan jenis dapat terjual hingga Rp 1 juta per batang.
“Bugenvil itu harganya cukup stabil. Modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak, sehingga tidak sedikit yang tertarik,” ungkapnya.
Desa Tunjungan membudidayakan bugenvil baik jenis lokal maupun impor, dengan koleksi dari negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hawai, dan India. Tanaman impor ini memiliki nilai lebih karena masih jarang ditemukan di Indonesia.
Salah seorang pemilik green house di Desa Tunjungan yaitu Prapto, 32. Jenis Bugenvil yang dibudidaya seperti jenis fatimah, selendang sutra ungu, ekor musang putih, bengawan solo, dan sebagainya.
Dia mengaku tertarik untuk budi daya bugenvil karena harga relatif stabil dan perawatannya cukup mudah.
“Bugenvil juga banyak yang suka,” tambahnya.
Biasanya dia memasarkan tanaman hiasannya melalui media sosial Tiktok secara live. Saking banyaknya peminat, Prapto sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar. Stok bunga yang dimiliki hampir selalu habis terjual.
“Sekali live bisa terjual 70 batang kecil dan sekitar 35 batang medium. Sebulan omzet yang saya didapatkan bisa Rp 10 juta atau lebih,” tandasnya.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu