Ekowisata di Desa Budeng Bakal Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Kawasan hutan mangrove di Desa Budeng, Kabupaten JembranaSumber:Bali Tribun
Kawasan hutan mangrove di Desa Budeng, Kabupaten JembranaSumber:Bali Tribun

Kolomdesa.com, Jembrana – Pelestarian Mangrove dilakukan di Desa Budeng Kabupaten Jembrana melalui ekowisata.

Ekowisata dinilai dapat memberikan manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat, dampak positif bagi lingkungan berupa konservasi serta manfaat pemberdayaan masyarakat.

“KTH Wana Mertha mengelola kawasan mangrove di Desa Budeng dengan 3 fokus utama, yaitu ekowisata, hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan silvofishery sebagai bentuk pelestarian mangrove,” ujar I Putu Madiasa, Ketua KTH Wana Mertha, Desa Budeng, Jembrana, Senin (9/9/2024).

Lebih lanjut, Mertha desa yang memiliki sejarah yang panjang dan memegang kuat tradisi lokal, dengan budaya kemasyarakatannya yang di pengaruhi oleh Hindu bali. Dengan budaya gotong royong yang masih dijalankan, baik kegiatan social maupun agama.

Salah satu desa yang memiliki Kawasan mangrove seluas 89,39 yaitu Desa Budeng. Dari keseluruhan luasan tersebut, ada sekitar 25 Ha yang dikelola dan dikembangkan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Mertha.

Penanaman mangrove di Desa Budeng telah dilakukan sejak tahun 2007, dan pada tahun 2011, dimulailah pengelolaan oleh KTH Wana Mertha.

Ia menjelaskan, pemanfaatan Kawasan mangrove di lokasi ekowisata yaitu berbasis kuliner dengan mendirikan warung mangrove sekaligus promosi dan menawarkan suasana makan yang unik dengan pemandangan hutan mangrove dan menyajikan beragam menu yang berasal dari hasil tangkapan masyarakat. Kemudian dimasak oleh kelompok perempuan Desa Budeng.

Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat Budeng dalam memperluas manfaat ekowisata dengan memasukkan unsur edukasi bagi pengunjung kawasan dan masyarakat sekitar mengenai pelestarian mangrove.

Ini salah satu upaya untuk mendukung keberlanjutan ekowisata yang telah dilakukan di Desa Budeng, Pesisir Lestari (salah satu organisasi lokal non-pemerintahan) bersama dengan KTH Wana Merta melakukan analisis usaha yang akan menjadi dasar perencanaan kegiatan usaha berkelanjutan.

Warung Mangrove yang berada di Desa Budeng memainkan peran penting bagi keberlanjutan pelestarian mangrove di desa ini. Di Warung Mangrove ada salah satu KTH yang memasarkan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) miliknya, seperti teh donju, kripik angrove, dan pil mangrove.

Ketiga produk ini masih berskala rumahtangga dan diproduksi bersama masyarakat sekitar dengan memanfaatkan daun dan buah mangrove.

Disisi lain kawasan Mangrove Budeng juga kaya akan biota seperti ikan, udang, kepiting bakau, kerang dan lainnya. Masyarakat Desa Budeng dan sekitarnya datang menangkap dan mengumpulkannya untuk dijual dan dikonsumsi. Hasil tangkapan ini juga memenuhi kebutuhan Warung Mangrove dalam melengkapi menu-menu yang ditawarkan. Pemanfataan dan pelestarian mangrove secara kolaboratif meluaskan manfaat tak hanya di Desa Budeng namun juga ke desa sekitarnya.

“Dengan adanya hutan mangrove saat ini, kami merasa terlindungi, kami dapat kembali merasakan hasil tangkapan biota seperti udang, kepiting, dan lainnya (secara ekonomi),” ujar I Kadek Sudiarsa, Sekretaris KTH Wana Merta.

Penulis : Fais
Editor : Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *