Desa Wisata Berbasis Media Digital Mampu Jangkau Banyak Kalangan

Sekretaris I, Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali, Ni Made Gandhi Sanjiwani. Sumber: RRI
Sekretaris I, Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali, Ni Made Gandhi Sanjiwani. Sumber: RRI

Kolomdesa.com, Denpasar – Desa wisata berbasis digital tidak hanya sekadar mengenalkan, namun juga menyebarkan keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa trend digital tourism tentu akan menjadi lompatan besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Hal itu dikatakan Sekretaris I, Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali, Ni Made Gandhi Sanjiwani, pada acara dialog di RRI Denpasar, pada saat ditanya komentarnya tentang peran media digital dalam mengembangkan potensi desa wisata, Sabtu pagi (7/9/2024)

“Kalau kita search di google untuk melihat seberapa banyak desa wisata di Bali khususnya yang mucul, pasti akan sangat banyak sekali dan saat team melakukan pembinaan di Gianyar beberapa waktu lalu, ternyata menemukan fakta bahwa belum banyak pelaku pariwisata yang memanfaatkan kecanggihan teknologi digital untuk menjadi sarana promosi,” ujarnya.

Wanita kelahiran Denpasar 25 Maret ini mengatakan bahwa desa wisata lain yang sekarang eksis, seperti Desa Penglipuran Bangli, Desa Taro yang sedang naik daun, mereka eksis di digital karena aktif berkegiatan di media digital sehingga keberadaan mereka selalu updated.

“Coba kita lihat Desa Penglipuran dan Desa Taro yang sedang naik daun, mereka eksis dan ada di berbagai platform digital sehingga populer dan dikenal masyarakat luas,” urainya.

Gandhi panggilan akrab jebolan Magister Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada, seketika disinggung dan di tantangan dari desa wisata terutama yang ada di Bali, mengatakan bahwa bagaimana spirit desa wisata popular tadi bisa ditularkan kepada desa wisata lain di Bali yang berjumlah 239, sebab berdasarkan survey yang dilakukan timnya hanya sekitar tujuh persen dari desa wisata itu yang siap secara digital.

“Berdasarkan survey yang kami lakukan bahwa ternyata baru tujuh persen dari desa wisata itu yang siap secara digital,” sesalnya.

Saat ditanya mengapa hanya sebagian kecil saja desa wisata yang baru memanfaatkan dunia digital dalam berkegiatan, Gandhi mengatakan berdasarkan hasil survey bahwa sebagian besar dari mereka mengalami kendala dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM).

Kata wanita cantik murah senyum ini, mengaku tidak tahu cara memulai dan seperti apa berkegiatan dalam dunia digital untuk pengembangan potensi desa wisata yang dimiliki.

“Mereka umumnya mengaku tidak tahu bagaimana cara memulai dan seperti apa,”pungkasnya.

Penulis : Fais
Editor : Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *