Kolomdesa.com, Jakarta – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bekerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) menyelenggarakan ‘Workshop on Development of Rural Economics Through Smart Villages‘. Workshop digelar selama 4 hari, 27-30 Agustus di Hotel Best Western Premium The Hive, Jakarta.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Lembaga Kementerian Desa, Samsul Widodo mengatakan, konsep Smart Village telah menjadi pendekatan transformatif yang sangat relevan dan penting dalam konteks pembangunan masyarakat perdesaan.
“Melalui pemanfaatan infrastruktur digital dan inovasi, Smart Village mampu meningkatkan kualitas hidup dan memperluas peluang ekonomi bagi masyarakat di perdesaan. Hal tersebut sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat perdesaan, seperti infrastruktur yang tidak memadai dan akses terbatas terhadap layanan dasar,” jelasnya.
Sebagian besar penduduk di negara-negara Asia-Pasifik, lanjut Samsul, tinggal di Kawasan perdesaan, di mana sering menghadapi tantangan signifikan yang dapat menghambat pembangunan ekonomi dan sosial.
“Oleh karena itu, adopsi Smart Village menjadi sangat krusial. Namun, penerapan konsep Smart Village menghadapi berbagai hambatan, termasuk kurangnya kebijakan yang mendukung, konektivitas yang terjangkau, literasi digital yang rendah, dan model berkelanjutan untuk penyediaan layanan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Samsul mengungkapkan melalui Workshop on Development of Rural Economies through Smart Villages, diharapkan para peserta dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pendekatan untuk menghidupkan kembali ekonomi pedesaan melalui penerapan Smart Village.
“Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan dapat menginisiasi proyek demonstrasi Smart Village yang dapat diterapkan di berbagai komunitas pedesaan di wilayah Asia-Pasifik,” harapnya.
Di hari ketiga, workhop ini menggelar agenda site visit ke Desa Cibiru Wetan yang berada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Cibiru Wetan dinilai penyelenggaea sebagai role model ‘Smart Village’ yang telah sukses dan mendapat berbagai penghargaan.
Sebagai informasi, workhsop ini diikuti oleh 45 peserta dari 16 negara dari Asia-Pasifik. Di antaranya, Indonesia, Mongolia, Fiji, Pakistan, China, Thailand, Filiphina, Laos, India, Bangladesh, Turki, Korea, Nepal, Vietnam, Kamboja, Srilanka.
Penulis: Rizal K