Transformasi Desa Wisata Bangsring Underwater: Ekowisata Konservasi Laut dengan Omzet Miliaran Rupiah

Desa Bangsring yang dulu tertinggal kini telah berubah menjadi destinasi wisata ekowisata, berfokus pada konservasi laut melalui pemulihan terumbu karang dan perlindungan ikan hiu serta penyu. Berkat upaya konservasi ini, Bangsring Underwater kini menghasilkan omzet miliaran per tahun.
Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Sumber: Dok. Jadesta
Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Sumber: Dok. Jadesta

Kolomdesa.com, Banyuwangi – Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dulunya dikenal sebagai desa tertinggal sebab kondisi tanahnya yang tandus dan gersang. Namun, saat ini Desa Bangsring telah berkembang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Banyuwangi. Ia menawarkan ekowisata berbasis konservasi ikan dan terumbu karang.

Desa Bangsring terletak di bagian timur Kabupaten Banyuwangi, berbatasan langsung dengan Selat Bali. Berada di lokasi strategis menjadikannya sebagai titik transit penting bagi wisatawan yang menuju ke Bali atau sebaliknya.

Sekretaris Desa Bangsring, Saiful Bahri, menjelaskan sebelumnya desa ini hanya merupakan tempat transit bagi masyarakat yang hendak menuju Pulau Bali. Banyak pengunjung dari luar kota yang berhenti sejenak di desa ini hanya untuk numpang buang air kecil di toilet pom bensin yang ada di desa tersebut.

”Desa Bangsring dulunya menjadi desa yang sangat tertinggal. Banyak masyarakat luar kota yang mampir ke desa ini hanya untuk numpang kencing di pom bensin,” jelas Saiful kepada Kolomdesa ketika wawancara, Jumat (16/8/2024).

Kemudian, lanjut Saiful, pada tahun 2008 terdapat satu lembaga swadaya masyarakat bernama Samudera Bakti yang memprakarsai untuk membuka konservasi laut. Hal itu diterima oleh pihak pemerintah desa dan langsung menindaklanjuti dengan melakukan Musyawarah Desa (MUSDES).

”Awalnya pada tahun 2008, terdapat 1 lembaga swadaya masyarakat yang memprakarsai untuk membuka konservasi laut,” tuturnya.

Meski wisata Bangsring Underwater didirikan pada tahun 2008, namun baru secara resmi dibuka pada tahun 2014. Sebelum tahun 2008, terumbu karang di perairan sekitar sempat mengalami kerusakan akibat praktik penangkapan ikan menggunakan bom oleh para nelayan.

”Berdirinya sejak tahun 2008, tapi peresmiannya 2014. Selama enam tahun itu, kita berfokus untuk memperbaiki terumbu karang terlebih dahulu,” terangnya.

Bangsring Underwater menyediakan sejumlah fasilitas wisata berbasis edukasi dan konservasi untuk wisatawan yang datang. Wisatawan juga bisa menikmati keindahan laut yang memanjakan mata.

Transformasi Desa Wisata Bangsring Underwater: Ekowisata Konservasi Laut dengan Omzet Miliaran Rupiah
Rumah Apung Wisata Bangsring, Sumber: Dok. Jadesta

Rumah Apung dan Sensasi Berenang dengan Hiu

Rumah Apung adalah struktur kayu berukuran 27 x 7 meter yang terletak sekitar 20 meter dari bibir pantai. Sebagai ikon wisata Bangsring Underwater, Rumah Apung memiliki dua fungsi utama.

Pertama, ia berfungsi sebagai titik pertemuan bagi wisatawan yang ingin melakukan snorkeling dan diving. Kedua, Rumah Apung juga berfungsi sebagai keramba ikan untuk konservasi, khususnya untuk ikan hiu dan penyu.

”Harga tiket masuk wisata ini relatif murah, Rp 5000 ribu saja,” katanya.

Wisatawan yang mengunjungi keramba di Rumah Apung dapat merasakan pengalaman berenang bersama hiu yang berada di keramba konservasi. Salah satu pendiri sekaligus pengelola wisata, Sukir, menjelaskan bahwa ikan hiu dan penyu yang ada di keramba tersebut diperoleh dari nelayan dalam kondisi yang kurang baik.

Setelah itu, ikan hiu dan penyu tersebut dirawat di keramba konservasi hingga pulih, sebelum akhirnya dilepaskan kembali ke habitat alaminya.

“Jadi hiu yang tertangkap nelayan dalam kondisi rusak atau hampir mati, itu kami minta, kami beli dari nelayan. Lalu, kami sembuhkan di keramba, setelah sembuh kami lepas, sehingga kami namai Klinik Hiu,” katanya ketika diwawancarai Kolomdesa di kesempatan yang sama. 

Namun, kegiatan berenang dengan hiu hanya bisa dilakukan jika kondisi hiu sudah membaik. Kegiatan tersebut cukup aman, bahkan sudah banyak wisatawan yang berenang dengan hiu di Bangsring Underwater.

“Begitu juga penyu, biasanya kami dapat penyu tersangkut karung goni, jaring, atau kena ikatan tapi pancing. Nah, itu kami selamatkan dulu, setelah sehat kami lepas lagi,” imbuhnya.

Transformasi Desa Wisata Bangsring Underwater: Ekowisata Konservasi Laut dengan Omzet Miliaran Rupiah
Snorkeling di Wisata Bangsring, Sumber: Dok. Jadesta

Snorkeling dan Diving

Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati keindahan panorama bawah laut, terumbu karang, dan kehidupan laut di Bangsring Underwater dengan kegiatan snorkeling atau diving. Pihak pengelola menawarkan penyewaan peralatan snorkeling dan diving untuk pengunjung.

Sukir mengatakan, tarif untuk snorkeling adalah Rp 35.000/orang, sedangkan untuk diving adalah Rp 750.000/orang. Untuk pemula, pihak pengelola sudah menyediakan pemandu yang akan memberikan petunjuk dan menunjukkan lokasi terbaik untuk snorkeling dan diving.

”Untuk para pemula kita sudah sediakan guide untuk menjaga dan memastikan keamanannya,” ujarnya.

Transformasi Desa Wisata Bangsring Underwater: Ekowisata Konservasi Laut dengan Omzet Miliaran Rupiah
Suasana Pulau Tabuhan, Sumber: Dok. Jadesta

Menyebrang ke Pulau Menjangan dan Tabuhan

Menurut informasi yang didapat Kolomdesa, Bangsring Underwater juga menyediakan fasilitas penyeberangan ke Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan. Ada sejumlah perahu dan kapal milik nelayan setempat yang siap mengantarkan rombongan wisatawan ke kedua pulau tersebut. 

Untuk menyewa satu kapal ke Pulau Tabuhan, tarifnya adalah Rp 500.000 (PP), dengan kapasitas maksimal sepuluh orang. Sedangkan tarif sewa kapal ke Pulau Menjangan sebesar Rp 1 juta (PP), dengan kapasitas maksimal sepuluh orang. 

“Biaya itu hanya untuk sewa kapal saja, belum termasuk tiket masuk Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan,” jelasnya

Untuk harga tiket masuk ke pulau tersebut berada di kisaran angka Rp 10.000 – Rp 15.000 per orang, untuk wisatawan lokal. Sedangkan untuk wisatawan asing sekitar Rp 30.000 – Rp 50.000 per orang.

Transformasi Desa Wisata Bangsring Underwater: Ekowisata Konservasi Laut dengan Omzet Miliaran Rupiah
Homestay di Desa Wisata Bangsring, Sumber: Dok. Jadesta

Tersedia Wahana Air dan Penginapan

Bangsring Underwater juga menawarkan berbagai wahana air untuk pengunjung. Adapun wahana tersebut seperti kano, papan paddle, dan banana boat.

Biaya sewa kano adalah Rp 40.000 per orang, sementara sewa papan paddle adalah Rp 50.000 per orang. Untuk destinasi banana boat, tarifnya adalah Rp 150.000 untuk maksimal lima orang.

Bangsring Underwater juga menawarkan fasilitas homestay untuk pengunjung dari luar kota. Homestay dikelola oleh penduduk setempat, harga sewanya mulai Rp 300.000 hingga Rp700.000 per malam.

”Kita di sini juga menyediakan penginapan untuk pengunjung yang menginap, tarifnya mulai dari Rp 300 ribu sampai dengan Rp 700 ribu,” katanya.

Jam Operasional, Tiket Masuk Rute dan Rute Menuju Wisata Bangsring Underwater

Bangsring Underwater buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Namun, wisatawan dianjurkan untuk berkunjung di pagi atau sore hari agar dapat menikmati keindahan panorama matahari terbit dan matahari terbenam.

Adapun untuk tiket masuk wisata Bangsring Underwater sebesar Rp 5000 ribu. Jika wisatawan ingin menikmati permainan lainnya, maka dikenakan tarif lain.

Bangsring Underwater berada di Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Jaraknya dari Kota Banyuwangi sekitar 23 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dengan menggunakan kendaraan roda 4 maupun 2.  Lokasinya cukup strategis sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan umum.

Bagi wisatawan yang menggunakan kereta api, dapat turun di Stasiun KA Banyuwangi Baru. Selanjutnya, pengunjung dapat  naik angkot atau ojek online selama kurang lebih 10 menit.

Trafik dan Omzet Pengunjung

Jumlah pengunjung Bangsring Underwater setiap bulan bisa mencapai antara 16.000 hingga 21.000 orang. Angka tersebut dapat meningkat selama periode liburan.

Pada tahun 2024 sampai bulan Agustus, pengunjung Bangsring Underwater mencpai 18.000 orang. Angka Tersebut masih diperkiran bisa naik sampai dengan akhir tahun nanti. Sedangkan pada tahun 2023 pengunjung mencapai 24.000 orang, dan di 2022 pengunjung mencapai 22.000 orang.

”Pengunjung di sini tiap tahunnya mencapai 16-21 ribu orang. Kalau musim liburan angka itu bisa lebih,” kata Sukir.

Untuk omzet Bangsring Underwater setiap bulan mencapai angka Rp 450 juta hingga Rp 600 juta. Pada tahun 2024 hingga bulan Agustus, diperkirakan omzet mencapai Rp1,1 miliar. Sedangkan pada tahun 2023 omzet berada dikisaran 1,4 miliar dan di tahun 2022 mencapai Rp1,2 miliar.

”Untuk omzet per bulannya berada di kisaran Rp 600 juta,” terangnya.

Penulis: Hafidus Syamsi

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di: