Wisata Edukasi Gerabah Desa Rendeng: Menjaga Tradisi, Menggerakkan Ekonomi

Desa Rendeng menawarkan wisata edukasi gerabah yang memungkinkan pengunjung belajar langsung tentang proses pembuatan kerajinan gerabah. Tidak hanya meningkatkan ekonomi perajin lokal, tetapi juga melibatkan komunitas setempat dalam pengelolaannya, menjadikannya sumber pendapatan desa yang berkelanjutan.
Anak-Anak TK Belajar cara membuat gerabah. Sumber: Dokumentasi Desa Rendeng
Anak-Anak TK Belajar cara membuat gerabah. Sumber: Dokumentasi Desa Rendeng

Kolomdesa.com, Bojonegoro – Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro menawarkan pengalaman wisata yang menarik dan edukatif bagi para pengunjung yang ingin mengetahui kerajinan gerabah. Terletak di tengah-tengah alam persawahan Bojonegoro, desa ini merupakan tempat yang ideal untuk belajar tentang proses pembuatan gerabah dan menghargai karya seni yang dibuat dengan tangan.

Kerajinan gerabah yang dihasilkan di Desa Wisata Edukasi Gerabah Rendeng memiliki berbagai macam jenis dan ukuran, mulai dari vas, mangkuk, piring, hingga patung dan dekorasi lainnya. Setiap karya memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, baik dalam bentuk, motif, maupun warna. 

Dalam pengelolaannya, Wisata Edukasi Gerabah dikelola oleh BUMDes dan juga Karang Taruna Satria Muda Desa Rendeng.

“Keterlibatan dari Karang Taruna sendiri untuk melatih muda mudi mengenal dunia usaha, terkhusus wisata,” tutur Kepala Desa Rendeng, Muslihat kepada Kolomdesa, Selasa (13/8/24).

Wisata Edukasi Gerabah Desa Rendeng: Menjaga Tradisi, Menggerakkan Ekonomi

Hasil kerajinan gerabah warga. Sumber: Dokumentasi Desa Rendeng

Pengunjung dapat Membuat Gerabahnya sendiri

Desa Wisata Edukasi Gerabah Rendeng tidak hanya memberikan pengalaman melihat hasil akhir kerajinan gerabah, tetapi juga memungkinkan pengunjung untuk belajar tentang proses pembuatannya.

Mulai dari pengolahan tanah liat, pembentukan dengan tangan atau menggunakan roda putar, hingga proses pengeringan dan pembakaran di tungku. Pengunjung dapat melihat setiap tahapan dengan lebih dekat.

‘’Pengunjung dapat membuat cobek yang dapat dipraktekkan ketika berkunjung ke WEG,’’ jelas Muslihat.

Ia menambahkan, rata-rata kunjungan berasal dari siswa TK, SD, SMP sederajat, hingga SMA dan mahasiswa. WEG pun terus mengembangkan kreativitas dan inovasi menghadapi perkembangan zaman khususnya dunia anak-anak.

Wisata Edukasi Gerabah Desa Rendeng: Menjaga Tradisi, Menggerakkan Ekonomi

Hasil kerajinan gerabah warga. Sumber: Dokumentasi Desa Rendeng

Harga Paket Wisata yang Sangat Terjangkau

Di wisata edukasi gerabah ini menyediakan sejumlah variasi paket yang murah dan terjangkau. Yakni paket Rp10.000 meliputi tanah siap pakai, gerabah siap diwarnai, cat air, kuas, gerabah hasil praktik bisa dibawa pulang dan air mineral.

Paket Rp15.000 meliputi tanah siap pakai, gerabah siap diwarnai, cat air, kuas, gerabah hasil praktik bisa dibawa pulang, celengan cantik ukuran kecil dan air mineral.

Paket Rp20.000 meliputi tanah siap pakai, gerabah siap diwarnai, cat air, kuas, gerabah hasil praktik bisa dibawa pulang, celengan cantik ukuran besar dan air mineral.

Paket Rp25.000 meliputi tanah siap pakai, gerabah siap diwarnai, cat air, kuas, gerabah hasil praktik bisa dibawa pulang, celengan cantik ukuran kecil, nasi kotak dan air mineral.

Sementara untuk paket Rp30.000 meliputi tanah siap pakai, gerabah siap diwarnai, cat air, kuas, gerabah hasil praktik bisa dibawa pulang, celengan cantik ukuran besar, nasi kotak dan air mineral.

“Untuk metode edukasi anak PAUD dan TK kita bedakan siswa SD hingga tingkat SMA. Bagi anak-anak TK hanya mencetak. Sedangkan bagi siswa SD sampai SMA pakai metode putar dan mencetak,” ujarnya.

Dari hasil pengelolaan wisata edukasi gerabah ini, 40% diberikan kepada perajin, 30% trainer, dan 30% kas.

“Kas ini masuk ke BUMDes untuk pendapatan asli desa atau PADes. Selain itu juga kegiatan sosial seperti keagamaan dan pemberian bantuan sembako kepada semua warga di sini,” tambah Muslihat.

Wisata edukasi gerabah telah mampu meningkatkan ekonomi perajin. Produksi gerabah yang sebelumnya lama terjual karena kesulitan pasar, sekarang cepat laku. Saat ini, hasil produksi perajin yang ditampung pengelola menjadi satu paket wisata edukasi yang bisa dibawa pulang pengunjung maupun untuk souvenir.

“Setiap perajin seharinya bisa mendapatkan Rp140.000 dari omset penjualan. Karena dari produk gerabah jenis sapi yang ukuran kecil kita beri Rp 700 per biji, dan Rp 200 untuk sapi ukuran besar,” jelasnya.

Selain meningkat pendapatan perajin, adanya wisata edukasi gerabah ini juga menumbuhkan usaha baru bagi warga sekitar. Warga selain memproduksi gerabah untuk disetorkan kepada pengelola, juga membuka warung makan dan minuman.

Editor: Rizal K

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya