Semarak Kemerdekaan di Tengah Kesakralan Tradisi Sedekah Laut Desa Sukorejo

Arak - arakan sedekah laut oleh Nelayan di Desa Sukorejo. Sumber: INews
Arak - arakan sedekah laut oleh Nelayan di Desa Sukorejo. Sumber: INews

Share This Post

Kolomdesa.com, Gresik – Masyarakat Nelayan di Desa Sukorejo di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, merayakan tradisi yang sudah ada berpuluh tahun dan dipertahankan hingga saat ini. Tradisi ini yaitu ritual Sedekah Laut atau Larung Sesaji pada Minggu (11/8/2024). Di tengah arus digitalisasi dan perubahan zaman, tradisi ini tetap dipertahankan sebagai bentuk ungkapan syukur atas hasil laut yang melimpah dan sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya leluhur.

Sejak pukul 06.00 WIB, masyarakat Desa Sukorejo dengan semangat memenuhi balai, terlihat ratusan warga yang berbondong-bondong menuju Balai Nelayan setempat. Tradisi Sedekah Laut yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini tak hanya dihadiri oleh para nelayan, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka bersama-sama mengambil bagian dalam rangkaian pelaksanaan Sedekah Laut ini.

Acara dimulai dengan doa bersama yang diikuti oleh seluruh warga. Suasana khusyuk dan penuh rasa syukur melingkupi Balai Nelayan saat doa-doa dipanjatkan kepada Allah SWT, memohon berkah dan keselamatan dalam melaut. Setelah doa bersama, miniatur perahu nelayan yang telah dihias dengan berbagai hasil bumi dan laut diarak mengelilingi desa. Iringan sholawat nabi yang dilantunkan sepanjang perjalanan menambah kesakralan acara ini.

Miniatur perahu yang diarak ini memiliki makna dan juga membawa pesan penting. Di dalam perahu tersebut terdapat berbagai hasil bumi dan laut, hasil jerih payah para nelayan dan petani desa. Makanan khas seperti tumpeng dan bubur merah, yang merupakan simbol kemakmuran dan keberkahan, turut ditempatkan di dalam perahu. Semua ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan.

Setelah mengelilingi desa, miniatur perahu kemudian dibawa menuju muara Kali Lamong, lokasi yang telah dipilih untuk pelaksanaan Larung Sesaji. Sebanyak 46 perahu nelayan mengikuti arak-arakan ini, masing-masing dihias dengan pernak-pernik atribut kemerdekaan Indonesia. Bendera merah putih, balon, dan makanan ringan yang diikat pada tiang bendera memperindah tampilan perahu, menambah semarak suasana di tengah lautan.

Semarak Kemerdekaan di Tengah Kesakralan Tradisi Sedekah Laut Desa Sukorejo
Perahu Nelayan membawa tumpeng sebagai bentuk syukur. Sumber: INews

Perjalanan menuju muara Kali Lamong ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, suasana semakin meriah dengan iringan lagu-lagu tradisional seperti “Prau Layar” dan lantunan sholawat nabi yang mengalun dari perahu khusus yang dilengkapi dengan sound system. Ketika perahu-perahu ini tiba di lokasi yang telah ditentukan, perahu ini terlihat berkumpul berjejeran di satu titik, menciptakan pemandangan yang indah di tengah laut.

Sesampainya di muara, sebelum miniatur perahu yang berisi hasil bumi dan laut dilarung ke laut, seorang tokoh masyarakat setempat memimpin doa terlebih dahulu. Doa tersebut merupakan ungkapan syukur atas limpahan rezeki yang diterima selama ini dan harapan agar para nelayan selalu diberi keselamatan dalam setiap pelayaran mereka. Setelah doa, miniatur perahu perlahan dilarung ke laut, disaksikan oleh seluruh warga yang hadir.

M. Khotib, Ketua Nelayan Desa Sukorejo, menjelaskan bahwa tradisi Larung Sesaji ini merupakan bentuk rasa syukur nelayan atas hasil tangkapan laut yang mereka peroleh. “Kami buat Larung Laut atau Sedekah Laut ini sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang didapat para nelayan Sukorejo,” ujarnya. Menurut Khotib, tradisi ini juga sebagai wujud pelestarian budaya leluhur yang sudah ada sejak lama dan masih terus dipertahankan hingga kini.

Kepala Desa Sukorejo, Fatkhur Rahman, menambahkan bahwa tradisi Sedekah Laut ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, sebagai ungkapan syukur masyarakat nelayan kepada Allah atas rezeki yang diberikan. Kedua, untuk melestarikan budaya leluhur, sekaligus mempererat hubungan silaturahmi antarwarga desa, khususnya antar nelayan. “Semua warga dilibatkan, semua unsur ikut berpartisipasi, karena ini kegiatan satu desa, bagian dari melestarikan budaya leluhur, mempererat tali silaturahmi warga,” terangnya.

Acara puncak Sedekah Laut berlangsung dengan penuh kesakralan. Setelah miniatur perahu dilarung ke tengah laut, seluruh perahu yang mengantarkan sesaji ini perlahan kembali ke daratan. Setibanya di darat, acara dilanjutkan dengan makan bersama hasil olahan laut di Balai Nelayan. Momen ini menjadi penutup tradisi Sedekah Laut, di mana seluruh warga berkumpul, berbagi makanan, dan merayakan kebersamaan.

Tradisi Sedekah Laut menjadi simbol terawatnya budaya warga Desa Sukorejo dalam mempertahankan nilai-nilai budaya di tengah arus modernisasi. Ditengah perubahan budaya yang terus berubah – ubah, dengan era digitalisasi yang terus dominan, tradisi ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang. Ini merupakan bentuk keteguhan dan komitmen masyarakat Desa Sukorejo dalam merawat dan mempertahankan tradisi dari para leluhurnya.

Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-79, kegiatan Sedekah Laut tahun ini juga menjadi momentum untuk meneguhkan rasa cinta tanah air. Hiasan perahu dengan bendera merah putih dan pernak-pernik kemerdekaan menjadi simbol kebanggaan warga Desa Sukorejo sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya