Kolomdesa.com, Boyolali – Warga di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, berhasil menciptakan desa energi mandiri dengan mengubah limbah tahu menjadi biogas. Energi ini digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti gas elpiji 3 kilogram dan sumber tenaga listrik sejak 1990 hingga kini.
Desa Urutsewu kini benar-benar hidup dengan energi mandiri. Pipa-pipa panjang yang menyalurkan biogas terlihat melintang di berbagai rumah, semuanya berasal dari limbah industri tahu milik Suwarno (46).
“Biogas dari limbah tahu ini, selain digunakan untuk memasak, juga dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Pipa paralon yang terhubung dengan diesel, dimodifikasi untuk menghasilkan listrik, sehingga dapat digunakan sehari-hari atau sebagai cadangan saat terjadi pemadaman listrik,” kata Suwarno, pengelola limbah tahu, Rabu (7/8/2024).
Suwarno mengolah limbah tahu dengan cara menyalurkannya melalui pipa paralon menuju digester yang terletak sekitar 5 meter di belakang industri tahunya. Suwarno memiliki dua digester yang menampung limbah tahu, dan hasil pengolahannya disalurkan ke rumah pribadinya serta tujuh rumah tetangganya.
Suwarno juga menjelaskan, limbah industri tahu ini memberikan banyak manfaat. Pertama, limbah tahu dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti gas elpiji. Kedua, limbah ini juga dapat menghasilkan listrik sebagai penerangan. Ketiga, dengan memanfaatkan limbah tahu, warga dapat menghemat pengeluaran untuk membeli gas elpiji tiga kilogram.
“Semenjak memanfaatkan limbah tahu, warga di sini bisa menghemat biaya pembelian gas elpiji dan juga listrik untuk penerangan rumah,” ujar Suwarno kepada Beritasatu.com, Selasa (6/8/2024).
Menurutnya, sampai saat ini digester yang sudah dibangun dapat menampung 6.000 liter limbah dengan kapasitas 8 kubik untuk mengalirkan biogas kepada sembilan keluarga.
“Biogas ini bisa dimanfaatkan oleh sembilan keluarga. Sementara kapasitas tampung limbahnya adalah 6.000 liter. Karena tidak mencukupi, sebagian limbah terbuang begitu saja,” jelasnya.
Membangun digester memerlukan biaya yang cukup besar, sekitar Rp 50 juta. Suwarno berencana menambah satu digester lagi agar semua limbah dapat tertampung dan dimanfaatkan untuk lebih banyak rumah tangga.
Sebelumnya, Suwarno sempat mendapat protes dari warga sekitar terkait limbah tahu. Namun, setelah limbah tersebut dimanfaatkan dengan baik, warga pun memberikan apresiasi.
Kepala Desa Urutsewu Sri Haryanto mengatakan, biogas dari limbah industri tahu dan ternak sapi memberikan banyak manfaat bagi warga, salah satunya meningkatkan kesadaran tentang pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Penggunaan biogas juga dapat menghemat anggaran elpiji sebesar Rp 720.000 setiap tahun per kepala keluarga, hingga penghematan listrik Rp 3 juta per tahun.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu