Kolomdesa.com, Bangli – Sejumlah rombongan datang untuk belajar mengelola Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Hal ini yang mendorong tim pengabdian masyarakat Universitas Surabaya (Ubaya) mengajak desa binaan Ubaya, yaitu Desa Belik Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto melakukan pembelajaran lapangan ke Desa Penglipuran Bali.
“Program ini mendapat support pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Melalui Direktorat Riset, Teknologi, Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi,” ujar Benny Lianto sekaligus ketua tim hibah pengabdian masyarakat Ubaya, Rabu (31/7/2024).
Menurut Rektor Ubaya Benny Lianto, kegiatan pembelajaran lapangan ini memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, mengubah mindset para pengelola desa wisata dan Bumdes. Selain itu, peserta belajar pengelolaan desa wisata yang terbaik dengan cara melihat dan merasakan pengalaman langsung dilapangan.
“Kunjungan kami juga menambah pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam meningkatkan layanan prima, membangun kesadaran tentang desa wisata yang bersih dan berkelanjutan. Serta memberi inspirasi bagi munculnya inovasi dalam pengelolaan desa wisata,” terangnya.
Harapan dari kegiatan ini Desa Belik Kecamatan Trawas ini akan menjadi desa wisata yang terbaik dalam berbagai aspek seperti layanan prima, kebersihan lingkungan, konservasi hutan bamboo. Secara keseluruhan hal ini dapat meningkatkan pengunjung dan pendapatan desa dan masyarakatnya.
“Kami pelajari dari Desa Panglipuran Bali ini bagaimana manajemen pengelolaan wisata, pengelolaan restoran, pelayanan prima pelanggan, dan pengelolaan UMKM secara professional,” imbuh Benny Lianto.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan 26-28 Juli 2024 itu diikuti juga oleh perwakilan Desa Belik, yang terdiri dari perwakilan pemerintah desa, Bumdes Mulya Jaya Belik, BPD, Karang taruna, PKK, dan UMKM. Sehingga tim berkesempatan untuk berdialog dengan pengelola terkait konservasi bambu dan melihat secara langsung pembuatan ornamen dari bambu yang bisa mempercantik hutan bambu.
Kata I Nengah Moneng, setiap warga berkesempatan untuk menjadi tuan rumah yang menyediakan makanan bagi tamu atau wisatawan. Penyajian makanan bisa dilakukan di rumah masing-masing penduduk atau di lokasi jalan utama Desa Penglipuran.
“Jadi, setiap warga yang bersedia akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi vendor makanan bagi tamu atau wisatawan,” terang I Nengah Moneng.
Sementara itu, Naif Santoso, Direktur Bumdes Mulya Jaya Desa Belik, yang turut menjadi peserta pembelajaran lapangan, menyampaikan terima kasih adanya kegiatan pembelajaran lapangan bagi pengelola wisata desa belik. Dan atas nama Bumdes dan perwakilan Desa Belik, pihaknya berterima kasih atas kesempatan luar biasa yang diberikan oleh Ubaya melakukan studi lapangan ini.
“Pembelajaran yang kami dapatkan sangatlah banyak dan berharga. Kami bisa melihat perjuangan yang tidak mudah di desa adat Penglipuran Bangli,” ucapnya.
Naif menambahkan, hal yang terjadi di Desa Penglipuran merupakan contoh komitmen yang luar biasa dan pelayanan yang prima. Tentunya hal ini akan diterapkan pada manajemen wisata desanya.
“Andalan kami adalah wisata Petung Park. Akan kami tingkatkan komitmen membangun desa melalui wisata. Baik pada aspek pelayanan yang ada, mau pun aspek lain,” bebernya.
Oleh karena itu, sedikit demi sedikit dirinya akan membuat dan memgembangkan spot-spot foto seperti yang ada di hutan bambu Desa Penglipuran, Bali.
“Ke depannya semoga wisata petung park semakin sukses dan bisa dikenal tidak hanya oleh wisatawan lokal akan tetapi juga mancanegara“, pungkas Naif Santoso.
Penulis : Fais
Editor : Danu