Kolomdesa.com, Grobogan – Kekeringan mulai melanda 29 desa pada empat Kecamatan di Kabupaten Grobogan, termasuk Desa Karanganyar, Kecamatan Geyer.
Warga setempat harus mencari air di belik sungai lantaran kesulitan mendapatkan sumber mata air bersih, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Keadaan tersebut lantaran Desa Karanganyar termasuk daerah di luar cekungan air tanah (CAT). Maka harus ada sumber lain seperti mata air atau sungai,” kata Sub Koordinator Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh, Rudy Leksono, Senin (29/7/2024).
Rudy Leksono mejelaskan bahwa di Desa Karanganyar memiliki akuifer tanah yang tipis sehingga hanya ada di permukaan. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan air selalu habis setiap musim kemarau. Beberapa upaya telah dilakukan Pemkab Grobogan untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti pembuatan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), namun hasilnya tidak maksimal dibandingkan dengan daerah lain.
“Sudah pernah ada Pamsimas di sana. Dulu di Desa Monggot, Ledokdawan, dan Karanganyar Kecamatan Geyer. Tapi nggak bisa seperti daerah lain pengembangannya,” jelasnya.
Menurutnya, masalah utama di wilayah Karanganyar adalah struktur tanah yang berupa lanau atau lempung hijau, sehingga sulit menyerap dan meresapkan air.
Rudy berharap adanya pembuatan sumur air dangkal atau jaringan air dari Sidorejo atau Waduk Kedung Ombo melalui PDAM bisa menjadi solusi.
“Kalau sumur air dangkal, kendalanya saat kemarau juga habis airnya. Memang harus dibuatkan embung atau waduk. Saat itu sempat BBWS Pemali Juana siap membuat. Namun, saat itu ada beberapa warga yang menolak,” tambah Rudy
Situasi ini menekankan perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan di Desa Karanganyar dan desa-desa lain yang terkena dampak di Kabupaten Grobogan. Pemerintah setempat terus mencari cara untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi warga, terutama selama musim kemarau yang berkepanjangan.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu