Tradisi Pati Ka Suku Lio dan Pesona Danau Kelimutu

Pesona Tiga Danau Kelimutu yang dipercayai sebagai peristirahatan terakhir suku Lio. Sumber: Kolomdesa
Pesona tiga Danau Kelimutu yang dipercayai sebagai peristirahatan terakhir suku Lio. Sumber : Kolomdesa

Share This Post

Kolomdesa.com Ende, Di tengah pesona alam Pulau Flores, Indonesia, terdapat tradisi budaya yang masih dipertahankan, merepresentasikan kekayaan dan adat suku Lio. Ritual Pati Ka, yang berlangsung di Danau Kelimutu, adalah perwujudan hubungan mendalam antara manusia, alam, dan leluhur. Tradisi Pati Ka terus dilakukan hingga hari ini. Suku Lio meyakini bahwa arwah leluhur beristirahat dan menjaga alam sekitar Danau Kelimutu dan juga sekaligus mengupayakan dan melestarikan warisan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad.

Ritual Pati Ka, secara etimologi yang berarti “memberi makan leluhur,” telah dilakukan selama bertahun-tahun sebagai bentuk penghormatan kepada arwah dan leluhur yang telah mendahului. Yohanes Don Bosco Watu, Ketua Forum Komunitas Adat Kelimutu, menjelaskan bahwa ritual ini merupakan simbol komunikasi antara manusia dengan leluhur dan Tuhan. Masyarakat Lio percaya bahwa jiwa-jiwa yang telah meninggal bersemayam di Danau Kelimutu, menjadikannya sebagai tempat peristirahatan terakhir setelah perjalanan hidup usai.

“Pati Ka merupakan ritual adat memberi makan arwah leluhur di Danau Kelimutu. Ritual ini sebagai bentuk penghormatan kepada wujud tertinggi dan arwah leluhur,” ungkapnya.

Pati Ka dimulai dengan prosesi yang menjadi daya tarik tersendiri, di mana peserta berjalan kaki menuju puncak Kelimutu, diiringi oleh musik tradisional yang beriringan sehingga menambah kesakralan prosesi adat. Pria dan wanita mengenakan pakaian adat yang mencerminkan identitas budaya Suki Lio. Pria memakai sarung tenun, destar, dan selendang, sementara wanita mengenakan kain tenun ikat dan baju adat.

“Pesan moralnya, agar kita menghormati leluhur dan sang pencipta dengan ikut menjaga warisan adat budaya serta alam,” ungkapnya.

Tradisi Pati Ka Suku Lio dan Pesona Danau Kelimutu
Masyarakat suku Lio Menggunakan baju adatnya. Sumber: Kelimutu.id

Mosalaku Pu’u, pemimpin ritual, memulai dengan doa yang khusyuk, memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan serta leluhur. Sesajen yang terdiri dari nasi merah, daging babi, sirih pinang, dan tembakau diletakkan di atas batu altar. Prosesi ini diakhiri dengan tarian Gawi Sodha, yang menambah nuansa sakral pada ritual tersebut.

Budi Mulyanto, Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu, menekankan dengan dipertahankannya tradisi Pati Ka tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat suku Lio, tetapi juga bagi kelestarian taman nasional. Danau Kelimutu, yang dianggap sebagai pusat budaya, memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan dan budaya. Ritual ini memperkuat hubungan antara masyarakat dan kawasan konservasi, yang menjadi penyangga kehidupan dengan menyediakan sumber air bersih dan oksigen.

“Masyarakat di sekitar kawasan taman nasional menjadikan Danau Kelimutu sebagai pusat budaya. Ini merupakan potensi menjaga keutuhan taman nasional sekaligus menarik wisatawan,” ucapnya.

Pengelolaan taman nasional melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal. Kelompok seperti Masyarakat Mitra Polhut dan Masyarakat Peduli Api berperan dalam patroli rutin dan pencegahan kebakaran hutan. Keterlibatan ini menciptakan hubungan saling menjaga antara manusia dan alam, menjaga ekosistem serta warisan budaya tetap lestari.

Selain itu, ritual Pati Ka menarik perhatian wisatawan, memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat setempat. Wisata budaya ini menawarkan pengalaman unik yang mengedukasi pengunjung tentang pentingnya menghormati dan melestarikan tradisi leluhur. Selain itu dengan pesona keindahan alamnya, Danau Kelimutu juga menjadi destinasi wisata menarik yang sering dikunjungi wisatawan manca negara.

Tradisi Pati Ka Suku Lio dan Pesona Danau Kelimutu
Danau Kelimutu menjadi daya tarik wisatawan manca negara. Sumber: Kolomdesa

Asal Usul dan Kepercayaan Suku Lio

Berdasarkan halaman tulisan oleh Taman Nasional Keimutu, Masyarakat Lio, yang menyebut diri mereka “Ata Lio” memiliki sejarah panjang yang diyakini berasal dari leluhur yang datang dari Indocina dan Semenanjung Malaysia. Mereka membawa serta keterampilan dan peradaban yang membentuk dasar budaya Lio. Mitos dan legenda yang menyertai asal usul suku ini memperkuat identitas dan kebanggaan budaya, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Leluhur suku Lio diyakini datang dengan perahu panjang dan menetap di Flores Tengah, membawa beragam keterampilan seperti berburu, berlayar, menanam padi, dan menenun. Keberagaman ini menciptakan fondasi yang kuat bagi tradisi dan adat istiadat yang kaya dan beragam.

Ritual Pati Ka di Danau Kelimutu menjadi sebuah kekayaan budaya Indonesia yang terus dilestarikan. Ritual ini menjadi sebuah perwujudan dari hubungan mendalam antara manusia, alam, dan leluhur, yang menekankan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Dengan melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan kawasan konservasi, tradisi ini tidak hanya menjaga warisan budaya tetap hidup, tetapi juga memastikan keberlanjutan ekosistem alam.

Kekayaan budaya suku Lio dan makna spiritual dari ritual Pati Ka menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi sebuah percontohan budaya yang mengajarkan pentingnya menghormati warisan leluhur dan menjaga keseimbangan alam. Ritual ini terus berkembang sebagai simbol dari identitas dan kebanggaan masyarakat Lio, serta sebagai daya tarik wisata yang memperkenalkan keindahan dan kekayaan budaya Flores kepada dunia.

Melalui Pati Ka, suku Lio menunjukkan bahwa warisan budaya ini tidak menjadi sebuah simbol budaya Suku Lio semata, tetapi untuk pertahankan dan dijaga agar tetap hidup untuk generasi mendatang. Ritual ini menjadi medium jembatan antara masa lalu leluhurnya, masa kini, dan masa depan, menghubungkan manusia dengan leluhur dan alam Danau Kelimutu.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya