Kolomdesa.com, Jembrana – Wayan Dendiem (65), salah satu petani di Desa Subak Tegal Wani, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, mengeluhkan lahan pertaniannya yang tak mendapat aliran air selama sepekan terakhir.
Dengan kondisi ini, petani terpaksa menggunakan bantuan sumur bor sehingga membuat pengeluaran atau biaya operasional pertanian membengkak jauh.
“Sudah semingguan ini sawah saya tidak ada air,” ungkap Wayan Selasa (23/7/2024).
Kekeringan ini memaksa Wayan dan petani lainnya di Jembrana khususnya di Subak Kali Kembar menggunakan pompa air untuk mengairi sawah mereka. Hal ini tentu saja menambah beban biaya operasional, karena mereka harus membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin pompa air.
“Biaya minyak satu jam satu liter. Biasanya sehari bisa sampai 12 jam,” jelas Wayan.
Wayan berharap pemerintah dapat segera membantu para petani dengan mengambil langkah mengatasi kekeringan yang mulai terjadi ini. Dan dia juga berharap memantau langsung irigasi di Subak yang ada sehingga terjadi pemerataan pembagian air.
“Ya, semoga saja kondisi ini bisa segera berakhir. Jika terus terjadi, operasional kami pasti membengkak banyak,” harapnya.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana mewanti-wanti kepada petani agar tidak memaksakan menanam padi jika kondisi air tidak mencukupi.
“Wilayah tersebut belum giliran menanam padi, namun sepertinya tetap memaksakan,” kata Kabid Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Komang Ngurah Arya Kusuma saat dikonfirmasi, kemarin.
Dia menjelaskan, karena kondisi tersebut, konsekwensinya adalah harus menggunakan bantuan sumur bor. Sehingga, kondisi tanaman padi di area wilayah tersebut bisa dipulihkan kembali.
“Konsekwensinya ya harus dibantu sumur bor untuk memulihkannya,” tegasnya.
Dia menyebutkan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan petani untuk menghadapi musim kemarau yang terjadi, Mulai dari jangan memaksakan menanam padi jika kondisi air tidak mencukupi. Dan jika tetap memaksa, gunakan varietas padi yg relatif tahan kekeringan seperti Inpari 38, 39 dan 40.
Sementara untuk padi yang sudah terlanjur tanam, lakukan efesiensi air dengan pergiliran penggunaan air/pengairan terputus-putus, perbaikan jaringan irigasi, sehingga distribusi air lebih efektif dan efesien.
“Optimalkan penggunaan pompa-pompa air pertanian serta jangan lupa memanfaatkan informasi BMKG sebagai acuan mitigasi,” tegasnya.
Dia kembali mengingatkan, agar petani melakukan berbagai upaya untuk memulihkan kondisi lahan pertanian agar tidak sampai mengalami kondisi puso alias gagal panen.
Penulis : Fais
Editor : Danu