Tingkatkan Ekonomi Lokal, Pemdes Randuputih Lakukan Pengembangan Potensi Wisata

Pj Kepala Desa Randuputih, Mistaful Hudan berlatar gamelan di Kantor Desa Randuputih yang digunakan sebagai pengiring tari tradisional Sandya Bhumi Randuputih. Sumber : Ardyan Aerio Saputra-Mochammad Muiz Afldoly for Jawa Pos Radar Bromo.
Pj Kepala Desa Randuputih, Mistaful Hudan berlatar gamelan di Kantor Desa Randuputih yang digunakan sebagai pengiring tari tradisional Sandya Bhumi Randuputih. Sumber : Ardyan Aerio Saputra-Mochammad Muiz Afldoly for Jawa Pos Radar Bromo.

Kolomdesa.com, Probolinggo – Pemerintah Desa (Pemdes) Randuputih, Kecamatan Drigu, Kabupaten Probolinggo, memiliki berbagai aspek yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian lokal. Salah satunya pengembangan Pantai Kampung Pelangi Randuputih (PKPR).

“Kami melihat potensi besar dari pantai tersebut. Dengan pengelolaan yang lebih baik, kami yakin PKPR dapat menjadi magnet wisata baru di Kabupaten Probolinggo juga,” kata Pj Kepala Desa Randuputih, Mistaful Hudan, Senin (15/7/2024).
Mistaful mengungkapkan bahwa pengembangan PKPR merupakan bagian dari upaya desa untuk meningkatkan perekonomian lokal melalui sektor pariwisata.

“Di sana juga ada tanaman bakau. Rencananya nanti akan kami bangun tempat wisata hutan bakau, sekaligus menjadi sarana pendidikan berbasis ekowisata,” katanya.

Saat ini, PKPR telah dikunjungi sekitar 50 hingga 100 orang setiap harinya. Harapannya, potensi ini dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa. Meski kontribusi ekonominya saat ini masih belum signifikan, hanya sekitar Rp 100 hingga Rp 500 ribu per tahun.

“Kami juga sering melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar baik terkait lingkungan pantai ataupun memperkenalkan wisata PKPR tersebut. Di samping kami juga menginformasikannya ke masyarakat luar melalui sosial media seperti facebook, instagram, dan Youtube,” tutur Mistaful.

Saat ini, PKPR telah kerap kali dijadikan lokasi pembelajaran lingkungan oleh murid PAUD, TK, dan SD setempat. Mereka belajar tentang ekosistem laut dan pentingnya menjaga kebersihan kawasan pantai. Program ini diharapkan dapat menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini kepada generasi muda.

Pemdes juga berencana membangun jembatan ataupun selasar menuju tengah laut untuk menarik lebih banyak pengunjung.

“Kami terus mendorong pengembangan PKPR dengan membangun sejumlah fasilitas yang lebih lengkap di dalamnya. Sehingga dapat menarik jumlah pengunjung,” katanya.

Kini di kawasan tersebut sudah dilengkapi berbagai fasilitas pendukung. Di antaranya lapangan outbound, lahan parkir, gazebo untuk bersantai, kamar mandi, dan sejumlah spot foto yang instagramable.

Selain sebagai jalan pengunjung, selasar tersebut dapat menjadi lokasi tambatan kapal para nelayan lokal. Karena 90 persen warga Desa Randuputih bekerja sebagai nelayan, dimana ada sekitar 30 kapal besar dan 60 kapal kecil milik masyarakat lokal.
Ekonomi masyarakat sekitar juga mulai bergeliat. Embrio UMKM yang berdiri di sekitar lokasi mulai bermunculan.

“Nantinya akan terus kami dorong dan arahkan agar wisata ini juga dapat dirasakan dampak ekonominya bagi masyarakat,” katanya.

Tak hanya terkenal dengan wisata baharinya. Desa Randuputih juga memiliki kekayaan budaya yang khas.
Salah satunya adalah tarian tradisional yang dikenal dengan nama Sandya Bhumi Randuputih yang berarti Pemersatu Tanah Randuputih. Tarian ini merupakan tarian orisinal Desa Randuputih.

“Kami garap dalam waktu 6 bulan. Mulai dari merancang gerakan tariannya, musik pengiringnya, hingga kidungnya. Sementara videonya juga kami ambil berlatar belakang PKPR untuk sekaligus memperkenalkannya ke masyarakat luas,” kata Sekretaris Desa Randuputih, Satimin.

Satimin bilang, tarian ini terinspirasi dari legenda desa yang terserang wabah atau pagebluk pada sekitar tahun 1931.
Kala itu, dua desa yang bernama Desa Randulimo dan Desa Banyuputih lantas disatukan menjadi Desa Randuputih untuk menghadapi wabah tersebut.

“Tarian ini menjadi simbol pemersatu dan kekuatan masyarakat desa dalam menghadapi tantangan. Ini juga dapat menjadi daya tarik budaya yang memikat wisatawan,” tuturnya.

Selain destinasi wisata PKPR dan budaya lokal, desa ini juga memiliki produk olahan yang mendukung kegiatan pariwisata seperti ikan kering.

“Kami bahkan memiliki BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yaitu tempat pengeringan ikan dan kafe gendungan. Nantinya akan kami kembangkan ke pengolahan hasil laut lainnya seperti sambal atau pengolahan ikan lainnya. Sementara saat ini memang ikan kering saja, tapi sudah bisa kirim ke luar jawa. Bahkan ada yang jual online hingga ke Jepang,” tutur Satimin.

Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *