Pemdes Krandegan Manfaatkan Panel Surya untuk Irigasi Sawah

Panel surya di Desa Krandegan untuk jalankan sistem pengairan sawah di desanya. Sumber : radarpurworejo.jawapos.com
Panel surya di Desa Krandegan untuk jalankan sistem pengairan sawah di desanya. Sumber : radarpurworejo.jawapos.com

Kolomdesa.com, Purworejo – Pemerintah Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo telah berhasil memanfaatkan panel surya untuk sistem irigasi sawah.

Langkah ini telah dilakukan sejak tahun 2022 lalu, dan sudah berhasil menghemat biaya irigasi hingga 50 persen.

“Setelah adanya panel surya hanya Rp 200 ribu karena menggunakan diesel saat malam saja,” ungkap Dwinanto Kepala Desa Krandegan, Selasa (2/7/2024).

Dwinanto menjelaskan bahwa sejak 2013, pengairan sawah di desa tersebut menggunakan mesin diesel berbahan solar untuk mengambil air dari Sungai Dulang. Setiap hari, mereka menghabiskan biaya Rp 400 ribu. Untuk menutupi biaya ini, Pemdes Krandegan bekerja sama dengan pihak ketiga, sehingga para petani tidak dikenakan biaya untuk pengairan sawah.

Hal ini memungkinkan para petani di desa tersebut mendapatkan pengairan sawah secara gratis. Pada 2022, muncul ide untuk memanfaatkan tenaga surya guna menghemat biaya irigasi.

“Gagasan kami mendapatkan dukungan dan bantuan dari Pemprov) Jawa Tengah. Pada 2022 kami diberi dana Rp 400 juta lebih untuk membangun PLTS,” sebutnya.

Dana tersebut digunakan untuk membeli sebanyak 57 solar cell. Kemudian, dipasang di lahan terbuka di atas tanah bengkok milik desa.

Panel surya tersebut memiliki daya 19 ribu watt dan mampu menghasilkan debit air sebanyak 77 liter per detik atau 270 kubik per jam untuk mengairi sekitar 50 hektare sawah yang ada di Desa Krandegan.

“Ketika panen, petani cukup membayar zakat ke desa kemudian dikelola oleh kami pemdes untuk penanganan kemiskinan di desa kami,” imbuhnya.

Dwinanto menyebutkan, tipe sawah di desa tersebut adalah tadah hujan. Oleh karena itu, inovasi pompa air diesel dan panel surya ini penting untuk menyediakan stok air bagi petani pada musim kemarau agar tetap bisa tanam dan tidak kekurangan air.

“Akhirnya, setelah adanya inovasi tersebut sebagian besar petani di desanya bisa panen sebanyak tiga kali dalam setahun,” ungkap Dwi.

Dwinanto juga mengatakan, irigasi teknologi surya tersebut diperkirakan mampu bertahan sekitar 20 tahun. Namun, harus rutin dilakukan pemeliharaan yaitu dengan rajin membersihkan kotoran dan debu setiap dua minggu sekali.

“Tergantung, tingkat kekotorannya,” tambah dia.

Dikatakan, dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) itu selain dapat menghemat biaya juga ramah lingkungan.

“Kami berharap, dengan panel surya tersebut masyarakat dapat semakin terbantu dan sejahtera,” harapnya.

Menurut salah satu pertani di desa tersebut Nurfuad menyebut, para petani di desanya sangat terbantu dengan sistem pengairan tersebut. Apalagi mereka mendapatkan air tanpa harus mengeluarkan biaya.

“Tentu kami sangat senang dan merasa terbantu sekali. Saya bisa panen tiga kali dalam setahun. Di sisi lain, pemdes bisa lebih hemat karena pengeluaran bisa ditekan setelah adanya panel surya,” sebut dia.

Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *