Kolomdesa.com, Buleleng – Kebudayaan Wayang Wong di Desa Tejakula Kabupaten Buleleng, akulturasi budaya yang telah lama berkembang juga diharapkan mampu menjadi daya tarik pariwisata di Buleleng, Bali.
Wayang Wong merupakan kebudayaan atau lokal genius Bali yang tentunya harus terus dijaga kelestariannya, sehingga atraksi kesenian ini mampu menjadi magnet, untuk menggaet wisatawan berkunjung ke Buleleng.
“Saya yakin Wayang Wong ini akan lestari karena keyakinan atau kepercayaan masyarakat Desa Tejakula akan kesakralan tarian ini,” jelas Pemerhati Budaya, Gede Komang di Forum Komunikasi Desa Wisata, Minggu (30/06/24).
Pada kesempatan itu, Ia mengatakan Wayang Wong merupakan perpaduan seni Gambuh dan seni Parwa, yang ada sejak akhir abad ke-16 menurut penglingsir seniman setempat.
Seiring perkembangan, Tarian Wayang Wong selain tarian sakral juga dibuatkan tarian Wayang Wong Duplikat untuk seni pertunjukan selain di Pura Maksan Desa Tejakula. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan budaya dengan munculnya berbagai kelompok seni tari, karawitan, seni ukir kayu dan pasir.
“Wayang Wong Duplikat mendapat sambutan positif sebagai seni pertunjukkan di Desa Tejakula, juga luar desa bahkan tingkat nasional juga tampil. Pada tahun 1990 bahkan sempat tampil di Eropa, Jepang, Amerika dan Korea. Oleh sebab itu UNESCO melalui Kemendikbudristek memberikan penghargaan WBTB pada tahun 2015,” ungkapnya.
Sementara itu, Nyoman Andini menuturkan wisata thematik merupakan konsep yang bisa diangkat sesuai tema, yang mampu mensinergikan wisata satu dengan wisata lainnya.
Selain itu, dari industri pariwisata harus dikemas dengan paket-paket sesuai market-market dengan karakter sendiri-sendiri. Jika tertarik dengan pengenalan karakter konsep Wayang Wong sakral, calon wisatwan akan menelisik tentang konsep yang sama dengan membandingkan ditempat atau desa lain.
“Koneksi itu akan mensinergikan satu potensi dengan potensi yang lain dalam tema sama sehingga menarik minat wisatawan,” imbuhnya.
Hubungan budaya dan pariwisata memberikan konsep bahwa pariwisata budaya yang ada aktivitas masyarakat lokal yang dinikmati oleh wisatawan.
“Konsepnya mereka berwisata melihat sesuatu yang tidak ada di daerahnya untuk melihat hal yang baru. Yakni nature, culture, atraksi masyarakat sebagai unsur pariwisata akan masuk dan tidak mengubah lokal genius yang dimiliki masyarakat itu sendiri,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan, penggalian informasi sebagai pengalaman wisatawan sebagai pelaku budaya seperti cara megambel, menari, merupakan elemen daya tarik wisata budaya.
“Selain itu tokoh masyarakat sebagai penggerak utama atas dasar lokal geniusnya yang dipercaya sebagai tradisi dan tidak akan pernah mengubah pakem budaya, tentunya menjadi pariwisata berkelanjutan sebagai daya tarik wisata yang baru,” sambungnya.
Dengan demikian jika konsep tersebut dikembalikan ke masyarakat lokal, masyarakat akan merasakan value kekuatan budayanya.
Dan juga Dini meyakini tidak hanya mampu menghasilkan kue pariwisata dalam bentuk finansial, namun juga mampu menarik minat generasi muda untuk melestarikan budaya.
Penulis : Fais
Editor : Danu