Mandiri Kelola Potensi, Desa Wawowae Produksi Kopi Flores Berkualitas Tinggi

Dibentuknya badan usaha desa dilatarbelakangi oleh banyaknya petani yang kesulitan mengolah kopi hasil sendiri. Pada saat panen raya, kopi justru dibeli para tengkulak dengan harga lebih murah. Oleh sebabnya, Desa Wawowae mengoptimalkan BUM Desa Watuata untuk menyerap dan mengolah kopi secara mandiri.
Kepala Desa Wawowae Menerima Penghargaan Desa BRIliant. Sumber: Antara News
Kepala Desa Wawowae Menerima Penghargaan Desa BRIliant. Sumber: Antara News

Kolomdesa.com, Bajawa – Desa Wawowae merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bajawa dengan luas wilayah 6,75 km² atau 675 Ha, terdiri dari 3 dusun dan 9 RT. Leonardus Seso, Kepala Desa Wawowae mengatakan, jika ditotal keseluruhan jumlah penduduk di Desa Wawowae ada 1.680 jiwa dan 405 KK.

Mata pencaharian warga Desa Wawowae mayoritas adalah petani. Dari 405 KK hampir semua memiliki lahan yang dimanfaatkan sebagai kebun kopi, tanaman pangan dan hortikultura, serta peternakan.

Kepala Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, Leonardus Seso menjelaskan bahwa visi dan misi Desa Wawowae, yaitu menciptakan masyarakat desa yang bukan hanya bermartabat dan berbudaya, namun juga menjadi mandiri.

“Jadi sektor perkebunan (kebun kopi), tanaman pangan dan hortikultura, dan peternakan adalah tiga potensi atau keunggulan yang dimiliki Desa Wawowae,” ujar Leonardus saat dihubungi Kolomdesa.com, Kamis (27/6/2024).

Peran BUM Desa dalam Pengelolaan Potensi Desa

Keberhasilan Desa Wawowae dalam mengembangkan potensi desa tidak terlepas dari optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Watuata.

“Bumdes sangat membantu di desa kami, kami mendapat suntikan dana dari Pemerintah Desa, sehingga kami dapat berkembang secara mandiri,” jelas Leonardus.

Terletak di ketinggian 750-1500 Mdpl, Desa Wawowae dilimpahi potensi alam yang berlimpah. Dengan luas lahan sekitar 156 ha, lanjut Leonardus, perkebunan kopi di Wawowae dapat menghasilkan sekitar 200 ton biji kopi jenis Arabika setiap tahun. Populer dikenal dengan kopi Flores Arabika Bajawa.

“Selain kopi, masyarakat kami juga menanam sayuran umur pendek seperti kol, timun dan sawi untuk mengisi masa panen kopi yang sudah selesai,” tambahnya.

Sadar akan potensi alam yang demikian, pemerintah desa serta warga Desa Wawowae berinovasi untuk menjadi salah satu desa penghasil kopi dari NTT. Selain untuk mempopulerkan keunggulan cita rasa kopi khas NTT, inovasi juga dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa. 

Mandiri Kelola Potensi, Desa Wawowae Produksi Kopi Flores Berkualitas Tinggi

Produk Kopi Flores Bajawa yang Siap Dipasarkan. Sumber; LombokPost

Atasi Tengkulak, Desa Wawowae Kelola Kopi Secara Mandiri

Leonardus Seso mengaku bahwa kopi merupakan produk unggulan yang sangat potensial di daerahnya. Ia juga mengatakan bahwa kopi Flores Bajawa sudah dikenal hingga penjuru Nusantara hingga dunia. 

Apa yang disampaikan Leonardus bukan bualan belaka. Belakangan, sebuah kedai kopi bernama Kopi Bajawa Flores berhasil mengerek namanya di wilayah Jabodetabek. Per hari ini, kedai kopi yang memakai tagline #dariNTTuntukIndonesia tersebut berhasil membuka 7 cabang yang, dengan biji kopi yang langsung diambil dari Flores, NTT. 

“Kopi yang kami produksi mampu bersaing dengan daerah lain, dan kami percaya bahwa hasil kopi daerah kami juga banyak diminati para pecinta kopi. Buktinya kopi kami tidak hanya menerima permintaan dari dalam Negeri tetapi juga Luar Negeri,” papar Leonardus.

Selain kopi, masyarakat desa juga memanfaatkan lahan suburnya untuk menanam jahe, rempah-rempah, hingga tanaman pangan dan hortikultura. Dengan luas lahan sekitar 50 ha, produktivitas hasil perkebunan ini mencapai 5 ton per tahun. 

Pemerintah Desa Wawowae kemudian mulai mengembangkan usaha pengolahan kopi bubuk, kopi biji, dan teh Aksara yang langsung dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Watuata. Di dalam kelompok tersebut, terdapat kelompok tani masyarakat yang fokus bekerja untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi.

“Mulai dari penanaman, panen, hingga pengolahan kopi juga harus memenuhi standar. Pupuk yang digunakan juga bukan pupuk kimia, melainkan pupuk lokal atau alami,” jelas Leonardus.

Kehadiran unit usaha ini dilatarbelakangi oleh banyak petani yang kesulitan mengolah kopi hasil sendiri. Pada saat panen raya, kopi justru dibeli para tengkulak dengan harga lebih murah. Karena itu, BUM Desa Watuata bergerak cepat membentuk wadah usaha untuk membantu menyerap dan mengolah sendiri hasil kopi Desa Wawowae.

Kini, BUM Desa sudah mengembangkan lima unit usaha, meliputi Unit Usaha Perkreditan dan Jasa Keuangan, Unit Usaha Pengolahan Kopi, Usaha Penyewaan Alat Perlengkapan, Unit Usaha Perdagangan, dan Unit Usaha PAM Desa.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya