Kolomdesa.com, Mojokerto – Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto terus mengembangkan destinasi wisata dengan memanfaatkan potensi alam. Salah satu inovasi terbaru adalah komoditas kopi tumbuh subur di lereng Gunung Welirang kini dijadikan sebagai wisata edukasi.
’’Hasil panen sekitar 40-50 ton per tahun. Jika dikelola secara serius, masih bisa ditingkatkan lagi mencapai 100 ton per tahun,’’ kata Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin, Minggu (23/6/2024).
Zainul menjelaskan, tanaman kopi di desanya ditanam di lahan hutan produksi milik Perhutani. Dengan luas sekitar 67 hektare, perkebunan kopi yang berada pada ketinggian di atas 1.100 mdpl (meter di atas permukaan laut) ini sangat produktif.
Acara tasyakuran petik kopi yang digelar di Pondok Karhutla Desa Ketapanrame turut dihadiri oleh Bupati Ikfina Fahmawati. Agenda tahunan tersebut sekaligus menjadi penanda memasuki masa panen raya kopi.
’’Untuk jenis kopinya rata-rata 90 persen kopi arabika dan 10 persen robusta,’’ jelasnya.
Seluruhnya dikelola Kelompok Tani Hutan ( KTH) Mugo Lestari. Dia menyebut, keberadaan perkebunan kopi tersebut menjadi salah satu penunjang perekonomian masyarakat. Karena, jumlah petani kopi mencapai 280 orang.
Kopi juga menjadi salah satu komoditas unggulan dari Desa Ketapanrame. Menurut Arifin, hasil panen selama ini telah berhasil merambah pasar dalam negeri, baik di lokal Mojokerto hingga berbagai daerah lainnya seperti Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, bahkan hingga Solo, Yogyakarta dan beberapa wilayah lainnya.
’’Rata-rata untuk konsumen pemilik kafe, makanya kebanyakan mengambil yang green bean atau biji kopi mentah yang belum disangrai,’’ tandas Arifin.
Kopi dari lereng Gunung Welirang ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu rasa fruty yang kuat.
’’Kopi Ketapanrame ada perpaduan rasa asam dan manis-manis buah yang cukup dominan. Ini yang menjadi ciri khasnya dibanding dengan kopi-kopi yang lain,’’ urainya.
Tak hanya mengandalkan produksi kopi, Desa Ketapanrame juga mengembangkan perkebunan kopi menjadi bagian dari paket wisata desa. Selain berkunjung ke Taman Ghanjaran, Sumber Gempong, dan Air Terjun Dlundung, wisatawan juga bisa mendapat pengalaman seru dengan wisata edukasi kopi.
’’Tamu wisata yang berkunjung ke kebun kopi akan mendapat edukasi mulai dari proses perawatan, pemanenan, hingga pengolahan. Wisatawan juga mendapat buah tangan untuk oleh-oleh,’’ imbuhnya.
Pihaknya berharap adanya pengembangan wisata edukasi kopi ini, Desa Ketapanrame dapat meningkatkan perekonomian lokal sekaligus memperkenalkan kekayaan alam dan budaya desa kepada wisatawan dari berbagai daerah.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Habib