Kolomdesa.com, Flores Timur – Warga yang menetap di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, berteriak dengan seruan ‘kami di sini!’ saat bencana datang. Kebiasaan berteriak untuk menyapa nenek moyang itu juga dilakukan saat gunung api tersebut meletus.
“Teriakan itu bermaksud meminta (kepada) nenek moyang jaga dan jauhkan kami dari marabahaya,” kata Kor Liwun, warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Minggu (23/6/3024).
Sembari meneriakkan ‘kami di sini!’, warga juga memukul bunyi-bunyian saat gunung tengah erupsi. Kor Liwun menyebut letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada siang tadi mengakibatkan Desa Boru dan sekitarnya dipenuhi abu vulkanik. Warga juga mengalami batuk pilek akibat hujan abu tersebut.
“Hari ini parah sekali. Debu tebal sekali,” kata Kor Liwun.
Pengamat Sosial di Flores Timur, Januar Lamabelawa menyebut teriakan ‘kami di sini!’ tersebut sebagai salah satu respons darurat secara kultural. Menurutnya, ungkapan tersebut juga menunjukkan warga di lereng Gunung Lewotobi sebagai bagian dari alam.
“Artinya mereka (masyarakat) percaya bahwa gunung (dipersonifikasi sebagai orang) mendengar teriakan itu dan tidak menyasar mereka,” imbuhnya.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-Laki, Adzan Anugrah Indiarsyah mengatakan gunung tersebut kembali meletus hari ini dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 900 meter di atas puncak atau kurang lebih 2.484 meter di atas permukaan laut (mdpl). Saat itu, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat.
“Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 milimeter (mm) dan durasi ± 12 menit 11 detik,” kata Adzan.
Adzan berharap masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer (km) dari pusat erupsi. Warga juga diminta untuk menjauhi radius 4 km ke arah barat laut hingga utara.
Penulis : Fais
Editor : Habib