Desa Nunuk Baru, Desa Wisata Berbasis Budaya dan Ekowisata Pertanian

Desa Wisata Nunuk Baru berada di Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.  Kesadaran warga akan pentingnya budaya, dan menjaga alam membuat peninggalan leluhur masih terawat hingga saat ini.
Kantor Kepala Desa Nunuk Baru, Kabupetan Majalengka, Jawa Barat. Sumber foto : Kemenparekraf.
Kantor Kepala Desa Nunuk Baru, Kabupetan Majalengka, Jawa Barat. Sumber foto : Kemenparekraf.

Kolomdesa.com, Majalengka – Desa Wisata Nunuk Baru berada di Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Wilayahnya merupakan termasuk ke dalam kawasan dataran tinggi, memiliki alam berupa perbukitan dengan kondisi alam yang masih terjaga.

Kesuburan lahan pertanian  yang ada di Desa Wisata Nunuk Baru  tidak perlu diragukan lagi. Setiap tahunnya, warga dapat menanam tanaman pokok yang dikonsumsi oleh warga setempat, yakni padi, jagung, serta cabai dan masih banyak lagi.

Hasil panen yang diperoleh petani di Desa Nunuk Baru cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, terkadang hasil panen melebihi kebutuhan sehingga ada yang dijual ke luar desa.

Potensi alam yang dimiliki oleh Desa Nunuk Baru, terutama terkait dengan hasil alam membuat masyarakat desa semakin betah di lahan sawah. Bahkan, kegiatan adat juga dilakukan saat berada di lahan pertanian tersebut.

Tradisi adat warga Desa Nunuk Baru yang dilakukan di area persawahan sudah dikenal sejak lama. Hingga saat ini tradisi adat, sebagai ciri khas petani yang ada di desa tersebut dipertahankan hingga saat ini.

Tradisi cara mengolah lahan pertanian, hingga panen yang dilakukan oleh petani di Desa Nunuk Baru yang menarik masyarakat berbagai daerah dilirik oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka. Sejak tahun 2020. Pemkab Majalengka menetapkan Desa Nunuk Baru sebagai Desa Wisata.

“Pelestarian tradisi yang ada di Desa Nunuk Baru akan terus dilakukan, yang nantinya juga ada kreasi wisata, yang sejalan dengan budaya yang ada,” ucap pembina Pokdarwis Nono Sutrisno, pada Minggu (16/06/2024) kepada Kolomdesa.com

Desa Nunuk Baru, Desa Wisata Berbasis Budaya dan Ekowisata Pertanian
Tradisi Petani setelah panen di Desa Wisata Nunuk Baru. Sumber foto : Kemenparekraf.

Terdapat Tradisi Pertanian yang Masih Terjaga

Salah satu kegiatan yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Desa Nunuk Baru yaitu kegiatan pertaniannya. Ada keunikan warga Desa Nunuk Baru dalam mengolah lahannya.

Keunikan yang dapat ditemukan oleh wisatawan di Desa Wisata Nunuk baru, yakni terkait dengan proses pengolahan lahan pertanian hingga tanaman siap dipanen. Setiap proses yang terjadi di lahan pertanian itu, pasti akan dilakukan event pesta rakyat sehingga sawah ramai dipenuhi oleh warga.

Kegiatan proses penanaman di lahan pertanian Desa Wisata Nunuk baru memiliki nama setiap kegiatannya. Saat proses pengolahan lahan, kegiatan tersebut oleh masyarakat setempat disebut dengan ‘Hajat Guat Bumi’. Pada proses tersebut, seluruh lapisan warga akan bersama-sama berbondong-bondong menuju ke lahan pertaniannya dengan membawa alat untuk menggemburkan tanah, sebelum nantinya ditanam tumbuhan pokok yang dimakan oleh warga setempat.

Lahan pertanian yang sudah digemburkan setelah itu ditanam berbagai tanaman, nantinya akan ada kegiatan yang disebut dengan ‘Hajat Pareresan’. ‘Hajat Pareresan’ merupakan proses pertanian pasca dilakukannya menanam tumbuhan. Salah satu kegiatan terpenting dalam proses itu, yakni dengan melakukan pemberian pupuk cair ke tanamannya.

Kegiatan  yang juga tidak kalah menarik yakni setelah tanaman yang ada di lahan pertanian sudah dipanen. Ucapan rasa syukur dari hasil panen yang telah diperoleh akan dirayakan dalam kegiatan pesta rakyat. Berbagai kegiatan budaya akan dilakukan, salah satunya dengan menampilkan pertunjukan tradisional dari Sanggar Budaya terdekat.

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Nunuk Baru dapat merasakan kesenian tradisi yang ada dengan ikut terlibat langsung di area persawahan. Wisatawan nantinya selain dapat belajar mengenai pertanian, keceriaan juga didapat lantaran akan dilakukan bersama dengan orang lain berbagai daerah.

“Tradisi yang dilakukan saat proses bertani di sawah, nantinya akan didampingi oleh petani terkait, sehingga wisatawan juga dapat belajar sekaligus mendapat hiburan saat berkunjung ke kami,” sambung Nono.

Desa Nunuk Baru, Desa Wisata Berbasis Budaya dan Ekowisata Pertanian
Tari Tradisional Tenun Gadod di Desa Wisata Nunuk Baru. Sumber foto : Kemenparekraf.

Terdapat Pertunjukan Tradisional dan Cagar Budaya

Desa Wisata Nunuk Baru selain masih terjaga kelestarian alamnya, peninggalan peradaban budayanya juga masih terawat hingga saat ini. Seperti seni tradisional yang masih dilestarikan, dan dipertontonkan hingga saat ini, yakni Silat Bubun, Debus, Tari Rampak Lesung, dan Tari Tenun Gadod.

Pertunjukan kesenian tersebut dapat dinikmati oleh wisatawan saat kegiatan pesta rakyat berlangsung. Kegiatan pesta rakyat dapat dilihat saat kegiatan panen raya sudah dilaksanakan.

Beragam peninggalan Cagar Budaya di Desa Wisata Nunu Baru hingga saat ini juga masih terawat dengan baik. Peninggalan itu diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Talaga Manggung, maupun Kerajaan besar di Jawa Barat yaitu Padjadjaran.

Kepastian mengenai Cagar Budaya yang ada di Desa Nunuk Baru itu dapat dilihat dari berbagai peninggalan yang masi terjaga, seperti Petilasan Hariang Banga, Ciung Wanara, dan Badugal Jaya.

Beragam peninggalan kuno tersebut yang dapat dikunjungi dan dilihat langsung oleh wisatawan yaitu Pemakaman yang diyakini tokoh kerajaan pada masa itu, yang berjumlah 60 makam. Lokasi makam tokoh kerajaan itu tersebar di 20 situs budaya yang ada di Desa Nunuk Baru.

“Peninggalan Cagar Budaya  yang ada di Desa Nunuk Baru ini lokasinya memang menyebar, akan tetapi tidak terlalu jauh antara Cagar alam satu, dengan yang lainnya sehingga wisatawan dapat menjangkau semuanya,” tutur Nono.

Desa Nunuk Baru, Desa Wisata Berbasis Budaya dan Ekowisata Pertanian
Pesta Rakyat sedekah bumi di Desa Wisata Nunuk Baru. Sumber foto : Kemenparekraf.

Pengelolaan Desa Wisata Nunuk Baru

Desa Wisata Nunuk Baru dikelola oleh Pokdarwis Dangiang Nunuk. Kegiatan yang dilakukan sangat beragam, mulai dari perencanaan kegiatan wisata, perawatan destinasi wisata, dan memberi pelayanan terhadap wisatawan yang datang.

Pemdes Nunuk baru, juga memiliki keterlibatan dalam jalannya wisata yang ada di wilayahnya. Bentuk keterlibatan yang dilakukan, selain memberikan sosialisasi terhadap pengelola wisata dilapangan, juga turut memberikan biaya operasional saat awal merintis.

Pemkab Majalengka juga turut andil dalam jalanya kegiatan wisata di Desa Nunuk Baru. Bentuk keterlibatan, selain memberikan berbagai masukan akan strategi kepariwisataan, juga memberikan SK Desa Wisata. Adanya SK Desa wisata, tentu memberikan dampak legalitas saat destinasi wisata itu ditawarkan ke wisatawan yang berasal dari berbagai daerah.

Jam  Operasional dan Harga Tiket Masuk

Desa Wisata Nunuk Baru buka setiap hari dari jam 08:00 sampai 17:00 WIB. Namun, saat ada kegiatan ruwat desa, destinasi wisata akan buka hingga pukul 23:00 WIB.

Tiket destinasi wisata yang ada di Desa Wisata Nunuk Baru juga cukup terjangkau. Wisatawan hanya perlu menyiapkan uang Rp 10 ribu untuk setiap wisata yang ada di desa tersebut.

Wisatawan dapat memilih destinasi prioritas yang saat berkunjung ke Desa Nunuk Baru. Hal ini lantaran tujuan yang ada ada di desa itu begitu beragam, dan perlu dipersiapkan dengan baik agar wisatanya dapat didatangi semua.

“Wisatawan tidak perlu khawatir untuk saat berkunjung ke Desa Nunuk Baru, terutama saat ada kegiatan pesta rakyat, karena seluruh warga siaga menjaga desa, terutama kepada penjaga yang datang,” terangnya..

Rute Menuju Desa Wisata Nunuk Baru

Desa Wisata Nunuk Baru berjarak 14 kilometer (km) dari Kota Majalengka, Jawa Barat. Wisatawan yang beralamat di sekitar Kota Majalengka, dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil maupun sepeda motor  dengan waktu tempuh 38 menit.

Wisatawan juga dapat menggunakan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang menuju ke Kabupaten Majalengka. Sesampainya di Majalengka, perjalanan dapat dilanjut kembali ke Desa Nunukan.

Wisatawan yang ingin ke Desa Nunuk Baru juga dapat menggunakan transportasi udara. Perjalanan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan pesawat, dengan keberangkatan dari Bandar Udara (Bandara) terdekat, yang menerima rute menuju ke Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.

Sesampainya di Bandara Kertajati, wisatawan dapat menggunakan taksi bandara, maupun mobil charter menuju ke Desa Nunuk Baru. 

Pengunjung Desa Wisata Nunuk Baru

Kedatangan pengunjung setiap harinya di Desa Wisata Nunuk Baru selalu ada. Bahkan dalam setahun, kawasan wisata ekologi dan budaya tersebut mendapat pengunjung rata-rata ribuan.

Seperti pada tahun 2020, Desa Wisata Nunuk Baru tercatat kedatangan pengunjung dalam setahun mencapai 3000 wisatawan. Jumlah pengunjung itu kemudian meningkat tahun berikutnya, atau pada tahun 2021 yang mencapai 4000 pengunjung.

Kenaikan pengunjung secara signifikan terjadi pada tahun 2021 seiring normalnya mobilitas warga pasca pademi Covid -19. Pengelola mencatat jumlah kunjungan yang datang ke desa itu mencapai 6000 orang.

Jumlah kunjungan wisatawan Desa Wisata Nunuk Baru pada tahun 2023 kembali naik. Pada tahun tersebut, jumlah wisatawan yang datang mencapai 7000 orang.

“Pengunjung Desa Wisata Nunuk baru berasal dari berbagai daerah, mayoritas datang selain ingin melihat langsung cagar budayanya, namun juga ingin merasakan keseruan belajar bertani yang dikemas dengan kegiatan adat,” beber Nono.

Omset Desa Wisata Nunuk Baru

Desa Wisata Nunuk baru setiap tahunnya juga selalu mendapat omset yang terbilang cukup bagus. Pada tahun 2020 saja, pengelola mencatat asal dari sektor wisata mencapai Rp 10 juta.

Jumlah omset itu kembali naik pada tahun 2021. Pengelola mencatat hasil yang diperoleh Desa Nunuk Baru di tahun tersebut mencapai Rp 20 juta.

Kenaikan omset Desa Wisata kembali terjadi pada tahun 2022. Pada tahun itu, omset yang diperoleh mencapai Rp 25 juta.

Kenaikan omset meningkat drastis di Desa Wisata Nunuk baru pada tahun 2023. Pengelola mencatat jumlah keuntungan yang diperoleh bahkan mencapai Rp 30 juta.

“Kebanyakan omset an diperoleh merupakan hasil dari wisata edukasi pertanian, dan kunjungan warga ke Cagar Budaya,” pungkasnya.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di: