Masyarakat Desa Kemiren Gelar Tumpeng Sewu, Habiskan Anggaran Rp250 Juta

Warga Desa Kemiren Saat Makan Bersama dalam Tradisi Tumpeng Sewu. Sumber : seblang.com
Warga Desa Kemiren Saat Makan Bersama dalam Tradisi Tumpeng Sewu. Sumber : seblang.com

Kolomdesa.com, Banyuwangi – Masyarakat suku Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menggelar acara selamatan Tumpeng Sewu. Ritual adat ini diketahui menghabiskan anggaran sebesar Rp250 juta.

“Tradisi yang kami lakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT yang memberikan panen yang melimpah dan tidak ada halangan musibah. Satu Tumpeng sekitar Rp250 ribu sehingga seribu tumpeng sama dengan Rp250 juta yang merupakan swadaya masyarakat Desa Kemiren,” ujar Kepala Desa Kemiren, M. Arifin, Minggu (9/6/2024).

Menurutnya, rangkain ritual adat Tumpeng Sewu dimulai dengan arak-arakan barang mulai pintu masuk Desa Adat Kemiren sampai dengan pertigaan destinasi wisata Desa Wisata Oesing (DWO).

Setelah shalat Maghrib sambil mengarak Barong tokoh adat menyalakan obor yang ada di depan rumah masing-masing warga sebagai simbol silaturahmi antar warga setempat maupun warga pendatang yang ikut dalam tradisi Tumpeng Sewu.

Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat di Masjid Nurul Huda dan dilanjutkan dengan makan bersama dengan menu utama pecel pitik oleh seluruh undangan dan warga Desa Kemiren.

Dalam melaksanakan tradisi Tumpeng Sewu, pihaknya juga mendapatkan support dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, beberapa dinas/Instansi yang ada di Banyuwangi dan masyarakat yang memesan untuk dinikmati dan dimakan bersama.

Dia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bupati Banyuwangi, Forkapimda, PT. Angkasa Pura 2, Forkopimcam Glagah, para Kades/Lurah serta dermawan yang peduli dalam memelihara menjaga dan melestarikan ritual adat warisan leluhur yang harus dijaga dan diuri-uri.

Sementara itu, Tetua adat Desa Kemiren Adi Purwadi, mengatakan ritual tumpeng sewu merupakan selamatan yang digelar warga Desa Kemiren setiap awal bulan Dzulhijjah. Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur atas rejeki yang diberikan Tuhan selama satu tahun, sekaligus sebagai upacara bersih desa.

“Ini merupakan ungapan rasa syukur warga, kita atas rejeki yang sudah dilimpahkan selama 1 tahun, sekaligus media bersih desa bagi warga Kemiren,” kata Adi.

Lebih lanjut, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Taufik Rahman menyampaikan permintaan maaf Bupati yang rencananya akan memberikan sambutan secara virtual. Namun karena saat ini bupati dalam perjalanan ke Jakarta untuk lanjut melaksanakan Ibadah haji sehingga ada kendala teknis untuk memberikan sambutan.

Dia menuturkan Tumpeng Sewu merupakan even rutin selamatan desa yang melibatkan partispasi dan swadaya masyarakat yang nilainya mencapai Rp250 juta.

“Sebagai bentuk penghargaan atau reward pemerintah memasukan ritual adat dalam Banyuwangi Festival (B-Fest) sebagal upaya nguri-uri dan melestarikan adat dengan harapan bisa menggerakan ekonomi rakyat karena dihadiri dan dinikmati masyarakat luar Desa Kemiren,” jelas Taufik.

Ia menambahkan tradisi Tumpeng Sewu bisa dijual menjadi salah satu destinasi wisata budaya, karena tidak ada di desa, kecamatan, kabupaten/kota di Indonesia yang lain.

Tidak lupa Taufik mengucapkan terima kasih kepada panitia pelaksana, tokoh adat dan warga Desa Kemiren yang tetap teguh memelihara menjaga dan melestarikan ritual adat. Dengan adanya ritual tetap dilestarikan menjadi potensi kekayaan yang dimiliki masyarakat untuk dipasarkan menjadi salahsatu destinasi wisata budaya.

” Selain itu juga menjadi wahana untuk pemberdayaan masyarakat dan menggerakan UMKM dan ekonomi kreatif dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Desa Kemiren,” tutup Taufik.

Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Habib

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *