Kolom Desa

Desa Wisata Adat Arjasa: Ubah Kearifan Lokal Jadi Industri Kepariwisataan

Kesenian Tradisional Ta' Buta'an Desa Arjasa Kabupaten Jember. Sumber foto: JADESTA

JEMBER Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember menjadi salah satu daerah yang masih terus melestarikan tradisi nenek moyang. Letak geografis Kecamatan Arjasa ini berada di Jember bagian timur dan penduduknya mayoritas beretnis Madura.

Meski zaman terus bergulir, nampaknya karakter masyarakat Arjasa masih kuat akan kecintaannya terhadap budaya tradisional. Menurut penelitian salah satu sumber, Desa Arjasa memiliki berbagai potensi baik dalam bidang pertanian, perkebunan, kerajinan dan kesenian. 

Ta’ Buta’an merupakan salah satu kearifan lokal yang masih dilestarikan di Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Kearifan lokal ini memiliki makna sakral bagi warga sekitar sehingga tak heran ia menjadi alasan terciptanya Desa Wisata Adat Arjasa.

Ta’ Buta’an berasal dari bahasa Madura ‘butah’ atau bahasa Jawa ‘buto’ yang memiliki arti makhluk besar atau raksasa. Ta’ Buta’an adalah sebutan masyarakat Desa Arjasa untuk boneka besar yang menyerupai butah

Ta’ Buta’an menjadi salah satu alternatif masyarakat Desa Arjasa sejak zaman dahulu untuk menyelamati tanaman di perkebunan mereka agar selamat dari marabahaya serangan hewan, serta mengharap desa mereka dilimpahi kesejahteraan. 

Tradisi ini dikemas dalam bentuk pertunjukan. Dalam setiap pertunjukannya, Ta’ Buta’an selalu menyertakan sesaji, memiliki susunan pertunjukan yang sudah diatur secara khusus, memiliki tata aturan pemain dan tarian serta tidak sembarang orang yang memainkannya. 

Kearifan lokal ini tak lepas dari pengaruh ajaran Hindu, dilihat dari bentuk wajah boneka besar yang mereka buat. Bentuk Ta’ Buta’an ini memiliki kemiripan dengan ondel-ondel khas Jakarta. 

Selain kesenian Ta’ Buta’an, Desa Arjasa juga memiliki aset berharga berupa situs calok. Situs peninggalan zaman prasejarah ini juga menjadi magnet masyarakat lokal maupun luar kota datang mengunjungi Desa Arjasa. 

Ubah Kearifan Lokal Jadi Industri Kepariwisataan

Desa Wisata Adat Arjasa dicanangkan oleh Kepala Desa Arjasa Ibu Wasi’a dan diresmikan pada 26 November 2019. Tujuan dibentuknya desa wisata adat tersebut tak lain untuk melestarikan kearifan lokal yang sudah ada sejak lama di Desa Arjasa. 

“Dalam menyikapi dalam kebijakannya untuk mempertahankan kesenian tradisional Ta’ Buta’an sebagai kesenian asli Kabupaten Jember, sekaligus melestarikan beberapa kesenian lainnya seperti ritual Jibhut dan ritual Kemanten Kapuk,” ungkap Sugianto, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Arjasa saat diwawancarai oleh Tim Kolomdesa.com, Senin (13/5/2024). 

Tak hanya itu, keberadaan desa wisata adat juga mampu mempertahankan tradisi Ngarak Bhutah. Bersamaan dengan itu, Pokdarwis sekaligus mengenalkan kuliner khas Desa Arjasa yaitu nasi gudhug dan soto essoh. 

Dalam perjalanannya, Desa Wisata Adat Arjasa dikelola oleh Pokdarwis Desa Arjasa, meliputi manajemen potensi, promosi serta pemasaran. Sedangkan manajemen tata kelola keuangan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa. 

“Sekaligus dilakukan penyertaan modal dalam setiap pengembangan industri kepariwisataan desa,” tambah Sugianto. 

Maksimalkan Digitalisasi, Gandeng Berbagai Elemen 

Sugianto mengatakan bahwa manajemen Pokdarwis Desa Arjasa selama ini telah melakukan banyak inovasi. Untuk mewujudkannya, Pokdarwis Desa Arjasa juga menggandeng beberapa universitas terkemuka seperti Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember dan Ma Chung University. 

Desa Wisata Adat Arjasa: Ubah Kearifan Lokal Jadi Industri Kepariwisataan
Kerjasama dengan Politeknik Negeri Jember Prodi Bahasa Komunikasi dan Pariwisata. Sumber foto: Istimewa.

Inovasi yang ditawarkan berupa produk paket wisata yang telah dirancang sedemikian rupa. Antaranya One Day Tour in Arjasa, Paket Wisata 2 hari 1 malam (Heritage and Art Camp) dan Paket Wisata 3 hari 2 malam (Research Tour). 

Dalam paket One Day One Tour, Desa Wisata Adat menawarkan berbagai fasilitas antaranya adalah Arjasa Village Situs Calok. Sebelumnya, situs calok dikunjungi untuk penelitian resmi, namun kini juga dijadikan sebagai objek pariwisata edukasi. 

Selanjutnya, Kesenian Ta’ Buta’an. Kesenian ini dikemas dalam bentuk pameran secara outdoor dengan diiringi dengan alunan musik. Pokdarwis Arjasa menyediakan fasilitas berupa tour guide lokal, tiket tempat wisata, dan dokumentasi. 

Paket One Day One Tour juga menyediakan fasilitas edukasi kesenian lukis bakar yang mana pengunjung dapat belajar bagaimana cara membuatnya. Tak tanggung, Pokdarwis juga menjual produk berupa oleh-oleh atau souvenir. 

“Paket wisata (tersebut) sudah kami kreasikan sesuai dengan potensi yang ada, ini sekaligus membedakan paket wisata desa kami dengan desa wisata yang lainnya, karena para wisatawan akan menikmati sajian destinasi wisata budaya yang tidak ada di desa lain,” kata Sugianto. 

Pengembangan desa wisata berbasis digital juga dilakukan oleh Pokdarwis Desa Arjasa. Mereka bekerja sama dengan Online Travel Agency Kemenparekraf RI seperti Djalanin.com, Atourin, Mister Aladin, Tiket.com dan Agoda untuk mempermudah sistem pemasaran secara online.  

“Proses digitalisasi marketing itu sudah masuk dalam master plan perencanaan pengembangan industri kepariwisataan desa. Nah, programnya itu baru dimulai pada tahun 2023, BUMDes bekerja sama dengan OTE Kemenparekraf seperti yang sudah saya sebutkan tadi,” ungkapnya. 

Selain digital, pemasaran konvensional juga masih gencar dilakukan, kata Sugianto. Pihaknya menggandeng beberapa biro perjalanan wisata. 

Untuk memaksimalkan pelayanan, manajemen desa wisata adat Arjasa juga menjamin kenyamanan dan keselamatan pengunjung dengan bekerjasama dengan salah satu asuransi jiwa yaitu PT Asuransi Jasaraharja Putera. “Sebagai jaminan untuk wisatawan yang berkunjung ke desa kami.”

Ajak Masyarakat Jadi Pelaku UMKM

Pokdarwis Desa Arjasa turut mengajak masyarakat lokal untuk aktif berperan dalam pengembangan ekonomi melalui desa wisata adat Arjasa tersebut. Dengan mengandalkan sumber daya manusianya, pengelolaan desa wisata adat Arjasa cukup lebih produktif.

Tak tanggung, UMKM yang memproduksi ekraft sempat tembus pasar internasional. “Lukis bakar dan produk batik khas kami yaitu batik Silabango pernah mengikuti Milan Fashion Week 2022 dan New York Fashion Week ditahun yang sama,” beber Sugianto. 

Sugianto mengungkapkan, dampak ekonomi terhadap sektor pengembangan industri kepariwisataan desa sangat signifikan. Pada tahun 2023 pengunjung Desa Wisata Adat Arjasa tembus di 104.763 wisatawan. 

“Hal ini jelas kelihatan sekali dari wisatawan tersebut berbelanja produk kami dan juga sebagai pendapatan asli desa (PADes),” tukasnya. 

Sugianto menambahkan, saat ini Pokdarwis sedang menyiapkan inovasi berupa kolaborasi dengan beberapa desa wisata di Jember. Ia berharap, program ini menjadi tolak ukur keberhasilan Pokdarwis Desa Arjasa. 

“Bagaimana kolaborasi antardesa, antar Kelompok Sadar Wisata Desa dan BUMDes diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan kami dalam bersinergi serta kolaborasi dalam pengembangan industri kepariwisataan desa melalui program pengembangan desa wisata mandiri terintegrasi,” ungkap dia. 

Sebagai informasi, program kolaborasi tersebut akan diwujudkan dalam Hyang Argopuro Festival tanggal 13-15 September 2024 dengan melibatkan Desa Kemiri Kecamatan Panti, Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi, Desa Biting Kecamatan Arjasa dan Desa Suger Kidul Kecamatan Jelbuk.

Exit mobile version