Sangiran diakui sebagai salah satu situs penting dalam studi evolusi manusia. Temuan-temuan fosil manusia purba, seperti Homo erectus, di daerah ini telah menarik perhatian para ilmuwan dan wisatawan dari seluruh dunia. Museum Manusia Purba di Desa Wisata Sangiran menjadi pusat informasi dan edukasi mengenai sejarah perkembangan manusia purba di Indonesia.
SRAGEN – Desa Wisata Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, telah menjadi destinasi wisata yang dikenal secara internasional berkat keberadaan Museum Manusia Purba di dalamnya. Museum ini menyimpan berbagai fosil dan artefak penting yang menjadi bukti keberadaan manusia purba di wilayah tersebut.
UNESCO telah menetapkan bahwa Desa Wisata Sangiran masuk ke dalam Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage) pada tahun 1996 lalu. Daya tarik wisata yang paling terkenal dari Desa Wisata Sangiran adalah Museum Purba Sangiran.
Situs manusia purba di Sangiran dianggap menjadi yang terbesar dan terpenting di dunia. Bahkan, para peneliti beranggapan bahwa Sangiran adalah pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia, karena memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.
Situs Sangiran diketahui memiliki kekayaan fosil-fosil purbakala yang beragam, mencakup fosil manusia purba, hewan prasejarah, dan artefak kebudayaan praaksara manusia. Desa Wisata Sangiran juga menawarkan pengalaman wisata sejarah yang tidak kalah menarik dengan situs purbakala tersebut.
Desa Wisata Sangiran merupakan desa wisata rintisan yang belum lama terbentuk, namun potensinya sudah mampu menyaingi desa-desa wisata lain yang ada di Indonesia. Desa wisata ini termasuk dalam 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, sebuah ajang yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Konsep desa wisata kami menawarkan konsep desa wisata alam dan Budaya disertai juga dengan wisata edukasi kepada pengunjung karena Sangiran merupakan peninggalan warisan dunia di zaman purba,” ucap Ketua Pengelola Desa Wisata Sangiran, Aries Rustioko, Senin (28/4/2024).
Perkembangan Desa Wisata yang terus berjalan ke arah yang positif juga diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk turut memanfaatkan perkembangan tersebut. Sektor ekonomi kreatif di Desa Wisata Sangiran diketahui cukup potensial karena profesi sebagian masyarakat di Sangiran adalah pengrajin batu, kayu, dan bambu menjadi modal utama dalam pengembangan produk ekonomi kreatif.
Produk ekonomi kreatif yang berasal dari Desa Wisata Sangiran meliputi berbagai macam kerajinan dari bahan alam seperti kerajinan batu akik, kapak purba, watu sangir, watu lurik, kerajinan bambu, patung manusia purba, asbak, dan gantungan kunci. Selain itu, pakaian tradisional khas Sangiran yang sering dibeli sebagai oleh-oleh adalah iket, yaitu ikat kepala dari kain batik segi empat yang merupakan bagian dari warisan budaya yang diteruskan oleh tetua adat.
Desa Wisata Sangiran menawarkan beragam produk kuliner khas yang unik. Wisatawan dapat menikmati olahan tradisional seperti bukur, tiwul, balung kethek, sego kuning, jajanan pasar, gendar pecel, bubur srintil, sego bancaan, dan kopi purba.
Melalui pengembangan desa wisata ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan, baik sebagai penjual souvenir, pelaku usaha kuliner, pemandu wisata, maupun penyedia homestay. Pengelola desa wisata juga berinisiatif untuk menyusun paket-paket atraksi wisata yang menarik bagi para wisatawan.
Selain menawarkan berbagai atraksi wisata yang beragam, wisatawan juga dapat mencoba paket kuliner dan paket kerajinan. Kedua paket tersebut memberikan pengalaman berwisata yang menarik dan berkesan bagi para pengunjung di Desa Wisata Sangiran.
“Perkembangan Desa Wisata Sangiran sangat bermanfaat untuk pemberdayaan masyarakat. Sangiran bisa menjadi salah satu destinasi yang asik untuk dikunjungi karena merupakan tempat wisata edukasi, bisa belajar dari edukasi di museum atau di lapangan, dan bisa mengenal sejarah manusia purba lebih dekat lagi. Kami berharap bisa berkembang lagi menuju desa wisata maju dan mandiri,” jelas Aries.
Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Manusia Purba Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Selama ini, Museum Manusia Purba selalu menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan di Desa Wisata Sangiran. Di museum dan situs Sangiran, para pengunjung dapat memperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoantropologi.
Daerah Situs Sangiran adalah pusat kehidupan manusia purba pada masa prasejarah. Wilayah situs ini menyimpan jejak kehidupan yang berusia antara dua juta hingga 200.000 tahun yang lalu, yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.
Museum Sangiran adalah tempat penyimpanan berbagai artefak kehidupan pada masa purba. Sebagai museum koleksi manusia purba terkemuka di Asia, Museum Sangiran menampung sekitar 65% dari total fosil hominid purba di Indonesia dan 50% di seluruh dunia.
Selain itu, museum ini menawarkan kondisi lingkungan yang khas yang berfungsi sebagai laboratorium alam. Museum Sangiran juga menggambarkan perubahan gejala alam pada masa purba melalui berbagai lapisan stratigrafi tanah di dalamnya dan kubah pada puncaknya.
Museum ini memiliki tiga ruang pameran yang setiap ruang pamerannya menampilkan berbagai fosil yang teratur disusun, mencerminkan jutaan tahun yang lalu. Ruang pameran pertama menampilkan hasil penemuan dan penelitian dari masa G.H.R. Von Koenigswald dan beberapa peneliti asing lainnya.
Ruang pameran kedua menggambarkan evolusi kehidupan manusia mulai dari manusia purba hingga manusia modern. Pengunjung dapat menyaksikan audio visual yang menjelaskan proses terjadinya perubahan alam.
Sementara ruang pameran ketiga memajang patung replika kehidupan manusia pada zaman Homo erectus. Di ruangan ini juga ditampilkan berbagai fosil hewan purba baik yang hidup di darat maupun di laut, seperti gajah purba, buaya, kerbau, ikan, kepiting, dan lain sebagainya.
Air Asin Pablengan, Sumber Mata Air Purba
Air Asin Pablengan yang berlokasi di kawasan Sangiran terletak di tanah kering Desa Krikilan. Di tanah tersebut, terdapat beberapa titik di mana air asin muncul dengan lubang rata-rata sekitar 50 cm.
Gelembung udara yang keluar dari sumber air asin tersebut menghasilkan aroma belerang yang cukup kuat. Kondisi tanah di sekitar sumber air yang tidak subur disinyalir karena tingginya kadar belerang.
Konon, nama Pablengan diambil dari nama mata air asin yang oleh warga sekitar Sangiran biasa disebut dengan istilah bleng. Dulu bleng itu memang biasa dimanfaatkan warga sekitar sebagai bahan untuk membuat kerupuk gendar.
Fenomena sumber air asin ini bukanlah hal yang aneh karena berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa ahli mengungkapkan bahwa 2 juta tahun yang lalu Sangiran merupakan sebuah lautan dalam. Terjadinya pergeseran bumi dan letusan gunung berapi membuat hamparan laut berubah menjadi daratan.
Saat masih menjadi lautan, Sangiran dipenuhi dengan berbagai fauna laut yang hidup dan bergerak bebas. Dari hiu, penyu, hingga berbagai jenis siput dan kerang, semua mendiami perairan Sangiran
Setelah 1,5 juta tahun berlalu, perubahan lingkungan Sangiran terjadi seiring dengan pergerakan lempeng benua dan menyisakan jejak vertebrata atau fauna laut tersebar di berbagai lokasi di Kecamatan Kalijambe. Turunnya permukaan air laut yang disertai aktivitas gunung berapi seperti Lawu, Merapi, dan Merbabu menyebabkan Sangiran mengalami proses sedimentasi bertahap, hingga akhirnya menjadi daratan sepenuhnya sekitar 900.000 tahun yang lalu.
Menurut ahli prasejarah dan pakar homo erectus Sangiran Prof. Dr. Harry Widianto, saat ini Sangiran menjadi sebuah kubah besar yang telah tererosi di bagian puncaknya, membentuk cekungan raksasa di pusatnya. Material yang membentuk kubah ini terdiri dari endapan lempung hitam dan pasir fluvio vulkanik, yang menyebabkan tanah disekitarnya tidak subur dan sangat kering selama musim kemarau.
Endapan fluvio vulkanik tersebut sebagian besar berasal dari letusan Gunung Lawu yang terjadi antara 200.000 hingga 700.000 tahun yang lalu. Lapisan ini merupakan tempat dimana fosil-fosil Homo erectus Sangiran banyak ditemukan, yang dahulu terkenal dengan nama Pithecanthropus erectus.
Melihat keunikan dari sumber air asin tersebut, Pemdes Krikilan kemudian serius menggarap sumber tersebut sebagai objek wisata baru. Pemdes akan mengkolaborasikan Air Asin Pablengan dan Punden Tingkir untuk menjadi wisata pendukung dari Situs Sangiran.
Atraksi Budaya Pendukung Situs Sangiran
Desa Wisata Sangiran selain memiliki potensi wisata situs sejarah juga memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang kuat. Desa ini memiliki potensi warisan budaya yang cukup beragam, salah satunya sandang khas yaitu ‘iket’.
Meski sudah terbawa arus modernisasi, akan tetapi masyarakat masih memiliki dan mengenakan pakaian tradisional mulai ikat kepala, baju lurik dan celana/jarik ketika ada hajatan. Masih banyak terdapat rumah-rumah tradisional yang digunakan sebagai tempat tinggal sebagai ‘papan’nya.
Selain sandang dan papan, juga terdapat pangan khas Desa Sangiran yaitu Olahan Bukur, Gendar Pecel, Bongko, tiwul, Balung Kethek. Ragam kuliner tradisional tersebut merupakan makanan khas desa yang sudah turun temurun tetap lestari sebagai olahan rumahan atau menjadi jajanan di pasar.
Beragam kerajinan khas Desa Sangiran diantaranya yaitu Watu Sangir, Watu Lurik, Kapak Batu, Kaligrafi Bambu, dan Gelas Bambu. Watu Sangir merupakan batu yang digunakan untuk mengasah alat seperti pisau, sabit dan sejenisnya agar menjadi tajam.
Selain kerajinan, juga terdapat kesenian khas seperti Gejog Lesung, Tembang Dolanan, dan Gamelan Bonang Renthen. Upaya pengenalan tradisi ke wisatawan dilakukan selain untuk meningkatkan kunjungan wisata juga sebagai upaya menjaga tradisi yang sudah ada sejak dulu.
Desa Sangiran memiliki UMKM cukup banyak yang terdiri dari produk pangan dan kerajinan. Hal ini menandakan bahwa pelaku UMKM di Desa Sangiran cukup aktif, mau berkembang dan sadar akan pentingnya UMKM sebagai pemajuan ekonomi UMKM.
Pengelola Desa Wisata Sangiran
Desa Wisata Sangiran diketahui baru terbentuk pada tahun saat pandemi tepatnya pada tahun 2021. Pengelolaan desa wisata ini sepenuhnya dijalankan oleh pihak pemerintah desa bersama-sama dengan masyarakat desa.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan desa wisata ini diwujudkan dengan munculnya UMKM di Desa Sangiran yang dijalankan oleh masyarakat desa. UMKM yang dijalankan oleh masyarakat pada akhirnya bisa menjadi penunjang wisata di desa tersebut.
“Desa Wisata Sangiran terbentuk disaat pandemi di tahun 2021, sudah terbentuk pokdarwis, pengelola desa wisata, BUMDesa dan juga didukung penuh oleh pemerintah desa,” sebut Aries.
Pengelola selalu melibatkan pelaku UMKM dalam aktivitas wisata seperti melibatkan kerajinan yang disertakan dalam paket wisata. Produk yang dihasilkan oleh warga setempat yang terdiri dari kerajinan batu akik dan gantungan kunci dari batu, seperti kapak batu, batu akik, dan lainnya bisa terjual ke wisatawan yang menikmati paket wisata tersebut.
Masyarakat desa yang terlibat dalam UMKM tersebut pada akhirnya bisa diberdayakan lebih baik. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar objek wisata.
Museum Manusia Purba Sangiran yang jadi objek wisata utama kini dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. BPSMP Sangiran merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kemendikbud juga menggandeng seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi, untuk mengelola properti di Situs Sangiran. Sangiran pun telah memiliki Master Plan dan Detail Engineering Design yang ditetapkan untuk pengelolaan jangka panjang, termasuk soal penelitian, perlindungan, dan pemanfaatan umum situs.
Jam Operasional dan Harga Tiket
Desa Wisata Sangiran beroperasi setiap hari dari hari Senin sampai Minggu pada pukul 08.00-16.00. Wisatawan yang ingin berkunjung ke objek Museum Manusia Purba Sangiran dapat berkunjung pada hari Selasa hingga Minggu dengan harga tiket Rp. 8.000 untuk wisatawan domestik dan Rp. 15.000 untuk wisatawan asing.
Pengelola menyediakan beragam paket wisata untuk memudahkan pengunjung menikmati berwisata di Desa Wisata Sangiran. Pilihan paket yang disediakan juga beragam dengan menawarkan fasilitas yang beragam pula.
“Ada 3 paket mulai dr 60 ribu sampai 85 ribu. Ada paket wisata mulai dari berkunjung ke museum sangiran dan klaster-klaster sangiran lainya, edukasi di lapisan tanah purba, praktek kerajinan batu dan UMKM,” terang Aries.
Meski sudah tersohor berkat adanya kekayaan fosil-fosil purbakala, tak membuat pihak pengelola berhenti berinovasi menghadirkan penawaran menarik untuk terus menggaet kunjungan wisatawan. Desa Wisata Sangiran diketahui telah memiliki tiga paket wisata menarik yang dapat dipilih oleh wisatawan, dengan harga yang sangat terjangkau yakni mulai Rp60.000 saja per orang.
Dengan harga tersebut, wisatawan sudah bisa mendapat sejumlah fasilitas mulai dari tiket masuk objek pilihan, transportasi, pemandu lokal, dan fasilitas lain sesuai harga paket yang dipilih. Lebih detail, berikut tiga pilihan paket di Desa Wisata Sangiran yang dapat dipilih oleh pengunjung:
- Paket Lokal 1 (Rp85.000/orang), akan mendapat fasilitas berupa:
- Museum Sangiran
- Klaster Sangiran
- Praktik UMKM
- Welcome Drink
- Makan Siang
- Guide Profesional
- Shuttle bus
- Paket Lokal 2 (Rp75.000/orang), fasilitas berupa:
- Museum Sangiran
- Lapisan Tanah Purba
- Kerajinan Sangiran
- ATV 2x putaran
- Welcome Drink
- Guide Profesional
- Shuttle Bus
- Paket Lokal 3 (Harga Rp60.000/orang), fasilitas berupa:
- Museum Sangiran
- UMKM Sangiran
- Kerajinan Sangiran
- Welcome Drink
- Guide Profesional
- Shuttle Bus
Rute Menuju Desa Wisata Sangiran
Jika berangkat dari Kota Solo, maka jarak tempuh yang dilewati sekitar 19 kilometer, dengan waktu 40 menit. Jika berangkat dari Sragen, maka perjalanan menghabiskan waktu sekitar 1 jam.
Dari Kota Solo, wisatawan bisa mulai perjalanan dari Palang Joglo, di sebelah barat Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Kemudian, ambil arah menuju utara yang ada di sisi timur rel kereta api untuk menuju ke Kota Purwodadi.
Lurus ikuti jalan sekitar 10,8 kilometer, kemudian akan menemukan exit tol Gondangrejo. Tidak jauh dari tempat itu, ada gapura bertuliskan Situs Sangiran. Belok ke kanan, masuk ke belokan dengan gapura tersebut.
Ikuti jalan sejauh 4 kilometer, kemudian ada parkiran Sub Terminal Wisata Desa Krikilan di kiri jalan. Setelah sampai di parkiran, kita dapat menyewa angkutan umum dengan membayar Rp3.000 untuk sampai ke kawasan Museum Sangiran.
Akses menuju ke desa tersebut juga terbilang cukup mudah dan dalam kondisi yang baik sehingga bisa dilalui berbagai jenis kendaraan. Desa ini juga cukup mudah dijangkau wisatawan yang berada di luar kota karena dekat dengan bandara maupun exit tol Trans Jawa.
“Dari bandara solo cuma sekitar 18 km, dari terminal solo cuma 19 km. Akses jalan mudah dan baik juga dekat dengan exit tol. Pengunjung bisa berhenti ke terminal wisata sangiran selanjutnya akan diantar dengan shuttle bus,” terang Aries.
Pengunjung Desa Wisata Sangiran
Desa Wisata Sangiran selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama dari kalangan pelajar yang biasanya mengadakan study tour untuk belajar mengenai Situs Sangiran. Desa ini memiliki potensi yang unik dan berbeda dari desa wisata lainnya sehingga memiliki daya tawar tersendiri bagi wisatawan.
Desa ini biasanya ramai dikunjungi kalangan pelajar yang datang dengan rombongan beberapa dan memadati Terminal Sangiran. Objek yang banyak diminati para pengunjung, terutama wisata lapisan tanah di Sangiran, kerajinan batu akik dan gantungan kunci dari batu, seperti kapak batu, batu akik, dan seterusnya.
Ramainya jumlah pengunjung yang datang ke desa ini juga tidak lepas dari adanya inovasi pengelola wisata dengan menawarkan beragam paket wisata. Paket wisata dengan harga yang terjangkau dilengkapi beragam fasilitas yang disediakan memudahkan wisatawan untuk bisa mengeksplorasi desa ini lebih jauh.
Desa wisata yang terbentuk saat pandemi ini juga terkena dampak penurunan jumlah wisatawan akibat pandemi Covid-19 yang sempat melanda Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu kebijakan PPKM mulai dilonggarkan dan kembali meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke desa ini.
Tercatat dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2022, rata-rata jumlah pengunjung bisa mencapai 8.000 orang/bulan. Sementara kunjungan rata-rata harian tembus 200 pengunjung.
Omset Desa Wisata Sangiran
Desa Wisata Sangiran merupakan desa tempat di mana Museum Manusia Purba Sangiran, salah satu daya tarik wisata unggulan di Jateng berada. Desa wisata yang baru terbentuk beberapa tahun lalu ini mengandalkan Museum Manusia Purba Sangiran sebagai objek wisata utama.
Geliat perekonomian desa wisata ini sedikit banyak juga bergantung pada jumlah wisata yang berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran. Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia membawa dampak yang merugikan bagi pelaku wisata di desa ini.
Selama masa pandemi, desa ini berhenti beroperasi lebih dari setahun sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19. Semakin menurunnya kasus penyebaran pandemi membuat aturan PPKM mulai dilonggarkan sehingga aktivitas pariwisata termasuk di Desa Wisata Sangiran mulai hidup kembali.
Museum Manusia Purba Sangiran yang mulai dibuka kembali membawa angin segar bagi para pelaku wisata di desa ini. Suntikan moral pelaku wisata di Desa Wisata Sangiran semakin bertambah tatkala desa ini berhasil masuk 50 besar Desa Wisata Terbaik dalam ADWI 2021.
Pengelola menyebutkan jika dibandingkan dengan desa wisata lainnya, pendapatan Desa Wisata Sangiran terhitung masih cukup kecil. Rata-rata omset pertahun yang diterima Desa Wisata Sangiran sekitar 80 sampai 100 juta rupiah.
“Omset rata-rata pertahun masih terhitung kecil, masih sekitar 80-100 jutaan,” pungkas Aries.