KOTAWARINGIN BARAT – Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove berada di Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Terletak di wilayah pesisir, membuat kawasan tersebut banyak ditumbuhi tanaman bakau. Selain itu, banyaknya sumber makanan membuat hewan primata seperti monyet dan kelasi berkembang biak dengan baik.
Sebagian besar masyarakat daerah tersebut bermata pencaharian sebagai nelayan. Tumbuh suburnya hutan mangrove di pesisir Desa Sungai Bakau tentu menjadi tempat hidup berbagai jenis ikan.
Jenis ikan yang banyak dijumpai di pesisir Desa Sungai Bakau dan dicari kebanyakan nelayan adalah ikan Bandeng. Selain itu, di sela-sela tanaman bakau pula terdapat Kerang dan Kepiting Bakau yang kaya akan protein.
Tak hanya itu, pemandangan laut yang ada di Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove juga menyejukan mata. Maka tak heran, banyak warga yang datang untuk mengisi liburan.
Melihat potensi yang ada di Pesisir Desa Sungai Bakau, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat menetapkan wilayah itu menjadi Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove pada tahun 2022. Hingga saat ini, semakin banyak wisatawan yang datang untuk berwisata.
“Kami akan terus melakukan penataan dan menjaga kelestarian Hutan Mangrove agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung ke Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove,” tutur Ketua Pokdarwis Bakau Lestari Asmuri, pada Minggu (01/04/2024).
Habitat Berbagai Primata
Wisata hutan mangrove Desa Sungai Bakau terbilang luas. Seluruh hutan mangrove di kawasan tersebut tercatat memiliki cakupan 7 Hektare (ha).
Kawasan Hutan Bakau merupakan tempat hidup berbagai primata, seperti monyet dan kelasi. Wisatawan yang berkunjung juga dapat melihat keseharian monyet ekor panjang bergelantungan di Pohon Bakau. Salah satu primata purba.
Wisatawan dapat memberi buah-buahan ataupun kacang tanah untuk memberi makan primata-primata tersebut, tentu dengan pengawasan dan penjagaan petugas terkait.
Selain dapat berinteraksi dengan monyet ekor panjang, wisatawan juga dapat berinteraksi dengan kelasi. Kelasi memiliki tubuh yang ramping dan berbulu lebih panjang dari monyet, serta berwarna coklat pekat. Kelasi masih satu marga dengan monyet ekor panjang.
“Kami akan menyediakan tempat pemberian makan untuk monyet dan Kelasi, agar wisatawan lebih nyaman saat memberi makan hewan endemik kawasan wisata Sungai Hutan Bakau,” lanjut Asmuri.
Mengikuti Keseruan Konservasi Tanaman Mangrove
Selain menikmati keindahan Hutan Bakau dan berbagai primata. wisatawan juga dapat terjun langsung untuk melakukan konservasi Hutan Bakau.
Wisatawan nantinya akan diajak belajar mengenai pentingnya menjaga alam dengan pegiat lingkungan yang ada di Desa Wisata Sungai Hutan Bakau. Seperti ilmu pembibitan Tanaman Bakau, dan pemindahan Pohon Bakau di Kawasan Pesisir.
Keseruan akan terjadi saat wisatawan turut menanam Pohon Bakau di pesisir. Banyaknya lumpur di lokasi Konservasi Bakau membuat wisatawan menjadi tertantang.
“Ke depannya, Hutan Mangrove di Desa Sungai Hutan Mangrove akan kami lengkapi dengan tempat persemaian bibit Mangrove, sebagai wadah untuk wisatawan belajar pembibitan Pohon Mangrove,” sambung Asmuri.
Jam Buka dan Harga Tiket
Desa Wisata Sungai Hutan Bakau buka setiap hari mulai jam 08.00 sampai 17.00 WIB. Sementara itu, harga tiket masuk Hutan Bakau di Desa Wisata Sungai Hutan Bakau sangat terjangkau. Wisatawan hanya akan dikenakan biaya masuk per orang yakni Rp 10 ribu.
Wisatawan dapat menikmati keseruan destinasi wisata yang ada di Desa Wisata Sungai Hutan Bakau dari pagi sampai petang. Tentu dengan waktu buka yang begitu panjang, membuat liburan wisatawan terasa menyenangkan.
Wisatawan yang ingin menjelajah Hutan Mangrove di kawasan Desa Wisata Hutan Mangrove tidak perlu khawatir terkena kotornya lumpur yang becek. Pihak pengelola wisata Hutan Bakau sudah menyediakan fasilitas berupa jembatan papan, yang terbuat dari kayu dan memiliki rute panjang.
Panjang jembatan papan di Hutan Bakau itu bahkan hingga masuk ke dalam dari kumpulan Pohon Bakau. Wisatawan yang melakukan susur Hutan Bakau tidak hanya merasakan dari luar, tetapi juga sampai masuk ke dalam.
Pengelola Desa Wisata Hutan Bakau
Desa Wisata Sungai Hutan Bakau dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bakau Lestari. Jumlah anggota yang terlibat sebanyak 16 orang.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh anggota Pokdarwis Bakau Lestari adalah memberi pelayanan wisata, terhadap setiap pengunjung yang datang. Saat jam operasional tutup, akan dilakukan evaluasi mengenai jalanya wisata.
“Kegiatan yang kami lakukan setiap hari, yaitu tentu menjaga kebersihan, dan melakukan penanaman Pohon Mangrove di petak yang masih belum ditanami Mangrove,” terang Asmuri.
Pemerintah Desa (Pemdes) Sungai Hutan Bakau juga turut terlibat dengan penetapan Surat Keputusan (SK) Pokdarwis Bakau Lestari. Keputusan tersebut membuat pengelolaan wisata menjadi legal, sehingga berjalan dengan lancar.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat memberikan dukungan dengan menerbitkan SK Desa Wisata Sungai Hutan Bakau. Selain itu, promosi wisata di Desa Wisata Sungai Hutan Bakau juga dilakukan di media yang dimiliki oleh Pemkab Kotawaringin Barat.
Rute Menuju Desa Wisata Sungai Hutan Bakau
Desa Wisata Sungai Hutan Bakau berada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Wisatawan yang bertempat tinggal di sekitar Kota Kotawaringin Barat dapat menggunakan mobil atau motor.
Sementara wisatawan yang berada di luar Provinsi Kalimantan Tengah, terutama di luar Pulau Kalimantan. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan perjalanan darat, dan juga laut.
Wisatawan dapat menempuh perjalanan udara dengan menggunakan pesawat, dari Bandar Udara (Bandara) yang menerima rute penerbangan ke Bandara Tjilik Riwut, di Palangkaraya.
Sesampainya di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. Wisatawan dapat melanjutkan perjalanan kembali dengan menggunakan transportasi darat menuju ke Desa Wisata Sungai Hutan Bakau. Jarak antara kedua tempat itu yakni 507 km, dengan waktu perjalanan 10 jam.
Wisatawan yang berasal dari luar Pulau Kalimantan juga dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan Transportasi laut. Perjalanan dapat menggunakan Kapal Ferry menuju ke Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah.
Wisatawan yang sampai di Pelabuhan Kumai dapat melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Desa Wisata Sungai Hutan Bakau. Jarak ke dua tempat itu yakni 158 km, dengan waktu tempuh empat jam.
Pengunjung Desa Wisata Pohon Mangrove
Pengunjung Desa Wisata Mangrove setiap tahun selalu ada. Menurut Asmuri, waktu puncak keramaian itu terjadi setiap akhir pekan.
Jumlah pengunjung Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove pada tahun 2020 terbilang lumayan. Pengelola mencatat jumlah kunjungan di tahun itu, mencapai 480 orang.
Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove pada tahun 2021, sedikit mengalami kenaikan. Pengelola mencatat, jumlah wisatawan yang datang berjumlah 540 orang.
Kenaikan wisatawan kembali terjadi pada tahun 2022. Jumlah wisatawan yang datang, bahkan mencapai 564 orang.
Kenaikan jumlah wisatawan Desa Wisata Sungai Hutan Bakau terjadi signifikan pada tahun 2023. Pengelola mencatat jumlah kunjungan pada tahun tersebut, mencapai 588 orang.
Omset Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove
Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove setiap tahunnya mendapat omset dari sektor wisata. Asmuri menyebut, omset yang diperoleh terdiri dari beberapa jasa yang ditawarkan.
Omset Desa Wisata Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove pada tahun 2020 yakni mencapai Rp 4,8 juta. Jumlah omset tersebut kembali mengalami kenaikan di tahun berikutnya.
Omset Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove pada tahun 2021 mengalami kenaikan pada tahun 2021 dengan jumlah Rp 5,4 juta. Setahun berikutnya, yakni pada tahun 2022, omset kembali naik dengan nilai Rp 5,6 juta.
Asmuri menyebut kenaikan omset signifikan terjadi pada tahun 2023. Dirinya menyebut, total omset dari sektor wisata di tahun itu mencapai Rp 5,8 juta.
“Rata-rata omset yang diperoleh dari Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove tinggi, saat akhir pekan tiba, lantaran wisatawan juga banyak yang berdatangan,” jelas Asmuri.