Site icon Kolom Desa

Kades Diminta Pakai Dana Desa Belanja Vaksin

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar menyarankan Pemkab di NTT gunakan dana desa untuk pengadaan VAR. Sumber foto: Tribunflores.com

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar menyarankan Pemkab di NTT gunakan dana desa untuk pengadaan VAR. Sumber foto: Tribunflores.com

KUPANG – Dinas Peternakan Provinsi NTT meminta pemerintah kabupaten/kota dan kepala desa dapat mengunakan dana desa untuk pengadaan anggaran vaksin. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar, Senin (25/3/2024).

 

“Persediaan vaksin anti rabies bagi hewan penular rabies di NTT menipis,” kata Melky.

 

Melky menjelaskan dana desa yang biasa dianggarkan Rp 1 miliar setiap tahunnya bisa disisihkan sekitar Rp 15 juta untuk anggaran pendanaan vaksinasi sebanyak 250 dosis. Selain itu, biaya operasional petugas dan membeli jarum suntik.

 

“Kita baku bantu karena kalau hanya mengharapkan pemerintah kabupaten/kota saja yang menganggarkan Rp 3 – Rp 4 miliar setiap tahun tidak memungkin. Tetapi kalau gunakan dana desa pasti bisa,” imbuhnya.

 

Melky menyebut, penggunaan dana desa juga memiliki landasan hukum. Bupati/wali kota bisa mengeluarkan instruksi untuk penggunaan dana desa sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan respon terhadap penyakit menular atau wabah, salah satunya rabies.

 

“Di dalamnya (instruksi presiden) juga dituliskan juga perintah kepada bupati-bupati agar meminta para Kepada Desa/Lurah untuk menggunakan dana tersebut,” ungkapnya.

 

Dia mengimbau agar Kepala Desa tidak perlu takut untuk menganggarkan dana desa setiap tahun Rp 15 juta untuk melakukan vaksinasi.

 

“Kalau semua desa dalam waktu yang bersamaan mengajukan Rp 15 juta dan disetujui, maka saya yakin bahwa bukan hanya 70 persen saja yang akan dijangkau vaksin tetapi 100 persen anjing akan divaksin dan kita akan bebas dari penyakit rabies,” ujarnya.

 

Menurutnya, jika semua anjing telah divaksin, maka walaupun anjing menggigit tetapi manusia yang digigit tidak akan mati karena semua anjing dan manusia sudah kebal.

 

“Tetapi kalau tidak divaksin semua, maka setiap tahun kita akan terus mengadakan vaksin rabies pada manusia yaitu Var dan Sar pada manusia yang harganya sampai 4 atau 5 juta,” ujarnya.

 

Dia pun mengajak seluruh pihak terkait untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar semuanya bisa memberikan perhatian serius pada rabies.

 

“Kami sudah menggandeng pihak luar yaitu dengan Pemerintah Australia dengan melalui AISHP, bekerja sama dengan GMIT untuk memasukkan materi tentang rabies di khotbah,” ungkapnya.

 

Dia menambahkan, kurangnya pemahaman pada masyarakat akan menjadi persoalan yang fatal. Karena, ada juga masyarakat yang tergigit anjing, kemudian langsung menggosok luka dengan obat tradisional atau minyak gosok untuk menyembuhkan luka.

 

“Padahal virus di dalam tubuh sudah menyebar. Dan, dalam waktu beberapa bulan kemudian meninggal karena rabies,” katanya.

 

Ke depannya, kata dia, diharapkan ada kerja sama dengan Keuskupan di Kupang maupun Atambua untuk membagikan setiap informasi dalam isi kotbah. Karena informasi-informasi itu perlu disebarluaskan.

 

Penulis : Fais
Editor : Habib

Exit mobile version