LOMBOK TENGAH – Desa Wisata Bilebante yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu desa yang sukses kembangkan desa wisata. Wisatawan akan disuguhkan lanskap persawahan khas pedesaan dengan pemandangan alam yang asri.
Desa Wisata Hijau Bilebante adalah surga tersembunyi di tengah Lombok Tengah yang menawarkan pengalaman unik dalam mengeksplorasi keindahan alam dan budaya lokal. Terletak di lereng perbukitan yang hijau, desa ini memadukan alam yang menakjubkan dengan tradisi yang kaya, menciptakan tempat yang sempurna untuk pelancong yang ingin merasakan pesona otentik Pulau Lombok.
Desa ini dikelilingi oleh perkebunan dan hutan yang hijau, menciptakan lanskap yang menyejukkan mata. Pesona alamnya mencakup sawah terasering yang mempesona, sungai-sungai alami, dan kebun-kebun tropis yang subur yang membuat desa ini juga disebut sebagai desa wisata hijau.
Desa ini dulunya dikenal dengan “Desa Debu” akibat aktivitas tambang galian C. Namun, karena kesadaran masyarakatnya untuk mengubah lahan yang dulu hanya menjual tanah atau pasir di desa tersebut, kini desa ini menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Transformasi ini dilakukan pada tahun 2006 yang dimulai dengan inisiatif kepala desa membuat Peraturan Desa Kawasan Tambang. Peraturan tersebut dibentuk untuk membatasi area mana saja yang boleh ditambang.
Konsep yang diusung desa wisata ini adalah desa wisata berkelanjutan yang dikembangkan pada lahan seluas 266 hektar. Konsep tersebut dinilai mampu menjalankan roda perekonomian melalui Desa Wisata.
Desa wisata Bilebante banyak meraih penghargaan di tingkat nasional, salah satunya dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pada 2023, Desa Wisata Bilebante menjadi salah satu dari 8 desa wisata yang mewakili Indonesia pada seleksi desa wisata berkelanjutan yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia atau United Nations World Tourism Organization (UNWTO).
“Desa Wisata Bilebante memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat seperti mengurangi pengangguran dan mengurangi TKI. Semoga Desa wisata hijau Bilebante semakin ramai kunjungan dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucap Abdul Halik, Sekretaris Desa Wisata Hijau Bilebante pada Minggu (24/3/2024).
Bersepeda di Sawah dengan Latar Gunung Rinjani
Wisatawan bisa menikmati keseruan berwisata di Desa Wisata Bilebante dengan bersepeda menyusuri jalur persawahan yang berlatar pemandangan gunung rinjani. Pengelola menawarkan variasi jarak lintasan bersepeda dengan 3 pilihan jalur sepeda yang bisa dipilih mulai jarak 3 Km dan 4 Km untuk pemula hingga 8 Km untuk tingkat menengah.
Paket berkeliling menggunakan bersepeda merupakan paket utama yang ditawarkan kepada setiap wisatawan yang datang. Pengunjung hanya perlu membayar Rp. 225.000 untuk merasakan pengalaman bersepeda di tengah pemandangan indah bersama pemandu wisata dan juga mendapatkan coffe break.
Pengunjung akan diajak berkeliling desa melalui pemukiman warga, tepian sungai, pematang sawah, kebun sayur, dan kebun buah. Di sela-sela perjalanan, pengunjung bisa melihat langsung sistem penanaman padi yang dilakukan masyarakat, menyambangi industri anyaman untuk membuat lidi batang kelapa untuk sate, atau juga ‘kekere’ (topi khas lokal dari anyaman lidi kelapa) yang menjadi salah satu sumber pendapatan penduduk lokal.
Dalam perjalanan ini, pengunjung juga akan melintasi Jembatan Lime (Lima) di Dusun Karang Ide yang merupakan salah satu peninggalan Belanda pada era 40-an. Dinamakan Jembatan Lime dikarenakan jembatan ini memiliki lima saluran irigasi dari desa sekitar Bilebante.
Pengunjung juga dapat melihat Pura Lingkar Kelud, yang merupakan Pura tertua di Lombok Tengah. Meskipun kebanyakan orang Bilebante beragama Islam, dua dusun, Karang Baru dan Karang Kubu, dianggap sebagai kampung Hindu.
Terdapat Pasar Pancingan dengan Ragam Aktivitas Outdoor
Pasar Pancingan merupakan salah satu objek wisata yang dikembangkan oleh DWH Bilebante. Pasar Pancingan Bilebante diubah menjadi tujuan wisata semata dengan memadukan nuansa tempo dulu dan keingintahuan di masa kini.
Ada puluhan jenis jajanan kampung yang disajikan di Pasar Pancingan setiap hari minggu mulai pukul 08.00 sampai dengan 16.00. Sensasi makan siang akan semakin berkesan dengan sajian makanan ala Bilebante, yang disuguhkan di atas piring dan mangkuk yang terbuat dari tanah liat.
Aneka kuliner masyarakat Sasak maupun kuliner masa kini yang di desain ala tempo dulu bisa ditemui di pasar ini. Lapak jualan menggunakan bambu dan alang-alang, wadah tempat makan menggunakan daun pisang dan alat pembelian menggunakan uang kepeng.
Apabila pengunjung ingin melakukan transaksi, harus menukar uang di tempat penukaran uang. Pihak pengelola menyediakan uang kepeng dengan nilai dari 2,5, 5, dan 10. Uang kepeng 2,5 bernilai Rp 2.500, kepeng 5 bernilai Rp 5.000 dan kepeng 10 bernilai Rp 10.000.
Dinamakan Pasar Pancingan, karena atraksi utamanya adalah memancing. Hasil pancingan diolah menjadi makanan kuliner berbahan dasar ikan.
Selain memancing, tersedia juga aneka kuliner khas Lombok. Ada lebih dari 30 jenis makanan yang dapat dinikmati para pengunjung Pasar Pancingan.
Sediakan Terapi Kebugaran
Selain keindahan alam dan sentra UMKM, Desa Bilebante masih memiliki potensi besar untuk berkembang. Hal tersebut terlihat dari pemuda-pemuda desa yang sangat bersemangat untuk berinovasi.
Inovasi dilakukan dengan mengembangkan layanan terapi yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Uniknya terapi ini tidak dilakukan di dalam ruangan tertutup, namun dilakukan di tengah sawah.
Semua terapis kebugaran yang ada di Desa Wisata Bilebante sudah dilatih oleh team Martha Tilaar. Pelatihan tersebut diberikan untuk memastikan wisatawan mendapatkan layanan spa terbaik ala Bilebante.
Layanan SPA di tengah sawah ini tentunya memberikan pengalaman baru bagi wisatawan. Tangan-tangan terapis yang terlatih, serta suasana persawahan dengan gemercik air yang mengalir, membuat sensasi SPA di Desa Bilebante ini semakin menarik dan wajib dicoba.
Pengunjung hanya perlu membayar Rp. 135.000 hingga Rp. 160.000 untuk merasakan sensasi SPA yang unik. Paket wisata ini paling disarankan untuk dinikmati setelah wisatawan bersepeda mengelilingi objek wisata yang ada di Desa Wisata Bilebante.
Jam Operasional dan Harga Tiket
Wisatawan yang ingin datang Desa Wisata Bilebante bisa berkunjung pada hari Senin sampai Minggu mulai pukul 08.00 sampai 16.00. Pengelola juga menyediakan fasilitas berupa homestay bagi wisatawan yang ingin menginap di Desa Wisata Bilebante.
Pengunjung tidak akan dikenakan biaya tiket masuk saat berkunjung ke desa ini. Pengelola menawarkan beberapa paket wisata dengan harga yang menarik yang bisa di cek langsung pada website https://bilebante.com/id_ID/
Pengelola juga menyediakan pusat oleh-oleh dengan berbagai jenis makanan kering dan semua jenis buah tangan khas Bilebante maupun Lombok. Fasilitas seperti Wifi dan ATM juga disediakan oleh pengelola untuk menunjang aktivitas wisatawan.
Pengelola Desa Wisata Bilebante
Pengelolaan Desa Wisata Bilebante diatur dengan Peraturan Desa Wisata Hijau Bilebante No. 03 tahun 2016 tentang Pengelolaan Desa Wisata Hijau Bilebante. Struktur organisasi dalam pengelolaan Desa Wisata Bilebante disusun secara partisipatif, transparan dan bertanggung jawab.
Pengelolaan melibatkan semua unsur yang dimiliki oleh Desa Wisata Bilebante baik Pokdarwis, KTI, Bumdes, PKK hingga Tokoh Masyarakat.
Peran dari BUMDesa dan Koperasi juga jelas dalam struktur organisasi. Kelembagaan ini juga mencerminkan peran dari masyarakat desa sebagai pemilik dari kegiatan desa wisata sehingga manfaatnya harus semaksimal mungkin diterima oleh seluruh masyarakat.
Selain memberi pelayanan pariwisata, pengelola juga secara rutin melakukan evaluasi guna menindaklanjuti kritik dan saran yang disampaikan oleh pengunjung. Keberhasilan Desa Wisata Bilebante menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sistem pengelolaannya yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki di desa.
Rute Menuju Desa Wisata Bilebante
Perjalanan menuju Desa Bilebante menempuh jarak sekitar 24 kilometer dari Bandara Internasional Praya Lombok, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit menggunakan bis. Seperti suasana desa pada umumnya, jalanan yang ditempuh tidak sepenuhnya dijajaki aspal, masih berupa beton kasar dan tanah gembur hitam.
Perjalanan ke desa ini akan membawa wisatawan melewati jalan-jalan pedesaan yang menawan, diapit oleh hijaunya alam Lombok. Pihak pengelola diketahui juga bekerja sama dengan semua travel yang ada di Lombok agar memudahkan wisatawan menuju Desa Wisata Bilebante.
Kerjasama yang dilakukan dengan tour operator nasional dan internasional untuk mengembangkan paket wisata dan akses untuk promosi dan pemasaran. Wisatawan bisa menggunakan rute perjalanan melalui Jalur Kediri ke arah Praya, kemudian sekitar 1 KM dari Pusat Kota Kediri akan menuju ke jalur Praya Lombok Tengah.
Terdapat sebuah belokan kiri sebelum jembatan kemudian yang membawa Anda memasuki wilayah Desa Bilebante. Berikut alamat lengkap menuju lokasi ke Desa Wisata Hijau Bilebante yang berada di Jl. Raya Bilebante, Bilebante, Kec. Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang dapat dijangkau dengan transportasi umum, mobil pribadi atau sepeda motor untuk menuju lokasi.
Pengunjung Desa Wisata Bilebante
Desa Bilebante memiliki Beragam potensi objek wisata dan daya tarik wisata yang disuguhkan salah satunya adalah hamparan sawah yang asri dijadikan sebagai atraksi wisata bagi wisatawan. Selain objek wisata, Desa Wisata Bilebante juga menyediakan fasilitas pendukung seperti homestay untuk wisatawan yang ingin menginap.
Jarak dan lokasi yang tidak jauh dari Kota Mataram dengan jarak tempuh 13 km dari Ibu Kota NTB, membuat wisatawan banyak berkunjung ke destinasi wisata Bilebante, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Bilebante mengalami peningkatan yang signifikan.
Tahun 2020 jumlah wisatawan mengalami penurunan dengan tingkat kunjungan yang relatif rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi akibat virus Covid-19 yang mengakibatkan akses keluar masuk wisata serta pelayanan informasi wisata ditutup.
Namun, pada tahun 2021 Desa Wisata Bilebante mendapat sertifikat Cleanliness Health Safety and Environment Sustainability (CHSE) dari Kemenparekraf. Hal ini menandakan objek wisata Desa Wisata Bilebante sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai standar, dengan artian Desa Wisata Bilebante tetap berjalan atau dibuka untuk wisatawan yang ingin berkunjung.
Omset Desa Wisata Bilebante
Desa Wisata Bilebante saat ini menjadi salah satu daya tarik baru yang ada di Lombok baik bagi wisatawan domestik maupun asing. Bahkan menjadi penggerak ekonomi bagi masyarakat Lombok.
Desa ini menawarkan sekitar 17 kuliner produk UMKM di Desa wisata Bilebante ini, diantaranya seperti ayam merangkat, sate pusut, bakso rumput laut, urap-urap dan masih banyak lagi. Perputaran ekonomi yang bagus membuat banyak masyarakat desa mulai terjun lebih serius di dunia pariwisata.
Jika sebelumnya sebanyak 30-40 persen penduduk lebih memilih berprofesi sebagai tenaga kerja asing di luar negeri, saat ini jumlahnya diketahui sudah berkurang menjadi hanya tinggal 15 persen saja karena ekonomi masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata. Pendapatan rata-rata UMKM wanita di Desa Wisata Bilebante sendiri saat ini tercatat sebesar Rp4 juta per bulan sehingga mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat dari desa setempat.
Peningkatan jumlah pengunjung juga dimbangi dengan meningkatnya jumlah omset yang diraup oleh Desa Wisata Bilebante. Pihak pengelola menyebut omset yang dihasilkan Desa Wisata Bilebante sekitar Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per tahun.
“Jumlah pengunjung secara keseluruhan kisaran 10 ribu ke atas, dengan kisaran omset di angka Rp 50 – Rp 100 jutaan,” pungkas Abdul Halik.