JAKARTA – Kongres Desa Indonesia tahun 2024 adalah momentum penting bagi pengembangan dan pemberdayaan desa-desa di seluruh nusantara. Pembangunan desa merupakan sebuah keniscayaan mengingat potensi desa sebagai lumbung pangan yang memiliki kontribusi penting dalam mengatasi kerawanan pangan.
“Kita boleh sedikit merasa lega karena berdasarkan data Badan Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia memiliki skor indeks ketahanan pangan 60,2 dan menempati peringkat 63 dari 113 negara.” Kata Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Bambang Soesatyo. Sabtu (23/3/2024).
Desa memilki kontribusi dalam menopang ketahanan pangan, kata dia, desa adalah sumber peradaban yang kaya akan beragam kearifan lokal. Nilai-nilai gotong royong, kerja sama dan saling tolong menolong, adab sopan santun serta penghormatan terhadap norma sosial adalah nilai-nilai jati diri keindonesiaan yang sudah tergerus di kehidupan perkotaan..
“Namun, masih tumbuh dan berkembang di perdesaan,” katanya.
Menurutnya, dari desa nilai-nilai luhur Pancasila dapat ditemukan rujukan nyatanya. Kehidupan masyarakat desa yang lekat dengan ilahi, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, guyub rukun dalam kebersamaan, penuh toleransi dan tepa salira adalah kristalisasi nilai-nilai luhur kearifan lokal yang menjadi inspirasi rumusan sila-sila Pancasila.
Dari kehidupan di perdesaan, juga dapat diambil pembelajaran untuk hidup bersama dalam keberagaman. Nilai-nilai sosial telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan keseharian masyarakat desa.
“Ketahanan sosial dalam kehidupan masyarakat desa inilah yang menjadi cikal bakal dan simpul penguat ketahanan nasional. Desa-desa menjadi himpunan unit pemerintahan terkecil yang akan menjadi perangkai keutuhan NKRI, sekaligus ujung tombak dalam mencegah dan menangkal paham yang menggerus nilai-nilai nasionalisme,” kata Bamsoet
Meski demikian, kata Bamsoet, secara rasio saat ini diperkirakan jumlah penduduk di perkotaan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan. Disebutkan, sekitar 52 persen penduduk tinggal di perkotaan.
“Kondisi ini salah satunya disebabkan masih belum seimbangnya pembangunan di perdesaan sehingga kota masih menjadi magnet yang penuh daya tarik mendorong laju urbanisasi,” katanya.
Ia menambahkan, BPS memperkirakan pada tahun 2035 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan meningkat menjadi 66,6 persen. Bahkan, menurut proyeksi Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan akan mencapai 70 persen pada tahun 2045.
“Jika tidak diantisipasi, daya tahan kota akan makin melemah sehingga tidak mampu lagi untuk menopang perkembangan populasi yang bertumbuh menurut deret ukur. Di sisi lain, kehidupan desa akan makin tertinggal dalam laju peradaban karena tidak tersentuh oleh pembangunan,” tandasnya.
Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Habib