SIMPANG EMPAT – Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, menerima alokasi dana sebesar Rp116 miliar dari pemerintah pusat untuk memperbaiki infrastruktur yang mendukung pelabuhan Teluk Tapang Air Bangis Pada tahun 2025. Hal itu memudahkan akses hasil produksi sawit, dan mempersingkat jarak tempuh untuk bisa masuk ke Teluk Tapang.
“Penetapan alokasi anggaran telah selesai dilakukan oleh Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut. Mereka merencanakan pembangunan akan dimulai pada tahun 2025.” ujar Bakaruddin, Kepala Dinas Perhubungan Pasaman Barat, yang ditemani oleh Sekretaris Sukarni di Simpang Empat pada hari Selasa (19/3/2024).
Dia menyatakan bahwa Pasaman Barat beruntung mendapatkan alokasi dana dari pemerintah pusat karena total anggaran yang diterima untuk Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Bayur sekitar Rp181,5 miliar.
“Dari jumlah tersebut, alokasi dana sebesar Rp116,2 miliar dialokasikan untuk Pembangunan Pelabuhan Teluk Tapang, sekitar Rp50 miliar untuk pembangunan pelabuhan di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, dan sisa anggaran digunakan untuk Pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur,” tuturnya.
Penggunaan dana tersebut akan meliputi pembangunan fasilitas perkantoran, area parkir, area penyimpanan dan fasilitas lainnya di atas tanah seluas 12,5 hektar.
“Pengembangan infrastruktur di darat telah direncanakan dan pembangunannya akan dimulai pada tahun 2025. Keberhasilan pembangunan fasilitas pendukung ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional pelabuhan di masa yang akan datang. Sementara itu, pembangunan fasilitas pelabuhan itu sendiri sudah selesai,” ucapnya.
Ia menganggap bahwa keberadaan Pelabuhan Teluk Tapang di Air Bangis memiliki dampak ekonomi tidak hanya bagi wilayah utara Sumatera Barat, tetapi juga bisa memberikan dampak bagi Provinsi Sumatera Utara.
Untuk Pasaman Barat sendiri, terdapat potensi di sektor perkebunan kelapa sawit dengan luas tanaman mencapai 101.402 hektar yang menghasilkan sekitar 330.881 ton setiap tahunnya. Di samping itu, terdapat peluang di bidang pertanian jagung dengan luas lahan mencapai 45.523 hektar yang menghasilkan rata-rata 4,6 ton per hektar. Tak hanya itu, terdapat potensi sumber daya mineral seperti bijih besi, mangan, granit, dan sumber daya lainnya.
Menurutnya, di masa yang akan datang, Pelabuhan Teluk Tapang juga akan dapat dijangkau oleh Provinsi Sumatera Utara melalui Kabupaten Mandailing Natal. Ia memperkirakan jarak antara Mandailing Natal ke Pelabuhan Teluk Tapang itu hanya 2,8 kilometer atau 3 kilometer saja.
“Produksi kelapa sawit dari Sumatera Utara dapat diangkut melalui Pelabuhan Teluk Tapang di Pasaman Barat. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi dari kedua provinsi dapat meningkat secara signifikan,” katanya.
Jika melihat pada rute jalan yang biasanya dilalui dari Sumatera Utara menuju Sibolga, memakan waktu sekitar 128 kilometer. Oleh karena itu, dengan melewati daerah Mandailing Natal, jarak perjalanan tersebut dapat dipersingkat untuk mencapai Pelabuhan Teluk Tapang.
Untuk Pasaman Barat, menurutnya selama ini, hasil produksi seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) harus diangkut melalui jalur darat menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang. Jarak perjalanan dari Pasaman Barat ke Pelabuhan Teluk Bayur Padang membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam. Namun, jika menggunakan Pelabuhan Teluk Tapang untuk mengangkut CPO, jarak perjalanan dari wilayah utara Sumatera Barat itu hanya 2 jam saja.
Dengan keberadaan Pelabuhan Teluk Tapang, waktu pengiriman CPO dapat dipersingkat. Dampak lainnya adalah berkurangnya jumlah truk pengangkut CPO, yang juga berarti kondisi jalan raya akan lebih tahan lama.
Penulis: Attori Alfi Shahrin
Editor: Danu