FAKFAK – Aktivis Muda Perempuan Fakfak, Siti Uswanas menyebutkan jika petani Pala yang ada di Kabupaten Fakfak hanya dijadikan komoditas politik pada momen-momen tertentu. Banyak dari warga setempat hanya dijadikan konten-konten politik, namun tak mendapat dampak positif terhadap ekonomi mereka.
“Kami di Fakfak ini jujur saja, dikenalnya sebagai kota Pala tetapi selama ini Pala hanya dijadikan sebagai simbol untuk pembangunan tugu tetapi perhatian lebih tidak ada sama sekali,” katanya, Selasa (12/3/2024).
Siti menyebutkan, berdasarkan data Pekerja sosial kemasyarakatan, para petani Pala masih hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal selama ini Kabupaten Fakfak di Provinsi Papua Barat dikenal sebagai kota pala.
“Silahkan dicek di Fakfak ini tidak ada sama sekali, story success petani Pala, palingan hanya sebatas sudah mampu menyekolahkan anak-anak mereka itu sudah cukup padahal bisa lebih dari itu,” tandasnya.
Ia memaparkan, semua kabupaten dan kota di Papua selain Fakfak tidak mempunyai OPD Dinas Perkebunan. Ia menyayangkan jika pemerintah tak berbuat apapun untuk mensejahterakan petani Pala Fakfak.
“Hanya Fakfak yang punya Dinas Perkebunan, namun sayang kita melihat saat ini Dinas Perkebunan hanya lebih berfokus pada kelapa sawit dan lainnya, serta terkesan mengabaikan Pala,” Papar Siti.
Siti menambahkan, saat ini sudah terlalu banyak Tugu Pala yang dibangun di berbagai sudut kota. Bukan tak mungkin, di masa depan Pala negeri hanya jadi dongeng atau cerita ke anak cucu.
“Mirisnya lagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pala negeri atau Henggi itu tidak ada sama sekali padahal ini nyata-nyatanya kota Pala,” jelasnya.
Ia berharap agar pala tidak hanya dijadikan sebagai komoditas politik. Lebih dari itu, Siti meminta pemerintah agar serius mengelola komoditas tersebut sebagai unggulan daerah.
Penulis: Wahyu
Editor: Danu