Tradisi Karapan Kerbau di Desa Dawuhan Wetan

Ilustrasi kerapan kerbau. Sumber foto: iStock.
Ilustrasi kerapan kerbau. Sumber foto: iStock.

LUMAJANG – Balapan kerbau atau karapan kerbau menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat di Desa Dawuhan Wetan, Kecamatan Rowokangkung, Kabupaten Lumajang. Gelaran ini dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan tradisi sekaligus menyambut musim tanam padi.

 

”Tradisi ini menarik perhatian 55 peserta dari kecamatan Padang, Sukodono, Randu Agung, Jatiroto, dan Rowokangkung,” kata peternak kerbau, Rizal Yudho Prakoso, Minggu (17/12/2023).

 

Rizal menjelaskan jika karapan kerbau bukan hanya hiburan semata, melainkan sebuah upaya melestarikan seni dan budaya turun-menurun. Tradisi ini tak hanya sebagai penghibur, tetapi juga sebagai bentuk syukur dan doa petani menyambut musim tanam padi.

 

“Karapan kerbau menjadi acara rutin yang diselenggarakan setiap empat bulan sekali, menjelang musim tanam padi,” ujarnya.

 

Pihaknya berharap gelaran tersebut bisa menjadi agenda wisata di Kabupaten Lumajang. Selain itu, dapat memberikan dampak positif pada pendapatan daerah dan ekonomi masyarakat sekitar.

 

“Adapun para pemenang karapan kerbau akan mendapat hadiah berupa 3 ekor kambing untuk juara pertama, 2 ekor kambing untuk juara kedua, serta 1 ekor kambing untuk juara ketiga,” urainya.

 

Sementara itu, Ketua Kelompok Ternak Kerbau Kabupaten Lumajang Adi Sampurno menambahkan, karapan kerbau tidak hanya memberikan hiburan dan pelestarian budaya, tetapi juga berdampak pada peningkatan daya jual kerbau. Sang juara tidak hanya mendapatkan prestise, tetapi juga meningkatkan nilai jual kerbau.

 

“Aturan dalam karapan kerbau, hampir serupa dengan karapan sapi di Madura atau karapan sapi brujul di Kota Probolinggo” katanya.

 

Menurutnya, para joki dengan lincahnya menaiki sepasang kerbau yang biasa digunakan untuk membajak sawah. Mereka menciptakan pertandingan seru dalam arena lumpur sepanjang 500 meter.

 

“Karapan kerbau di Kabupaten Lumajang bukan hanya sebuah acara tradisional, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang berpotensi menggerakkan roda perekonomian lokal,” tandasnya.

 

Penulis: Habib Az

Editor: Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *