CIAMIS – Sejumlah pemuda di Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis patut dijadikan contoh. Mereka adalah kumpulan anak muda yang membersamai para petani di desanya dalam memecahkan masalah kekurangan air.
Kumpulan pemuda tersebut tergabung dalam satu komunitas tani bernama “Lare Terbis”. Mereka berhasil membantu pekerjaan rumah petani Desa Baregbeg dalam mengatasi kekurangan pasokan air pada musim kemarau. Secara swadaya dan gotong royong, mereka menciptakan inovasi berupa kincir angin.
Miftahurrohman, salah satu anggota Komunitas Lare Terbis menjelaskan bagaimana sejarah terciptanya hingga cara kerja kincir angin tersebut.
Ide kincir angin itu lahir dari Komunitas Pemuda Tani ”Lare Terbis” pada Juli 2023. Komunitas itu didirikan Miftah, sapaan akrab Miftahurrohman dan kawan-kawannya di Baregbeg tahun 2016.
Berbagi alternatif diapungkan. Sebelumnya, komunitas pemuda tersebut mengopsikan mesin pompa air. Namun, mesin pompa air membutuhkan biaya yang dinilai terlalu tinggi, sehingga Salim, anggota Lare Terbis mengusulkan kincir angin.
Salim percaya diri sebab dia pernah membuat alat serupa untuk menarik air tanah dalam usaha pembuatan garam di Teluk Naga, Tangerang.
”Tiupan angin di Baregbeg lumayan kencang, mirip dengan di Teluk Naga,” katanya.
Proses perencanaan dimulai dan berkejaran dengan pertumbuhan padi yang terlanjur ditanam. Bentuk kincir dibuat sederhana dengan bahan seadanya. Kincir angin memiliki empat bilah utama berbahan seng bekas.
Kincir terpasang pada pipa galvanis setebal 6 inci. Untuk saluran penyedot dan penyalur air, mereka menggunakan paralon berukuran 2,5 inci.
”Gir dan rantainya dari sepeda bekas. Bahan klep kami buat dari karet sandal jepit bekas. Total biaya yang kami keluarkan Rp 5 juta, hasil iuran anggota Lare Terbis. Di tengah keterbatasan itu, kincir itu rampung sebulan kemudian,” kata Salim.
Meski sederhana, hasilnya sesuai harapan. Meski gir dan rantai bekas itu kerap lepas karena tiupan angin tidak stabil, proses penyedotan air relatif lancar.
Sementara itu, Kata Miftah, prinsip kerja kincir angin seperti pompa air zaman dulu. Bila pompa jadul membutuhkan tenaga manusia, kincir yang digerakkan oleh angin dimanfaatkan untuk menggerakkan klep dan menyedot air untuk dialirkan ke sawah.
Di pinggir sawah di Desa Baregbeg, Miftah mengatakan, klep itu berfungsi mengatur penyedotan air dari Sungai Avour. Beberapa bulan terakhir, anak Sungai Citanduy itu surut akibat kemarau. Ketinggian muka airnya sekitar 7 meter lebih rendah dari sawah.
Keuntungan Kincir Angin
”Kebetulan, sawah yang terdampak kekeringan punya saya sendiri seluas 700 meter persegi. Selain debit air berkurang, saluran irigasi tersier juga bocor di beberapa titik. Harus dicari solusinya. Kepriwe carane banyu munggah meng nduwur (Bagaimana caranya air naik ke atas),” ujar Miftah.
Selain menggunakan material yang bersahabat di kantong, satu kincir angin mampu mengairi sawah seluas 700 meter persegi cukup dalam waktu satu jam. Hasil yang cukup memuaskan dengan modal 5 juta tersebut.
”Dalam satu jam, air dari kincir ini bisa mengairi sawah seluas 700 meter persegi. Ini cara kami beradaptasi saat kemarau panjang tahun ini,” kata Miftah sembari menunjukkan air yang mengalir deras menuju area persawahan.
Samsul Zuhri, pegiat komunitas Lare Terbis lainnya, tidak bisa memastikan berapa debit air yang tersedot. Namun, dia menyebut airnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengairan. ”Sawah bisa tetap dipanen meski kemarau. Dari lahan 700 meter persegi itu, dapat sekitar 5 kuintal gabah,” kata Samsul.
Berpotensi Jadi Ekonomi Mandiri
Meski baru satu kincir, keberhasilannya mudah menarik minat warga lainnya. ”Di sini, kami terbiasa menanam padi dengan air secukupnya. Padi tanaman butuh air, bukan tanaman air. Jadi, tidak butuh air terendam. Kincir air bisa menjadi solusi,” kata Samsul.
Soal potensi ekonominya, menurut Samsul, kincir angin berpeluang jadi bisnis baru. Namun, opsi itu tidak diambil Lare Terbis. Mereka justru mengajak pemerintah atau swasta untuk menduplikasi dan memberikannya kepada petani yang membutuhkan.
”Anggota Lare Terbis sudah punya inovasi lain untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sejauh ini, hasilnya cukup untuk kami,” katanya.
Dari pelosok Ciamis, komunitas Lare Terbis mencoba beradaptasi dengan alam. Kincir angin digunakan mengairi sawah. Kreativitas itu menunggu dukungan pemerintah dan kalangan lain agar bisa dirasakan banyak petani lainnya.