Kemarau, Petani di Mojokerto Pilih Tanam Ubi Cilembu

Ubi Cilembu. Sumber foto: iStock.
Ubi Cilembu. Sumber foto: iStock.

MOJOKERTO – Puluhan petani di Desa Duyung, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto memilih menanam ubi cilembu dibanding padi di lahannya. Ubi dipandang lebih menguntungkan dibanding padi saat kemarau.

 

Marsudi, pemilik lahan seluas 6.000 meter persegi menunjukkan lahan ubi cilembunya. Ubinya baru saja tumbuh setelah ia memanen padi.

 

“Karena kemarau saya ganti padi dengan ubi cilembu,” petani Ubi Cilembu, Marsudi, Selasa (10/10/2023).

 

Bagi Marsudi, menanam ubi cilembu saat kemarau jadi pilihan yang menguntungkan. Meski air irigasi masih mengalir, ubi cilembu tak butuh banyak air layaknya padi.

 

“Lahan saya cukup diairi sehari semalam. Disiram lagi nanti setelah 20 hari. Kalau padi butuh air setiap hari,” jelas pemilik lahan seluas 6.000 meter persegi ini.

 

Ia menambahkan, air irigasi di desanya dibagi untuk sekitar 50 petani. Ada petugas penjaga air yang memastikan setiap kebun mendapat giliran dari sungai irigasi.

 

“Pak Kamituwo yang ngatur airnya. Dari lahan paling atas dulu. Setelah sehari direndam air, pintu air dibuka sehingga air mengalir ke kebun kedua di bawahnya. Begitu seterusnya,” jelasnya.

 

Menurutnya, selain irit air, ubi cilembu juga tak butuh banyak pupuk layaknya padi. Cukup satu kali pemupukan hingga tiba masa panen.

 

“Ubi bisa dipanen usia 4 bulan sampai 6 bulan. Kalau kebanyakan air, umbinya busuk,” terangnya.

 

Tak hanya lebih mudah dan murah, ubi cilembu menghasilkan lebih banyak dibanding padi. Di lahannya, ia hanya mampu menghasilkan 1,5 ton gabah basah setiap musim panen.

 

“Sedangkan panen ubi cilembu bisa mencapai 20 ton dalam kondisi yang bagus. Paling jelek 15 ton lah,” ujarnya.

 

Ubi cilembu dari Desa Duyung dikenal hingga Jakarta. Bahkan Marsudi menyebut, ubinya jauh lebih manis dari ubi yang ditanam di kampung halaman bibit itu, Cilembu di Sumedang, Jawa Barat.

 

“Yang ambil dari Jawa Timur sampai Jakarta. Ini memang lebih manis rasanya dari yang di Jawab Barat. Harganya sekarang 3.000 per kilogram,” tandasnya.

 

Lebih lajut, Marsudi menduga petani di desanya akan lebih lama menanam ubi cilembu dibanding padi. Sebab kemarau yang dirasakan jauh lebih kering dan diduga lebih panjang.

 

Penulis: Habib Az

Editor: Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *