Kekeringan, 20 Desa di Probolinggo Dapat Pasokan Air Bersih

BPBD Kabupaten Probolinggo melakukan distribusi air bersih bagi masyarakat yang ada di Dusun Gonggo RT 04 RW 01 Desa Tigasan Kulon Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, Kamis (28/9/2023). Sumber foto: https://probolinggokab.go.id/
BPBD Kabupaten Probolinggo melakukan distribusi air bersih bagi masyarakat yang ada di Dusun Gonggo RT 04 RW 01 Desa Tigasan Kulon Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, Kamis (28/9/2023). Sumber foto: https://probolinggokab.go.id/

PROBOLINGGOBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur telah mendistribusikan sebanyak 715.000 liter air bersih untuk 20 desa yang mengalami krisis air bersih dampak dari musim kemarau sejak Juni hingga akhir September 2023. Pihak BPBD mendistribusikan air bersih itu berdasarkan permohonan dari pemerintah desa setempat dan hasil kaji awal Tim Reaksi Cepat (TRC) Penanggulangan Bencana.

 

“Berdasarkan data hingga 30 September 2023 tercatat sebanyak 32 dusun yang tersebar pada 20 desa di 10 kecamatan mengalami kekeringan, sehingga terdampak krisis air bersih,” kata Petugas Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Probolinggo Silvia Verdiana, Selasa (3/10/2023).

 

Dia menjelaskan, sesuai data di Pusat Pengendalian Operasi BPBD Probolinggo tercatat sebanyak 20 desa yang tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten setempat yang terdampak krisis air bersih. Desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Tegalsiwalan, Wonomerto, Banyuanyar, Tongas, Bantaran, Kuripan, Sukapura, Lumbang, Leces, dan Tiris.

 

“Hingga saat ini telah terlaksana 127 kali distribusi air bersih sejak Juni hingga akhir September 2023 dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak 715.000 liter air bersih, kemudian 13 tandon air dan 37 jerigen telah terdistribusi sebagai penanganan darurat krisis air bersih di Probolinggo,” ujarnya.

 

Ia mengungkapkan jumlah warga terdampak krisis air bersih yang tersebar di 10 kecamatan tersebut sekitar 37.766 jiwa atau 12.648 kepala keluarga (KK). Jumlah daerah terdampak kekeringan itu fluktuatif sejak tahun 2013 hingga 2023 tergantung faktor yang mempengaruhi misalnya berkurangnya volume air, mengeringnya sumber mata air, tidak ada cadangan air maupun faktor infrastruktur lainnya.

 

“Saat ini sebagai upaya penanganan darurat telah dilaksanakan distribusi air bersih dan logistik kekeringan serta pemantauan di beberapa daerah yang berisiko tinggi kekeringan,” katanya.

 

Sebagai upaya lanjutan, menurut dia, diperlukan kajian dan pemantauan kembali terkait beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kekeringan di Kabupaten Probolinggo pada tahun ini. Pihak BPBD mengimbau masyarakat agar menerapkan upaya mitigasi bencana kekeringan seperti memanfaatkan sumber daya air secara lebih efektif dan efisien.

 

“Kemudian memprioritaskan penggunaan air untuk keperluan minum dan masak atau keperluan air bersih lainnya,” tambahnya.

 

Silvia mengajak warga untuk menanam banyak pohon di sekitar kawasan rawan kekeringan. Kemudian membuat waduk yang disesuaikan dengan kondisi geografisnya, memperbanyak daerah resapan air dan menerapkan budaya konservasi.

 

Sementara untuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu tercatat sebanyak 10 kejadian tersebar di Kecamatan Sukapura, Sumber, dan Banyuanyar termasuk Wilayah Savana Gunung Bromo yang menjadi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,” tandasnya.

 

Penulis: Habib Az

Editor: Rizal Kurniawan

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *