Warga Jember Mengaku Disekap di Rusia

Ilustrasi penyekapan. Sumber foto: iStock
Ilustrasi penyekapan. Sumber foto: iStock

JEMBER – Seorang warga Dusun Kepel, RT 001 RW 014, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember mengaku tengah disekap di Rusia. Pengakuan itu sampaikan dalam sebuah video berdurasi 1 menit hingga viral beredar di media sosial.

 

“Di Rusia saya ditampung agen bernama Yesenia,” kata Rahmad Kurniawan Abadi, dalam video tersebut.

 

Dalam video berdurasi satu menit itu, Rahmad mengaku diberangkatkan ke Rusia oleh seorang perempuan awal Banyuwangi bernama Vera. Ia mengaku berada di Rusia hampir satu tahun dan tidak memperoleh gaji.

 

“Posisi sekarang di apartemen, di penampungan, dan saya dikunci dari luar. Logistik disediakan. Saya mohon bantuan kepada pihak-pihak terkait pemerintah Indonesia untuk bisa memulangkan saya. Terima kasih. Assalamualaikum,” kata Rahmad.

 

Sementara itu, Direktur Migran Aid Indonesia Moch Cholily mengaku mendapat video itu dari seorang kawan pekan lalu. Setelah ditelusuri, ternyata pria kelahiran 30 April 1986 itu adalah warga Jember.

 

“Semalam saya berkomunikasi dengan istrinya Bu Lailatul Muazizah. Intinya ada dua persoalan. Satu, Rahmad terjebak sindikat perdagangan orang. Kedua, dia ditempatkan di negara yang tengah dalam situasi perang. Ini pelanggaran undang-undang,” kata Cholily, Rabu (6/9/2023).

 

Ia mendesak kepada aparat penegak hukum untuk bertindak. Kasus Ini harus ditelusuri betul pelakunya, diusut aparat penegak hukum, baik mereka yang di lokal, di Banyuwangi, maupun jaringan.

 

“Kalau itu PT (perusahaan penyalur tenaga kerja), kami sedang berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja agar dicabut izinnya,” ujarnya.

 

Ia mendorong bagaimana Kementerian Luar Negeri agar melakukan langkah emergency kepada korban. Dikatakan saat ini posisi korban belum diketahui.

 

“Saya dapat nomor kontak korban, tapi belum bisa dihubungi. Sudah tidak aktif. Istrinya hanya tahu suaminya pamit ke luar negeri. Itu saja. Istrinya orang desa,” jelasnya.

 

Cholily menyebut peristiwa ini semakin menunjukkan bahwa pekerjaan rumah ketenagakerjaan di Indonesia sangat menumpuk. Menurutnya, pencegahan dan edukasi terhadap masyarakat harus dilakukan.

 

“Kasus ini menunjukkan bahwa proteksi dini ke masyarakat yang berpotensi jadi pekerja migran Indonesia dan edukasi supaya masyarakat tahu bagaimana cara migrasi masih lemah,” tandasnya.

 

Penulis: Habib Az

Editor: Rizal Kurniawan

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *