JOMBANG – Desa Galengdowo kini terkenal dengan potensi peternakan sapi perah. Masuknya sapi perah di desa ini bermula sejak tahun 1981. Kala itu, Kementerian Pertanian era Orde Baru menyalurkan Bantuan Presiden (Banpres) berupa sapi sebanyak lima ekor.
“Saat itu, saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Banpres dibagi merata untuk semua desa di Kecamatan Wonosalam. Seiring berjalannya waktu, Banpres ini berkembang pesat dan berpotensi berkembang di Desa Galengdowo,” tutur Kepala Desa Galengdowo, Wartomo.
Masyarakat pun mulai menjadikan kegiataan beternak sapi menjadi sumber penghidupan. Peternakan sapi di Desa Galengdowo pun terus meningkat. Pada tahun 2021 tercatat bahwa sebaran peternak di desa kian meningkatk, yakni mencapai 500 peternak dengan jumlah total kepemilikan sapi perah sebanyak 4.000 ekor. Melihat perkembangan tersebut, pihak Desa Galengdowo kemudian mengoptimalisasi daya potensi peternakan sapi perah lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Keberhasilan perkembangan ternak sapi perah itu akhirnya melahirkan gagasan pemerintah desa untuk membuat inovasi program kredit sapi tanpa bunga. Tujuannya adalah untuk mendongkrak perekonomian warga Desa Galengdowo.
Dalam pelaksanaannya, Pemdes Galengdowo menyediakan sapi dengan harga Rp 18 juta dan bisa diangsur per bulannya antara Rp 1 juta atau 2 tahun tahun tanpa bunga. Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan para penyedia pakan hingga pemeriksaan dari dokter hewan secara rutin. Melalui hal ini Pemdes Galengdowo berupaya menciptakan ekosistem peternakan sapi yang saling berhubungan.
Produksi Susu Sapi
Adanya peternakan sapi di Desa Galengdowo menjadi denyut nadi perekonomian warga. Keberadaan produksi susu sapi dari desa ini juga terbukti tangguh saat pandemi Covid-19 lalu. Perekonomian tetap berputar melalui produksi susu dan warga terus bekerja mendapatkan pendapatan. Wartomo menjelaskan, seluruh peternak sapi perah di desanya dapat menghasilkan 5.000 liter atau setara dengan 8 sampai 9 ton susu tiap harinya.
Saat itu, BUMDes Lohjinawi menjembatani peternak untuk mendistribusikan hasil produksi susu. BUMDes Lohjinawi membeli harga susu jauh dari atas pasaran. Dari harga Rp 5.500 per liter menjadi Rp 5.650 per liter untuk mendongkrak pendapatan para peternak.
Memanfaatkan Kotoran Sapi Perah Jadi Biogas
Inovasi dari desa ini tak sekedar melalui program kredit sapi perah tanpa bunga. Tetapi juga berkembang hingga pengembangan dana sosial, biogas gratis, hingga subsidi pajak bagi masyarakat peternak. Keberhasilan ini tidak lepas dari partisipasi masyarakat yang sangat aktif di Desa Galengdowo.
“Kemajuan desa tidak tergantung kepada kepala desa dan perangkatnya, tapi juga partisipasi masyarakatnya,” ujar Kepala Desa Galengdowo, Wartomo.
Warga memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas untuk dialiri ke rumah-rumah warga dan menjadi sumber energi gratis bagi warga. Untuk 5 ekor sapi perah dewasa, hasil biogas dapat dipakai 2 kepala keluarga dengan kapasitas 4 sampai 6 kubik. Sementara untuk hitungan per meter kubiknya, ialah satu kubiknya setara dengan kotoran 1 ekor sapi perah dewasa per hari
Kembangkan Wisata Kampung Susu
Suksesnya peternakan sapi di Desa Galengdowo tak membuat Pemerintah Desa berpuas diri. Pemdes Galengdowo terus berinovasi meningkatkan produktivitas peternak sapi di desanya. BUMDes Lohjinawi berkolaborasi bersama warga mengembangkan wisata di kampung susu sapi ini.
Tujuan program wisata kampung susu ini agar Desa Galengdowo dapat menjadi tempat belajar bagi desa lainnya untuk melihat proses pemerahan susu sapi hingga melihat proses pembuatan aneka olahannya. Kini nama Desa Galengdowo Wonosalam, Jombang, Jawa Timur ini kian kondang disebut sebagai kampung susu.