SUMBA BARAT DAYA – Masyarakat di desa Leteloko Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi NTT yang masuk dalam kawasan daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) mengharapkan adanya penambahan SPBU. Tujuannya agar penerapan BBM satu harga di daerah itu benar-benar dirasakan masyarakat.
“Kami di sini ada tiga kecamatan bergantung pada satu SPBU yang sudah menerapkan program BBM satu harga, sehingga tidak heran jika antrean pengisian BBM cukup panjang,”kata Tarsisius Tari Tara, salah seorang konsumen BBM Pertalite.
Menurutnya, sebelum adanya SPBU serta dengan adanya program BBM satu harga, dirinya terpaksa harus membeli BBM di penjual eceran. Itupun dengan harga Rp15 ribu hingga Rp25 ribu per liter yang dijual di dalam botol mineral ukuran 1,5 liter.
Harga tersebut sangat mahal untuk dia yang hsnya seorang petani.Namun semenjak masuknya BBM satu harga melalui SPBU yang sudah dibangun di desa Anakaka, dia kemudian lebih memilih membeli BBM di SPBU walaupun terpaksa menggunakan kendaraan yang tangki motornya dimodifikasi.
‘Kami tahu ini salah, tetapi ini sudah kami mencari nafkah dan menjualnya kepada warga di desa saya, karena tidak semuanya bisa ke SPBU ini. Karena itu jika ingin supaya adanya antrean panjang ini terjadi dengan banyak kendaraan yang tap Pertalite, satu-satunya cara adalah dengan memperbanyak SPBU di daerah ini,” tuturnya.
Sekretaris desa Anakaka, Kecamatan Kodi Agus Tamo Ama juga menilai keberadaan SPBU dengan program BBM satu harga sejak Februari 2023 itu memberikan dampak positif bagi warga desa sekitar karena semakin dekat dan harganya terjangkau.
“Biasanya warga kalau mau isi BBM harus desa Kori, perjalanan sekitar satu jam untuk bisa beli BBM di sana, tetapi kini sudah dekat, namun sayangnya setiap hari selalu banyak antrean kendaraan roda empat dan roda dua,” katanya.
Penulis: Hafidus Syamsi
Editor: Mukhlis