BANYUWANGI – Sejumlah petani di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi mengembangkan teknologi inovasi minyak goreng dari bekatul. Ilmu tersebut sudah mereka dapat sejak 1 tahun hasil pembelajaran yang diberikan tim pengabdian masyarakat Universitas PGRI Banyuwangi.
“Inovasi ini kita gulirkan melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat petani di Desa Kalibaru Wetan,” ujar Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Uniba Megandhi Gusti Wardhana, Senin (21/8/2023).
Gusti menjelaskan, proses pembuatan minyak bekatul mula-mula bahan bekatul dimasukkan ke mesin extruder presisi tinggi generasi kedua. Di dalam mesin ini, bahan akan mengalami proses press, sembari terus diputar selama 20 menit untuk menghasilkan minyak bekatul.
Minyak akan keluar melalui lubang output, sementara padatan akan secara otomatis terpisah. Dari 1 kg bekatul halus, petani bisa memperoleh minyak sekitar 200-500 mililiter dengan harga jual Rp 10 ribu per liternya.
“Teknologi ini bisa meningkatkan nilai jual bekatul yang saat ini hanya dijual sekitar Rp 500 – 1.000 per kilogram,” terang Gusti.
Gusti menambahkan, Banyuwangi dikenal sebagai lumbung padi nasional dengan surplus beras mencapai 300 ribu ton setiap tahunnya. Namun, potensi bekatul yang memiliki nilai ekonomis tinggi belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Langkah inovatif ini diharapkan bisa memberikan alternatif baru bagi masyarakat dalam memilih minyak goreng selain minyak kelapa sawit. Untuk saat ini, minyak goreng bekatul tersebut hanya dikonsumsi untuk petani sekitar kecamatan Kalibaru,” tandasnya.
Sebagai informasi, di tengah keterbatasan petani memperoleh minyak goreng beberapa waktu lalu, inovasi ini terbukti meringankan beban ekonomi masyarakat petani di Kalibaru. Petani berharap terus mengembangkan produk minyak bekatul hingga bisa memenuhi kebutuhan sejumlah desa di Kecamatan Kalibaru.
Penulis: Habib Az
Editor: Rizal Kurniawan