BOYOLALI – Para pemuda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali tidak lagi tergiur untuk merantau mencari pekerjaan ke kota-kota besar di luar daerahnya. Mereka sekarang lebih memilih untuk tinggal di kampungnya sendiri dengan budidaya tanaman kopi yang bisa dijadikan penghasilan.
“Ada beberapa kegiatan kami yang mendapat pendampingan saat itu, salah satunya adalah konservasi anggrek Merapi, budidaya kopi dan tanaman asli merapi seperti pohon Dadap Duri, salah satu favorit makanan untuk satwa lutung Jawa atau lutung Merapi yang banyak menampung air,” kata Ketua Kelompok Karya Muda Komunitas Petani Konservasi Desa Mriyan, Joko Susanto, Rabu (16/8/2023).
Joko menjelaskan, Adapun pendampingan yang dilakukan LPTP dan AQUA Klaten kepada warga di Desa Mriyan yaitu untuk mengembangkan budidaya tanaman kopi di lereng-lereng Merapi di luar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Selain untuk konservasi air dan mencegah longsornya tanah, dari tanaman kopi ini bijinya bisa diolah sendiri dengan memberdayakan pemuda-pemuda yang tinggal di Desa Mriyan.
“Karenanya, alhamdulillah pemuda disini itu nggak ada yang merantau, nggak ada yang ke luar desa. Tetap masih konsisten dengan pekerjaannya sebagai tani, sebagai anak desa,” terangnya.
Saat ini, kata Joko, para pemuda desa Mriyan ini bahkan sudah mendirikan Kedai Kopi Gumuk bertajuk “Gumuk Coffee” yang menjadi salah satu kuliner kopi yang wajib dicoba. Di kedai sederhana ini, kopi dibuat dengan sentuhan soft fruity dan asam namun tidak menyengat serta tersaji dengan kacang dan pisang kepok rebus.
“Seruputnya menjadi lebih indah dengan hamparan langit yang seakan menyatu dengan desa. Gastronomi kuliner kearifan lokal yang sederhana namun membahagiakan,” tuturnya.
Diketahui, kopi dari desa Mriyan ini sudah banyak dipesan dari daerah-daerah lain di pulau Jawa. Di antaranya seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan Klaten.
Penulis: Habib Az
Editor: Rizal Kurniawan