Sikka – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur melaporkan saat ini terdapat tujuh desa di daerahnya mengalami kekeringan. Tujuh desa tersebut, dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai kesulitan dalam mendapatkan air bersih.
“Dan kami sudah turun ke masing-masing desa untuk melaksanakan pendataan tentang dampak dari kekeringan, data ini sementara kami rekap,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka, Yohanes Yan Laba, Rabu (9/8/2023).
Ia menjelaskan, data sementara dari BPBD Kabupaten Sikka terdapat tujuh desa yang mengalami dampak kekeringan yang tersebar di tiga kecamatan. Yakni, Kecamatan Mapagenda, Kecamatan Kangae, Kecamatan Nele.
Tujuh desa tersebut antara lain di desa Magepanda, desa Reroroja, desa Kolisia, desa Waturea, desa nele urung, desa Habi dan desa Langir. Saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan di setiap kecamatan dan desa yang mengalami dampak kekeringan.
Menurutnya, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran Bupati untuk mengantisipasi dampak kekeringan dan menyiapkan SK status siaga bencana. Selain itu, tim kaji cepat BPBD Sikka akan mengkoordinasikan dengan instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, dan PUPR untuk melakukan pendataan di 21 Kecamatan.
“Kami juga punya keterbatasan sarana, keterbatasan anggaran dan keterbatasan personil jadi bencana ini harus menjadi paradigma baru menjadi urusan bersama,” ujarnya.
Dirinya juga berharap, masyarakat untuk tetap terus berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa, karena penanganan kekeringan ini bukan hanya urusan BPBD, akan tetapi urusan Pemerintah desa dan Kecamatan juga.
“Kita tetap akan berkolaborasi, intinya janagn sepenuhnya semua urusan ke BPBD, karena BPBD punya keterbatasan akan tetapi koordinasi tetap berjalan,” pungkasnya.
Penulis: Hafidus Syamsi
Editor: Mukhlis