BANYUWANGI – Kelangkaan gas elpiji 3 kg tidak membuat cemas salah seorang warga Dusun Sukodadi, Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Pasalnya, warga Desa Sraten mampu memanfaatkan biogas dari kotoran ternak kambing miliknya untuk menyalakan kompor.
“Karena ini energi terbarukan, jadi selain ramah lingkungan, selama kambing saya menghasilkan kotoran hewan (Kohe) kompor milik saya tetap bisa menyala,” kata salah satu warga bernama Mastur, Kamis (3/8/2023).
Ia mengatakan, dengan adanya biogas tersebut, sangat membantunya. Karena dia tak perlu lagi bingung membuang kotoran kambing atau material limbah lainya.
Pria berusia 78 tahun itu mengungkapkan, alat biogas dikediamannya tersebut di Support oleh Emvitrust Indonesia. Adapun komponenya meliputi rektor, mixer, inlet, pipa gas dan lainya.
Tahapan untuk membuat biogas, yaitu Kohe sapi sebanyak 800kg dicampur air dengan perbandingan 1:1, selanjutnya kohe di masukan tabung mixer. Setelah dilakukan pencampuran, Kohe tersebut mengalir masuk kedalam tabung hampa udara atau reaktor dan ditunggu hingga menghasilkan gas.
“Setiap hari selalu diisi 25kg kohe kambing saya dan bisa mebuat kompor menyala 1 hingga 2 jam,” tandasnya.
Sementara itu, Agustin Nurul, Supervisor dan Product Marketing Emvitrust Indonesia, menjelaskan, bahwa di Banyuwangi terdapat 20 tempat yang sudah berdaya membuat biogas. Ia berharap agar hal tersebut membawa dampak positif pada Kabupaten Banyuwangi.
“Semoga dengan adanya contoh seperti pak Mastur dan 19 orang lainya, bisa membawa dampak dan contoh positif dan menjadikan Banyuwangi sebagai Kabupaten ramah lingkungan dan bebas limbah, lebih-lebih tak bingung soal gas LGP” harapnya.
Sebagai informasi, biogas adalah energi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak, atau limbah dapur seperti sayuran yang sudah digunakan. Material tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan Anaerobik Digester diruang kedap udara. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti elpiji untuk memasak.
Penulis: Ilham W
Editor: Danu