JAYAPURA, – Pendiri Isyo Hill’s Bird Watching dan Sekolah Alam Yombe Yawadatum, Alex Waisimon berharap Lembah Grime disiapkan menjadi destinasi wisata minat khusus atau Special Interest Tourism. Hal itu disampaikan saat kunjungan wisata pemerintah Kabupaten Jayapura bertajuk ‘Pulang Kampung’ atau ‘Pulkam’ di Isyo Hill’s Bird Watching di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.
“Harapan besar Lembah Grime disiapkan dengan destinasi minat khusus,” ujar Alex, Minggu (30/7/2023).
Alex menjelaskan, Special Interest Tourism atau sebutan pariwisata minat khusus merupakan jenis pariwisata dimana wisatawan melaksanakan perjalanan untuk belajar sekaligus mendapat pengalaman baru tentang sesuatu hal di daerah yang dikunjungi. Kunjungan pemerintah daerah ini merupakan bentuk perhatian dan mendukung pengembangan wisata ke depan.
“Terimakasih banyak atas perhatian pemerintah daerah karena selama ini, kita berjuang tapi sudah ada bukti konkret bahwa ada Pj dan sekda sudah hadir di Isyo Hills Bird Watching dan ini sangat mempengaruhi teman-teman di Jayapura karena mereka akan berkembang sama dengan dengan kita,” ucapnya.
Menurutnya, Isyo Hill’s adalah objek yang paling dekat di Tanah Papua dengan jarak tempuh hanya sekitar 15 menit berbeda dengan objek wisata di wilayah lain. Untuk mengamati burung Cendrawasih, pihaknya sudah membangun lima pos pengamatan mulai dari Distrik Nimboran, Nimbokrang, dan Demta yang saat ini sedang dijajaki.
‘Sementara untuk di lokasi Isyo Hill’s Bird Watching ada dua tempat pengamatan,” ujarnya.
Ia menyebut, Bird Watching Isyo Hill’s juga dilengkapi dengan penginapan yang cukup baik. Selain menyiapkan tempat penginapan, pihaknya juga menyediakan rest area termasuk tempat makan dan minum.
“Para wisatawan yang ingin melihat cenderawasih harus menginap di tempat itu karena “burung surga” itu hanya bisa dilihat saat pagi hari atau kalau cuaca bagus dilihat sore hari,” katanya.
Ia menjelaskan, di wilayah Distrik Nimbokrang ada delapan jenis burung Cenderawasih, sedangkan di Isyo Hill’s ada enam jenis burung Cenderawasih. Jenis burung Cendrawasih ada jenis burung “Cenderawasih 12 Antena” atau bahasa setempat disebut “Cenderawasih Mati Kawat”.
“Jadi ada dua jenis yang kita lihat tadi pagi. Mereka jam 05.15 WIT sudah mulai beraktivitas. Sore di jam 14.00 WIT. Ada juga tamu yang pergi lihat Cendrawasih Hitam Perak, itu kita lihat di daerah kilometer 8, semua sudah terdata dengan baik,” jelasnya.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Jayapura memberikan kawasan hutan lindung seluas 19 hektar di masa pemerintahan mantan bupati Mathius Awoitauw untuk di kelola oleh Masyarakat Adat. Alex mulai menata lokasi itu pada 2015 berjalan 1,5 tahun untuk melakukan promosi dan telah beberapa pengharagaan dari dalam dan luar negeri.
“Keseluruhan ada tujuh pengamatan dan sudah berjalan dengan baik, luas lokasi yang dikasih oleh mantan bupati Mathius, kami baru bentuk di satu wilayah adat seluas lima ribu hektar, nanti ada enam wilayah adat yang sedang dibina untuk bisa seperti di Isyo Hills,” urainya.
Alex bersama 15 orang anak didiknya yang merupakan anak-anak yang putus sekolah menerima tamu asing berkisar 400-500 wisatawan setiap tahunnya. Menurutnya, selain dampak ekonomi pihaknya secara khusus berfokus pada eko wisata untuk menjaga hutan.
“Karena banyak logging dan pengaruh dari logging itu banyak abrasi entah di pantai dan hutan itu sedang terjadi itu dari illegal logging,” ungkap Alex.
Alex menambahkan, Isyo Hill’s sudah mengharumkan nama bangsa, nama daerah, dan nama suku. Di wilayah yang terdiri dari enam suku itu, pihaknya sudah menyentuh empat suku untuk ikut mendorong destinasi wisata menjadi minat khusus.
“Masih ada dua suku yang belum disentuh. Lokasi pengamatan sudah lewat Kali Biru, sampai di Tarfia jadi semua camp pengamatan sudah ada. Nanti kita bikin lewat Kali Biru, Grime, Sarmuai sampai ke laut untuk snorckling diving, dan lihat Penyu di pantai,” cetusnya.
Pihaknya berencana untuk menjadikan lokasi Isyo Hill’s sebagai tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa. Menurutnya, bukan hanya wisatawan tapi generasi penerus bangsa juga harus belajar di lokasi itu.
Alex mengingatkan mengenai penurunan habitat yang saat ini sedang terjadi akibat pembukaan lahan menjadi kebun kelapa sawit. Pihaknya berharap pemerintah setempat untuk mengawasi hal tersebut.
“Saya harap pemda mengerti bahwa masyarakat adat hidup dengan hutan, tapi kalau pemda tidak mengawasi orang yang bertanggung jawab terutama menjaga hutan banyak orang menuju ke Tanah Papua untuk bongkar hutan menjadi kebun kelapa sawit, saya pikir itu perlu di awasi,” tandasnya.
Penulis: Habib
Editor: Rizal Kurniawan