Aceh – Manajer GIS Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAKA) Lukmanul Hakim menjelaskan, berdasarkan pantauan citra satelit, angka kehilangan hutan di SM Rawa Singkil terus meningkat setiap tahunnya.
Ia juga menyebutkan bahwa angka deforestasi di Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil Aceh mencapai 1.324 hektare. Angka tersebut melambung naik sejak 2019 hingga 2023.
“Kalau dibandingkan itu jumlahnya lebih dari 140 kali luas Lapangan Blang Padang Banda Aceh,” kata Lukmanul, Minggu (30/7/2023).
Terbaru, dari Januari-Juni 2023,jumlahnya sudah mencapai 372 hektare, meningkat sekitar 57 persen dibandingkan periode sebelumnya.
“Pada tahun 2019, deforestasi di SM Rawa Singkil seluas 28 hektare, 2020 seluas 43 hektare, 2021 seluas 165 hektare, angkanya semakin meningkat pada 2022 menjadi seluas 716 hektare,” ujarnya.
Koordinator Polhut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Rahmat mengatakan, pihaknya selama ini tidak berdiam diri terhadap deforestasi yang terjadi di SM Rawa Singkil.
“Kami sudah beberapa kali menangkap pelaku perambahan agar dapat diberikan penegakan hukum atas perbuatannya. Dari tahun 2015-2022 penegakan hukum sudah lima kali kita berikan yang terakhir Oktober tahun lalu, kami tangkap empat orang di Desa Cot Bayu, Trumon sudah vonis 1 tahun 2 bulan penjara dan denda Rp250 juta,” katanya.
Menurutnya, BKSDA terkendala dengan kurangnya personel yang bertugas mengawasi dan berpatroli di SM Rawa Singkil yang luasnya mencapai 82.188 hektare.
“Personel kami dari BKSDA yang mengantisipasi permasalahan di Rawa Singkil jumlahnya cuma 14 orang, yakni Trumon, Aceh Selatan 3 personel, Rundeng di Subulussalam ada 5 personel, dan Aceh Singkil berjumlah 6 personel,” ujarnya.
Penulis: Hafidus Syamsi
Editor: Rizal