Produksi Jeruk Melemah, Petani Berharap Harga Pupuk Diturunkan

 Petani Jeruk, Sumber Foto: hortikultura.pertanian.go.id
 Petani Jeruk, Sumber Foto: hortikultura.pertanian.go.id

MALANG – Faktor ketidakstabilan cuaca membuat produksi jeruk di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang terus melemah. Sehingga petani berharap agar Pemerintah menurunkan harga pupuk dan pestisida untuk meringankan kemungkinan buruk hasil pertanian itu.

 

“Untuk mengimbangi produksi jeruk dan agar bisa menutupi biaya operasional, satu-satunya adalah harga pupuk dan pestisida diturunkan. Jika tidak, di khawatirkan petani tidak mampu membeli, dan dampaknya produksi jeruk semakin menurun,” papar salah satu petani jeruk bernama Yayan Dainsyah itu, Rabu (12/7/2023).

 

Yayan menerangkan, produksi jeruk dalam satu tahun terbilang tinggi, terlebih untuk pupuk dan pestisida. Modal yang harus dikeluarkan berkisar Rp 127-138 juta untuk lahan seluas 2 hektare. Oleh sebab itu, para petani khawatir karena sampai saat ini belum ada solusi dari pemerintah.

 

Untuk pupuk NPK, lanjutnya, dalam sekali pemupukan menghabiskan Rp 11 juta. Sedangkan dalam satu tahun memerlukan dua sampai tiga kali pemupukan. Dan untuk satu kali penyemprotan pestisida, bisa menghabiskan biaya Rp 3,5 juta. Total dalam satu tahun memerlukan hingga 30 kali penyemprotan.

 

Mengingat biaya operasional, lanjut Yayan, ketika harga jeruk makin menurun para petani hawatir akan alami banyak kerugian. Terbukti, tanaman jeruk yang biasa di produksi, seperti jeruk jenis siem madu yang biasanya dari petani seharga Rp 10 ribu ribu per kilogram (kg). Jeruk peras Rp 4 ribu per kg, dan jeruk baby 55 Rp 8 ribu per kg. Karena cuaca tidak menentu, maka berpengaruh pada harga jeruk di tingkat petani.

 

“Jika musim panen dan cuaca sedang bagus, satu pohon berusia lebih dari tujuh tahun bisa menghasilkan buah jeruk seberat 50-80 kg. Namun, jika sering hujan seperti sekarang ini, satu pohon hanya berbuah antara 25-40 kg saja,” ujarnya.

 

Dampak pengaruh cuaca yang kurang mendukung itu, proses pertumbuhan, kualitas buah dan hasil panen pun ikut menurun.

 

Meski kebun jeruk miliknya dijadikan sebagai wisata petik jeruk, dirinya tidak menaikan harga setiap kilonya, yaitu 20 ribu perorang. Namun ia khawatir ketika harga jeruk dinaikan berdampak pada daya minat wisatawan.

 

Penulis: Ilham W
Editor: Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *