Baznas NTB Cegah Stunting di Desa Aik Berik

Pendistribusian 60.000 telur kepada anak stunting di Desa Aik Berik, Lombok Tengah oleh Baznas NTB, dan Ketua PKK kepada Pemerintah Desa Setempat. Sumber Foto: Istimewa
Pendistribusian 60.000 telur kepada anak stunting di Desa Aik Berik, Lombok Tengah oleh Baznas NTB, dan Ketua PKK kepada Pemerintah Desa Setempat. Sumber Foto: Istimewa

LOMBOK TENGAH – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) berupaya menangani kasus stunting. Salah satu upayanya adalah dengan mendistribusikan 294 tray telur di Desa Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah.

 

“Baznas memberikan 1.836 tray atau 60.000 butir telur di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Utara. Ribuan tray telur tersebut disalurkan secara bertahap untuk kebutuhan selama 90 hari,” kata Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas NTB, Abdul Hakim, Selasa (4/7/2023).

 

Sasaran penerima bantuan ialah daerah yang tergolong rawan stunting, seperti Desa Aik Berik. Selain itu, Desa Aik Berik juga dijadikan pusat pengolahan makanan berbahan telur.

 

“Sasarannya sudah ditentukan Tim Penggerak PKK NTB,” ujarnya.

 

Ia menambahkan bahwa pihaknya memberikan 294 tray telur untuk anak penderita stunting di Desa Aik Berik secara bertahap. Pendistribusian telur itu dilakukan secara bertahap agar penerima betul-betul tepat sasaran dan telur tidak rusak.

 

“Untuk sepuluh hari pertama, kami salurkan 32 tray,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua TP PKK NTB Niken Saptarini Widyawati mengatakan pihaknya akan memastikan telur-telur tersebut didistribusikan secara tepat. Menurutnya, stunting merupakan masalah penting yang harus diintervensi agar tumbuh kembang anak optimal.

 

“Kurangnya kemampuan dari orang tua memberikan gizi yang baik menjadi salah satu faktor. Ini lah yang kami dukung agar gizi anak terpenuhi,” jelas Niken.

 

Kepala Desa Aik Berik Muslehuddin berterima kasih kepada Baznas NTB dan TP PKK NTB karena telah memilih wilayahnya sebagai tempat launching gotong royong dapur stunting dan pengolahan makanan berbahan telur. Musleh menjelaskan saat ini di desanya ada 100 anak dengan kasus stunting dan berharap upaya penanganan yang dilakukan berbuah manis ke depannya.

 

“Berbagai fasilitas kesehatan telah kami siapkan. Setiap tahunnya kami gelontorkan Rp 170 juta dari dana desa,” jelas Musleh.

 

Menurut dia, faktor stunting di wilayahnya ialah pola asuh yang salah dan genetik. Ia pun tidak memungkiri di desanya masih ada kasus pernikahan dini.

 

“Untuk tahun ini baru dua kasus pernikahan dini. Hal ini juga gencar kami sosialisasikan ke sekolah-sekolah,” pungkasnya.

Penulis: Erdhi

Editor: Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *