Festival Egek Jadi Tonggak Pelestarian Alam dan Budaya Suku Moi

Festival Egek I digelar suku Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Sumber foto: Istimewa

SORONG – Untuk pertama kalinya, Festival Egek digelar di Desa Wisata Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

 

Hal itu diyakini dapat menjadi tonggak perjuangan adat suku Moi dalam menjaga kelestarian alam dan akar budaya di Papua Barat Daya.

 

“Jadi kita hidup secara bertanggung jawab kepada lingkungan, kalimat ini juga sebagai dukungan masyarakat adat Suku Moi terhadap Hari Lingkungan Hidup Sedunia,” ujar Ketua Panitia Festival Egek Torianus Kalami.

 

Sebagai informasi, Egek adalah konservasi sumber daya alam berdasarkan hukum adat yang dijalankan oleh masyarakat adat Moi di Malaumkarta, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

 

Dan tema yang diusung pada agenda itu ialah “Ko Jaga Alam Wariskan Egek Budaya Suku Moi”. Menurutnya, tema tersebut berlandaskan pada dua pandangan dasar besar masyarakat adat Suku Moi.

 

Pada pembukaannya dilakukan pada Selasa (6/6/2023) dan ditutup akhir pekan lalu.

 

Tori menjelaskan, kalimat wariskan Egek budaya Suku Moi juga mengartikan festival ini merupakan festival budaya suku Moi dengan mengambil Egek sebagai tema utama.

 

Di samping itu, Egek juga salah satu cara Suku Moi mengatur pola hidup, seperti halnya cara masyarakat setempat mengambil sumber daya alam secukupnya.

 

“Egek ini sebenarnya berupa suatu larangan atau sasi sehingga ketika dibuka maka masyarakat mengambil hasil alam sesuai kebutuhannya, baik itu hasil alam dari laut maupun hutan,” ujar Tori.

 

Lanjutnya, egek bagi Suku Moi juga berarti dengan memberikan jeda pada hutan dan laut dengan pengaturan pola, alat tangkap ramah lingkungan, zona penangkapan, dan zona lindung secara tradisional.

 

Tori juga mengungkapkan bahwa dengan dilaksanakannya Festival Egek maka eksplorasi budaya dan pengetahuan tradisional, Suku Moi dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat dimaksimalkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat adat Suku Moi secara mandiri dan berkelanjutan.

 

“Dengan adanya egek ini maka dapat memperkenalkan budaya suku Moi sekaligus juga menampilkan tempat-tempat wisata yang ada di Malaumkarta, selain itu dengan adanya egek juga akan meningkatkan kecintaan masyarakat adat terhadap budaya Suku Moi agar dapat dilestarikan,” pungkasnya.

 

Perlu diketahui, suku Moi merupakan salah satu suku di tanah Papua yang terbagi menjadi sub-suku, di antaranya Suku Moi Kelim, Moi Abun That, Moi Abun Jhi, Moi Salkma, Moi Klabra, Moi Lemas, dan Moi Maya.

 

Penulis: Ulfa
Editor: Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *