28 Desa di Buleleng Berpotensi Kekeringan

Ilustrasi kekeringan Sumber Foto: Istockphoto
Ilustrasi kekeringan Sumber Foto: Istockphoto

BULELENG – Sebanyak 28 desa di Kabupaten Buleleng berpotensi mengalami kekeringan akibat dampak dari fenomena El Nino. Badan Penanggulana Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng mengimbau Masyarakat untuk hemat dan menampung air bersih.

 

“Jadi kami imbau masyarakat khususnya yang ada 28 desa itu untuk berhemat menggunakan air bersih, atau mulai menampung air bersih sebelum puncak kemarau tiba. Untuk petani juga diharapkan memperhatikan perkieaan cuaca saat mulai menanam komoditas,” ujar Kepala BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, Minggu (4/6/2023.

 

Ia menyebut 28 desa yang berpotensi mengalami kekeringan itu tersebar di Kecamatan Tejakula,  Sawan, Sukasada, Kubutambahan, Banjar, Busungbiu dan Gerokgak. Ariadi mengatakan kemarau ini terjadi akibat fenomena El Nino yang menyebabkan pemanasan Suhu Mula Air Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik.

 

Musim kemarau ini bahkan telah terjadi sejak bulan April lalu. Sementara menurut perkirakan BMKG puncaknya akan terjadi pada bulan Agustus-September mendatang.

 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemkab Buleleng sudah melakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk penyediaan air bagi 28 desa terdampak. Pemkab Buleleng bersama TNI-Polri dan Perumda Tirta Hita Buleleng akan berkolaborasi untuk membantu menyuplai air bersih.

 

“Kami bersama TNI-Polri dan Perumda Tirta Hita Buleleng juga telah berkolaborasi untuk membantu menyuplai air bersih,” katanya.

 

Ariadi mengimbau masyarakat agar tidak membuang puntung rokok atau membakar sampah sembarangan. Sebab kata Ariadi Musim kemarau ini menyebabkan rawan terjadinya kebakaran lahan atau hutan.

 

Sementara Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho mengatakan, bahwa musim kemarau tahun ini tergolong normal. Namun pihaknya akan kembali melihat saat puncak kemarau pada Agustus-September, jika potensi El Nino menguat, maka musim kemarau diperkirakan akan semakin panjang.

 

“Dari seluruh daerah di Bali, Buleleng menjadi daerah paling  kering. Tapi tidak sekering di NTT. Penyebabnya karena pergerakan angin. Jadi Buleleng itu sebagian merupakan daerah bayangan hujan. Hujannya tertutup daerah pegunungan tinggi di tengah. Angin baratan dan angin timuran di Bali itu datangnya dari Selatan,” tutupnya.

 

Penulis: Erdhi

Editor: Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *