BANYUWANGI – Pemkab banyuwangi gencarkan langkah-langkah pencegahan penurunan stunting. Pencegahan tersebut dilakukan dengan membangun infrastruktur perpipaan guna memastikan ketersediaan air bersih hingga pelosok desa.
“Setelah tahun lalu kami fokus membangun sumur bor di sejumlah wilayah rawan air, tahun ini dilanjutkan dengan program pembangunan jaringan perpipaan untuk mendukung distribusi air bersihnya. Dengan harapan, masyarakat bisa semakin mudah mengakses air bersih sebagai upaya mendukung penurunan stunting,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Senin (15/5/2023).
Berdasarkan penelitian dari Kementerian kesehatan air bersih memiliki kontribusi mencapai 60 persen dalam upaya penurunan stunting pada anak. Dari hasil tersebut Bupati Banyuwangi akan melakukan perbaikan kemudahan akses air bersih bagi masyarakat dan perbaikan terhadap gizi ibu hamil dan balita.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengemukakan program pembangunan jaringan perpipaan upaya pengembangan infrastruktur air bersih yang telah rutin dilakukan daerah setempat.
“Pada dasarnya ketersediaan infrastruktur air bersih di berbagai wilayah sudah tercukupi. Walaupun tahun ini kami lakukan lagi, ini sebagai upaya pengembangan untuk menambah maupun pemeliharaan infrastruktur yang sudah eksisting,” kata dia.
Ada sekitar 71 titik pembangunan infrastruktur perpipaan yang tersebar di berbagai wilayah se-Banyuwangi, khususnya di wilayah rawan air dan daerah yang terdeteksi angka stunting tinggi seperti Desa Sidowangi (Kecamatan Wongsorejo), Desa Gumuk (Kecamatan Licin), Desa Kebonrejo (Kecamatan Kalibaru), dan Desa Bumiharjo (Kecamatan Glenmore).
“Pembangunan ini sesuai pengajuan dari masyarakat, menyesuaikan kebutuhan mereka. Selain pipanisasi, di sejumlah wilayah juga dibangun tandon, ada juga sumur bor baru untuk mendukung akses air bersihnya,” ujarnya.
Terakhir, ia juga mengungkapkan bahwa pembangunan ini tidak hanya fokus terhadap pembangunan perpipaan baru melainkan juga pemeliharaan terhadap jaringan perpipaan yang rusak.
“Jaringan yang telah terbangun ini nantinya dihibahkan kepada Perusahaan Umum Daerah Air Minum atau HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) untuk pemeliharaannya,” pungkasnya.
Tahun ini, pemkab mengalokasikan anggaran Rp 7 miliar khusus untuk intervensi gizi ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun (baduta) yang berisiko stunting. Anggaran tersebut dialokasikan ke 25 kecamatan secara proporsional.