Site icon Kolom Desa

Sarung Goyor Desa Pojok Bertahan dengan Tenunan Manual

Proses produksi sarung tenun goyor secara manual di Desa Pojok, Sukoharjo Sumber foto: Istimewa

Proses produksi sarung tenun goyor secara manual di Desa Pojok, Sukoharjo Sumber foto: Istimewa

SUKOHARJO – Sarung menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia yang saat ini menjadi komoditas dengan nilai tinggi dan biasa diproduksi dengan mesin canggih. Namun masih ada sekelompok warga yang masih setia membuat sarung dengan cara manual (ditenun dengan tangan).

 

Seperti yang dilakukan pengrajin sarung goyor di Desa Pojok, Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Hingga kini warganya masih berkarya secara manual, tanpa menggunakan mesin-mesin modern.

 

Walau masih diproduksi secara manual, penjualan sarung goyor produksi Desa Pojok bisa menembus pasar nasional hingga internasional. Harganya yang relatif murah antara 180 ribu hingga 500 ribu dan memiliki beragam motif, penjualan sarung goyor bisa menembus pasar Benua Afrika, Timur Tengah dan Arab.

 

Produksi sarung goyor sendiri menyesuaikan dengan banyaknya jumlah permintaan kain sarung goyor. Terbatasnya produksi sarung goyor sendiri dilakukan untuk menjaga kualitas dan keorisinilan produk tersebut.

 

Walidi generasi ketiga dari usaha yang sudah langka dan dijalankan secara turun temurun dari kakeknya mengaku ada peningkatan signifikan selama ramadhan dan menjelang lebaran. Menurutnya permintaan sarung tenun goyor mengalami peningkatan permintaan hingga 25 persen jika dibandingkan hari biasa.

 

“Alhamdulillah jika Ramadhan atau menghadapi lebaran produksi dan pesanan pun meningkat. Bahkan pesanan tidak saja dari wilayah Indonesia. Ada juga yang datang dari Afrika,” kata Walidi.

 

Walidi menyebut ada kelebihan sarung goyor dibandingkan dengan sarung produk mesin. Bahan kainnya sangat halus dan lembut dan jika dikenakan saat cuaca dingin akan terasa hangat atau sebaliknya jika dipakai dalam cuaca pas maka akan teras sejuk.

 

Penulis: Erdhi

Editor: Soleha.tn

Exit mobile version